Berita Internasional Terkini

Bukan Rusia, Amnesti Internasional Justru Salahkan Ukraina Karena Ancam Warganya Sendiri

Amnesti Internasional nyatakan Ukraina membhayakan warganya sendiri ketimbang serangan dari Rusia.

Genya SAVILOV / AFP
Tentara Ukraina membawa kayu gelondongan saat mereka membangun ruang istirahat di wilayah timur laut Sumy pada 2 Agustus 2022, saat perang Rusia-Ukraina memasuki hari ke-159. Terbaru, Amnesti Internasional nyatakan Ukraina bersalah karena membahayakan warganya sendiri. 

TRIBUNKALTIM.CO - Perang antara Rusia dengan Ukraina telah banyak menelan korban jiwa, baik dari masyarakat sipil, maupun dari tentara.

Ukraina yang diserang habis-habisan oleh Rusia, justru disalahkan karena dianggap membahayakan warganya sendiri.

Hal tersebut diungkapkan Organisasi pemantau Hak Asasi Manusia atau Amnesti Internasional, yang menyatakan Ukraina justru membahayakan warganya sendiri dibandingkan dengan Rusia.

Dari penyelidikan Amnesti Internasional, tentara Ukraina melepaskan tembakan dari posisi yang terletak hanya puluhan meter dari rumah-rumah penduduk, yang mengakibatkan korban di antara penduduk.

Ukraina juga mendirikan pangkalan militer di daerah permukiman penduduk, termasuk sekolah dan rumah sakit, serta meluncurkan serangan dari wilayah berpenduduk.

Tentara Ukraina melambai dari belakang sebuah mobil pick-up saat mereka berkendara ke garis depan di kota Sloviansk, Ukraina timur, pada 2 Agustus 2022, di tengah invasi Rusia ke Ukraina. Kini, Rusia mengakui jika Ukraina bisa saja segera mengakhiri perang.
Tentara Ukraina melambai dari belakang sebuah mobil pick-up saat mereka berkendara ke garis depan di kota Sloviansk, Ukraina timur, pada 2 Agustus 2022, di tengah invasi Rusia ke Ukraina. Kini, Rusia mengakui jika Ukraina bisa saja segera mengakhiri perang. (BULENT KILIC / AFP)

“Kami telah mendokumentasikan pola pasukan Ukraina yang menempatkan warga sipil dalam risiko dan melanggar hukum perang ketika mereka beroperasi di daerah berpenduduk,” kata Sekjen AI, Agnes Callamard, Kamis (4/8/2022).

“Berada dalam posisi bertahan tidak membebaskan militer Ukraina dari menghormati hukum humaniter internasional,” lanjut Callamard dikutip Sputniknews.

Menurut AI, peneliti mereka menemukan aktivitas militer yang sedang berlangsung atau tanda-tanda penggunaan sebelumnya oleh tentara di setidaknya lima rumah sakit dan 22 sekolah dari 29 yang diperiksa.

Baca juga: Rusia Kehabisan 75 Ribu Pasukan, Penjahat & Militer Swasta Diandalkan Lawan Ukraina

Baca juga: Bukan Karena Campur Tangan Amerika Serikat, Rusia Akui Ukraina Bisa Segera Akhiri Perang

Pada saat yang sama, organisasi tersebut mencatat meskipun ada pelanggaran hukum humaniter oleh Ukraina, semua pihak yang bertikai harus berhati-hati untuk menghindari korban di kalangan warga sipil.

"Semua pihak dalam konflik harus setiap saat membedakan antara tujuan militer dan objek sipil dan mengambil semua tindakan pencegahan yang layak, termasuk dalam pemilihan senjata, untuk meminimalkan kerugian sipil," tambah Amnesty International.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengomentari laporan itu, mencatat Moskow telah berulang kali menunjukkan pelanggaran serius oleh pasukan Ukraina.

"Kami membicarakan hal ini sepanjang waktu, menyebut tindakan Angkatan Bersenjata Ukraina sebagai taktik menggunakan penduduk sipil sebagai perisai manusia,” katanya.

Operasi militer khusus ke Ukraina diluncurkan Rusia pada 24 Februari 2022, untuk menghentikan perang selama delapan tahun yang dilancarkan oleh Kiev terhadap rakyat Donetsk dan Lugansk.

Selama beberapa bulan terakhir, Rusia menyerukan ke masyarakat dunia, Kiev menargetkan warga sipil di Donbass.

Selain beberapa pelanggaran lainnya, pasukan Kiev baru-baru ini menyerang fasilitas pra-penahanan di Elenovka, Donetsk, menggunakan peluncur roket HIMARS, dan membunuh puluhan tawanan.

Moskow mengklaim telah mematuhi Konvensi Jenewa tentang perlakuan terhadap tahanan, sebaliknya Ukraina menyiksa dan memperlakukan buruh tentara Rusia yang tertangkap.

Keengganan barat untuk meminta pertanggungjawaban Kiev telah mengakibatkan pelanggaran dan kejahatan terus berlangsung.

Baca juga: Bukan Karena Campur Tangan Amerika Serikat, Rusia Akui Ukraina Bisa Segera Akhiri Perang

Wamenhan Rusia Beber Fakta

Pernyataan tegas disampaikan Wakil Menteri Pertahanan Kolonel Jenderal Alexander Fomin. Fomin membeberkan fakta-fakta buruk yang dilakukan pasukan dan milisi Ukraina.

Rusia sejauh ini berusaha menerapkan ketentuan Konvensi Jenewa tentang pengobatan tawanan perang.

Mereka mengadakan lebih dari 40 pertemuan mingguan dengan perwakilan PBB dan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dan membentuk komisi medis bagi tawanan yang berpenyakit parah

Sejauh ini, 18 tahanan yang memiiki klasifikasi khusus dikirim kembali ke Ukraina. Ada juga 27 pertukaran tawanan perang dan mayat prajurit yang tewas.

Sementara ICRC telah menerima lebih dari 1.500 surat pulang dari para tahanan Ukraina. Tentara Ukraina yang ditahan juga dapat melakukan panggilan telepon ke keluarga mereka.

Fomin menegaskan Rusia berusaha melaksanakan ketentuan Pasal 71 Konvensi Jenewa. Fomin muncul untuk merespon Misi PBB di Ukraina menanggapi video viral penyiksaan tentara Ukraina.

Jenderal Rusia itu tidak menanggapi video tersebut secara langsung. Dia, bagaimanapun, mengatakan Rusia telah memperlakukan tahanannya sesuai hukum internasional.

Menurut survei terhadap anggota layanan yang dipertukarkan, baik Rusia maupun republik Donbass, 81 persen tahanan menjadi sasaran pemukulan dan kekerasan fisik lainnya.

Sementara 55 persen dipaksa merekam video propaganda. Sekitar 46 persen tidak menerima perawatan medis, 79 persen tidak diberi kesempatan menghubungi kerabat, dan 19 persen diberi makanan buruk.

Baca juga: Belum Usai Konflik Rusia Ukraina, Korea Utara Siap Luncurkan Nuklir untuk Melawan AS dan Korsel

Satu pusat penahanan, yang dijalankan dinas rahasia Ukraina (SBU )di Kiev, hanya memberi para tawanan 50 gram bubur, sepotong roti, dan segelas air setiap hari, sambil menutup mata mereka.

Fomin juga memutar video yang menunjukkan penyiksaan dan pelecehan, serta eksekusi di luar hukum dan tindakan kekerasan mengerikan terhadap tawanan perang Rusia dan Donbass.

Selain penganiayaan tahanan, menurut militer Rusia, pasukan Ukraina telah menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia.

Ukraina juga menggunakan senjata barat dan persenjataan terlarang – seperti munisi tandan dan ranjau darat – untuk menargetkan warga sipil di Donetsk dan Republik Lugansk.

Komunitas internasional telah menutup mata terhadap kekejaman ini, kata Fomin, memungkinkan mereka melanjutkan kejahatannya.

Fomin menegaskan, Presiden Ukraina Vladimir Zelensky secara pribadi bertanggung jawab, bersama AS, atas pengeboman fasilitas penahanan Elenovka di Republik Rakyat Donetsk (DPR).

Serangan roket HIMARS buatan AS itu menewaskan 53 tawanan perang, sementara 73 dirawat di rumah sakit karena luka parah.

Sisa-sisa 48 tawanan perang Ukraina ditemukan dan dievakuasi dari puing-puing bangunan. Mereka kini ditempatkan di fasilitas khusus.

"Semua tanggung jawab politik, kriminal dan moral atas pertumpahan darah terhadap Ukraina ditanggung secara pribadi Zelensky, rezim kriminalnya dan Washington, yang mendukung mereka," bunyi pernyataan Kemenhan Rusia.

Eduard Basurin, juru bicara militer Republik Donetsk mengatakan Kiev tahu persis di mana tawanan perang itu ditahan, karena Kiev sendiri yang menentukan tempat penahanan.

Baca juga: Dapat Tambahan Senjata Berat Amerika Serikat dan Jerman, Ukraina Siap Gempur Rusia

Basurin mencatat penjara bisa menjadi sasaran Kiev untuk menyembunyikan kekejaman setelah tawanan perang Ukraina mulai berbicara tentang kejahatan yang mereka lakukan atas perintah komandan mereka.

Kementerian Pertahanan Rusia mengkonfirmasi fasilitas tersebut menahan anggota Batalyon Azov Ukraina, yang pejuangnya menyerah kepada pasukan Rusia dan Donbass di Azovstal, Mariupol.

Kiev membantah tuduhan ini dan mengklaim Rusia bertanggung jawab atas serangan itu, dengan mengatakan Moskow berusaha menyalahkan Ukraina karena melakukan kejahatan perang. (*)

Berita Internasional Terkini

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Amnesti Internasional : Pasukan Kiev Bahayakan Penduduk Sipil Ukraina

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved