Berita Internasional Terkini

UE Tertekan Akibat Perang Rusia dengan Ukraina, Nasib Eropa Kini Ada di Tangan Vladimir Putin

Eropa terancam membeku dan Vladimir Putin punya peluang tekan UE di tengah perang Rusia vs Ukraina.

Sergei BOBYLYOV / SPUTNIK / AFP
Presiden Rusia, Vladimir Putin. Uni Eropa kini tertekan akibat perang Rusia vs Ukraina, dan nasib Eropa kini ada di tangan Putin. 

TRIBUNKALTIM.CO - Perang antara Rusia dengan Ukraina ternyata menentukan nasib Eropa, terutama ada di tangan Vladimir Putin.

Nasib Eropa kini ada di tangan Vladimir Putin, dan negara-negara Uni Eropa (UE) bukan tidak mungkin akan tunduk atas apa yang diminta oleh Rusia di tengah perang yang masih terjadi di Ukraina.

Sebagaimana diketahui, hingga saat ini perang antara Rusia dengan Ukraina masih terjadi, namun ada kekhawatiran lain terkait dengan nasib jutaan warga Eropa jika Vladimir Putin tidak memberikan keputusannya.

Kini Rusia berada di atas angin karena Vladimir Putin punya siasat menekan Uni Eropa.

Presiden Rusia Vladimir Putin hanya mengajukan satu syarat bagi Uni Eropa yang terancam membeku menjelang musim dingin.

Gambar selebaran ini diambil pada tanggal yang tidak diketahui dan dirilis oleh layanan pers Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina pada 4 Juni 2022 menunjukkan howitzer self-propelled M109A3, yang disediakan dalam rangka bantuan teknis internasional oleh Norwegia, menembak di garis depan dengan pasukan Rusia di tempat yang tidak diketahui di Ukraina. - Sebanyak 900 prajurit elit Rusia dilaporkan telah tewas selama enam bulan invasi Rusia ke Ukraina.
Gambar selebaran ini diambil pada tanggal yang tidak diketahui dan dirilis oleh layanan pers Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina pada 4 Juni 2022 menunjukkan howitzer self-propelled M109A3, yang disediakan dalam rangka bantuan teknis internasional oleh Norwegia, menembak di garis depan dengan pasukan Rusia di tempat yang tidak diketahui di Ukraina. - Sebanyak 900 prajurit elit Rusia dilaporkan telah tewas selama enam bulan invasi Rusia ke Ukraina. (Photo by press-service of Commander-in-Chief of the Ukrainian Armed Forces / AFP)

Putin mengatakan syarat tersebut adalah kesediaan negara-negara di Uni Eropa untuk mencabut sanksi dari pipa gas Nord Stream 2 Rusia.

Pemimpin Rusia ini bersikeras bahwa penyebab krisis energi di Eropa bukan karena Rusia, namun sanksi Uni Eropa yang menyulitkan Rusia menjualnya ke negeri benua biru tersebut.

"Pada akhirnya, jika terlalu sulit, jika semuanya menjadi begitu sulit, pergi dan cabut sanksi dari Nord Stream 2. Lima puluh lima miliar meter kubik per tahun — cukup tekan tombolnya, dan itu akan mengalir," kata Presiden Vladimir Putin pada konferensi pers setelah KTT SCO.

Baca juga: Terusir dari Kharkiv, Pasukan Rusia Kembali Dipukul Mundur, Ukraina Kuasai Luhansk

Baca juga: Rusia Bantah Tuduhan Bantai 400 Warga Ukraina dan Menguburnya Secara Massal

Putin menegaskan bahwa krisis energi dimulai bukan dari tindakan Rusia terhadap Ukraina, tetapi saat Eropa berusaha mengurangi emisi karbon dengan energy hijaunya.

"Krisis energi di Eropa tidak dimulai dengan dimulainya operasi militer khusus di Ukraina. Ini dimulai dengan agenda hijau," kata Putin.

Uni Eropa mencabut sanksi dari pupuk Rusia, tetapi keputusan itu hanya terkait dengan negara-negara Uni Eropa. Ini adalah keputusan yang memalukan, kata Vladimir Putin.

Sanksi pada pengiriman barang dan panggilan pelabuhan masih berlaku, katanya pada konferensi pers setelah KTT SCO.

"Retorika pangan UE adalah gertakan untuk memecahkan masalahnya sendiri," kata presiden.

Sebelumnya Menteri Energi Belgia Tinne Van der Straeten memberi peringatan kepada seluruh Eropa bahwa mereka akan menghadapi musim dingin yang berat di tengah krisis gas alam yang terjadi setelah invasi Rusia.

Tinne mengatakan, harga gas alam di Eropa perlu segera ditetapkan.

Baca juga: RUSIA Kebakaran Jenggot Usai Ukraina Rebut Kembali Wilayahnya, Zelenskyy: Para Penjajah Jelas Panik

Ia juga menyebutkan, hubungan antara harga gas dan tarif listrik perlu direformasi.

Menjelang akhir tahun, Tinne khawatir Eropa akan menghadapi musim dingin yang sangat berat.

Kondisi ini bahkan diprediksi bisa bertahan hingga bertahun-tahun kemudian.

"Lima sampai sepuluh musim dingin berikutnya akan mengerikan jika kita tidak melakukan apa-apa. Kita harus bertindak di sumbernya, di tingkat Eropa, dan bekerja untuk membekukan harga gas," ungkap Tinne, seperti dikutip BBC.

Di Eropa, tarif listrik melonjak dan mencapai rekor tertingginya minggu lalu.

Hal ini tidak lepas dari tingginya harga gas alam yang menjadi sumber utama pembangkit listrik di Eropa.

Tarif listrik di Jerman untuk kontrak selama satu tahun ke depan mencapai 995 Euro per MWh.

Sementara di Prancis, harganya naik menjadi 1.130 Euro per MWh.

Baca juga: Usai Kalah di Ukraina Timur, Kabarnya Rusia Bakal Kerahkan 28 Ribu Napi ke Medan Perang

Harga tersebut mengalami peningkatan lebih dari sepuluh kali lipat di kedua negara dari tahun lalu.

Kanselir Austria Karl Nehammer mengajak semua pihak di Eropa untuk segera mengakhiri gejolak di pasar energi saat ini.

Nehammer meminta Uni Eropa segera memisahkan harga listrik dan gas.

"Tarif listrik harus turun. Kita tidak bisa membiarkan (Presiden Rusia Vladimir) Putin menentukan tarif listrik Eropa setiap hari," ungkapnya.

Menjelang Musim Dingin Jerman, importir gas Rusia terbesar pada tahun 2020, sedang berusaha meningkatkan cadangan gasnya sebelum musim dingin di tengah berhentinya pasokan dari negeri beruang merah.

Jerman berencana mengisi kapasitas gasnya hingga 85 persen pada Oktober. Pemerintahnya pun telah menerapkan langkah-langkah penghematan energi untuk mencapai tujuan tersebut.

"Bersama dengan membeli gas dari pemasok alternatif, langkah-langkah tersebut memungkinkan Jerman untuk memenuhi tujuannya lebih cepat dari yang diantisipasi.

Target kemungkinan bisa tercapai pada awal September," kata Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck.

Baca juga: Joe Biden Minta Putin Tak Gunakan Senjata Nuklir dan Kimia Saat Menginvasi Ukraina

Negara-negara Uni Eropa berjuang menghadapi kenaikan harga energi yang drastis sejak mayoritas memberikan sanksi dagang kepada Rusia yang menginvasi Ukraina.

Tahun lalu, 40 persen pasokan gas alam Uni Eropa berasal dari Rusia. Setelah menerima sanksi, impor gas alam Rusia ke Uni Eropa menjadi terbatas.

Rusia Pindahkan Kapal Selamnya

Berita lainnya, Intelijen Inggris mengatakan Moskow kemungkinan telah memindahkan kapal selam Kilo-class dari Semenanjung Krimea ke Rusia selatan.

Tindakan tersebut dilakukan karena khawatir kapal selam itu akan terkena tembakan jarak jauh Ukraina.

Dikutip Al Jazeera, dalam briefing harian pada Selasa (20/9/2022), Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan kapal selam itu "hampir pasti" telah dipindahkan ke Krasnodar Krai di daratan Rusia, bukan pangkalan angkatan laut di Sevastopol di semenanjung Krimea.

“Ini sangat mungkin karena perubahan baru-baru ini dalam tingkat ancaman keamanan lokal dalam menghadapi peningkatan kemampuan serangan jarak jauh Ukraina,” kata kementerian Inggris.

“Dalam dua bulan terakhir, markas armada dan lapangan terbang penerbangan angkatan laut utamanya telah diserang.”

Baca juga: Senjata Amerika Tak Mampu Redam Serangan Rusia, Drone Iran Buat Wilayah Ukraina Porak-poranda

Selain itu, Kementerian mengatakan bahwa “menjamin” pangkalan Armada Laut Hitam di Krimea adalah salah satu “motivasi” Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mencaplok semenanjung itu pada tahun 2014.

“Keamanan pangkalan sekarang telah secara langsung dirusak oleh agresi lanjutan Rusia terhadap Ukraina,” tambahnya.

Semenanjung Krimea secara internasional merupakan wilayah Ukraina

Tetapi semenanjung itu diakui secara internasional sebagai bagian dari Ukraina, yang menginginkannya kembali.

Serangan balasan Ukraina, yang dimulai pada 6 September, telah mengejutkan Rusia, baik dari segi kecepatan maupun dinamisme kemajuan.

Pasukan Kyiv menyapu wilayah Kharkiv bulan ini setelah menerobos garis depan.

Serangan balasan Ukraina telah mengirim ribuan tentara Rusia melarikan diri sambil meninggalkan tank dan amunisi mereka.

Kerugian Rusia selama beberapa minggu terakhir telah mengguncang 'operasi militer khusus' .

Secara resmi, Rusia mengumumkan akan memindahkan beberapa pasukan keluar dari wilayah Kharkiv untuk berkumpul kembali di tempat lain.

Tetapi kerugian tersebut diakui secara terbuka di televisi pemerintah oleh komentator lokal yang menyerukan eskalasi.

Putin telah berjanji untuk melanjutkan, baru-baru ini memperingatkan tanggapan militer yang "lebih serius" terhadap "tindakan terorisme" Ukraina. (*)

Berita Internasional Terkini

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Putin Hanya Ajukan Satu Syarat Jika Eropa Tak Ingin Membeku di Musim Dingin

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved