Virus Corona

Update Virus Corona, Temuan Terbaru Peneliti Soal Asal Covid-19 dan 20 Negara dengan Kasus Terbanyak

Inilah data update Virus Corona, temuan terbaru peneliti soal asal Covid-19 hingga 20 Negara dengan kasus terbanyak.

Editor: Doan Pardede
Freepik designed by starline
Ilustrasi virus Corona. Inilah data update Virus Corona, temuan terbaru peneliti soal asal Covid-19 hingga 20 Negara dengan kasus terbanyak. 

Walau belum ada kepastian, para peneliti sudah menemukan beberapa hal untuk memecahkan misteri tersebut.

Covid-19 sudah memasuki tahun ketiga sebagai pandemi.

Tapi sumber virus yang memicu itu semua belum bisa dipastikan.

Dilansir Al Jazeera, hanya enam minggu setelah mendeklarasikan darurat kesehatan global, WHO menyatakan penyebaran virus corona baru sebagai pandemi pada 11 Maret 2020.

Hewan inang dari virus corona bisa diidentifikasi dalam hitungan bulan, tapi asal usul virus SARS-CoV-2 saat ini, bersama dengan banyak sekali mutasi dan variannya, telah terbukti lebih banyak lagi.

Hal ini pun masih sukar dipahami.

September 2021, satuan tugas The Lancet Covid-19 Commission yang bertugas mencari sumber utama pandemi, dibubarkan setelah bekerja 14 bulan.

Penyelidikan WHO, sebuah lembaga kesehatan masyarakat tanpa kekuatan investigasi, sebagian besar juga telah terhenti setelah perjalanan pencarian fakta yang dikontrol ketat ke China pada Januari 2021.

China pun belum memberikan bukti kepada WHO untuk mendukung pernyataan Beijing bahwa penyebaran virus corona memiliki jalur zoonosis alami, yakni berpindah dari kelelawar ke inang hewan ke manusia.

Pasar Makanan Laut Huanan tempat kasus pertama dilacak juga dengan cepat didesinfeksi dan tertutup.

Perjuangan untuk menemukan sumbernya telah membantu memberikan lebih banyak kepercayaan pada kemungkinan bahwa virus itu mungkin berasal dari tempat lain, termasuk kebocoran laboratorium.

Foto yang diambil pada 17 April 2020 menunjukkan bangunan laboratorium P4 di Institut Virologi Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Foto yang diambil pada 17 April 2020 menunjukkan bangunan laboratorium P4 di Institut Virologi Wuhan, Provinsi Hubei, China. (AFP/HECTOR RETAMAL)

Tapi apapun masalahnya, buktinya tetap ada di China.

“Saya menjadi yakin bahwa China tidak transparan. Nereka mengelak tentang beberapa hal,” kata Colin Butler, profesor kehormatan di Pusat Nasional untuk Epidemiologi dan Kesehatan Populasi di Australian National University di Canberra.

Dalam studinya, Butler mendaftarkan prosedur medis dan laboratorium sebagai faktor risiko yang memungkinkan virus keluar dari pengaturan yang terkendali dan menyebar secara luas.

Misalnya, China mengizinkan eksperimen pada virus corona dilakukan dalam pengaturan biosekuriti rendah yang hanya mewajibkan alat pelindung untuk pekerja lab, wastafel, dan stasiun pencuci mata.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved