Mata Lokal Memilih

Ancaman Cak Imin terkait Isu Duet Prabowo - Ganjar Pranowo, Koalisi Gerindra dan PKB Terancam Pecah

Ancaman Cak Imin terkait isu perjodohan Prabowo - Ganjar Pranowo. Koalisi Gerindra dan PKB terancam pecah, lalu apa untung dan rugi kedua partai?

Editor: Amalia Husnul A
Instagram prabowo/cakiminnow-YouTube Najwa Shihab
Muhaimin Iskandar - Prabowo Subianto - Ganjar Pranowo. Ancaman Cak Imin terkait isu perjodohan Prabowo - Ganjar Pranowo. Koalisi Gerindra dan PKB terancam pecah, lalu apa untung dan rugi kedua partai? 

TRIBUNKALTIM.CO - Belakangan mengemuka isu perjodohan Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. 

Isu duet Prabowo - Ganjar ini membuat koalisi Gerindra dan Partai Kebangkitan (PKB) terancam pecah.

Soal muncul isu duet Prabowo - Ganjar ini, Ketua PKB, Muhaimin Iskandar yang biasa disapa Cak Imin ini langsung memberi ancaman.

Isu rencana Prabowo sebagai calon presiden atau capres dan Ganjar sebagai calon wakil presiden (cawapres) ini mengemuka dan tak ada nama Ketua Umum PKB, Cak Imin dalam rencana tersebut.

Padahal awalnya koalisi Gerinda dan PKB yakni Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) ini bakal mengusung Prabowo-Muhaimin dalam Pilpres 2024.

Bagaimana sikap Cak Imin terkait isu duet Prabowo - Ganjar yang belakangan mengemuka?

Lalu bagaimana untung dan rugi bagi masing-masing partai yakni Gerindra dan PKB jika koalisi ini bubar jalan? 

Ancaman Cak Imin

Ketua Umum PKB, Cak Imin menebar ancaman soal isu Prabowo - Ganjar ini. 

Muhaimin Iskanda menyatakan, jika duet Prabowo-Ganjar terealisasi, PKB akan membentuk poros baru.

Senin (21/11/2022), ketika ditemui di Kantor DPP PKB, Jakarta, Cak Imin mengatakan, "Saya bikin komposisi lain (jika Prabowo-Ganjar berduet)."

Baca juga: Survei Elektabilitas Cawapres, Sandiaga Uno Teratas, Ridwan Kamil Ungguli AHY dan Cak Imin

Meski saat ditanya lebih lanjut soal komposisi baru ini, Muhaimin Iskandar masih belum membeberkan detailnya. 

Ketika ditanya apakah Cak Imin legowo bila tak berpasangan dengan Prabowo, Muhaimin Iskandar menjadi irit bicara.

Begitu juga ketika ditanya peluang PKB meninggalkan koalisi yang sudah dibangun, Cak Imin tidak banyak berkomentar. 

Gerindra santai

Dikutip TribunKaltim.co dari kompas.com, beda dengan PKB, respons Gerindra menanggapi isu ini justru terlihat santai.

Dua petinggi Gerindra yakni, Sekretaris Jenderal Ahmad Muzani dan Wakil Ketua Umum Budisatrio Djiwandono telah menjawab seputar isu ini.

Muzani memilih menyinggung soal waktu ketika ditanya isu penjodohan Prabowo-Ganjar.

Dia menilai bahwa waktu yang akan menentukan terkait siapa sosok pendamping Prabowo Subianto sebagai cawapres.

"Ya waktu tentu saja berjalan, nanti akan sama-sama kita ikuti dengan siapa Pak Prabowo akan menjadi presiden, dengan siapa nanti Pak Prabowo akan berpasangan dalam hal memilih wakil presiden," kata Muzani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin.

Tak menjawab lebih lanjut terkait isu tersebut, Muzani lantas menjelaskan soal koalisi Gerindra-PKB.

Menurut Muzani, dua partai ini sudah mengikrarkan diri dalam perjanjian kerja sama politik pada 13 Agustus 2022.

Salah satu keputusan ikrar koalisi adalah Prabowo capres Gerindra dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar adalah capres PKB.

Baca juga: Hasil Survei Litbang Kompas: Terjawab Loyalitas Pendukung Ganjar Pranowo, Prabowo dan Anies Baswedan

"Kedua partai ini mengikatkan diri satu sama lain dalam kerja sama politik di pilpres 2024 untuk menentukan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden," ujarnya.

Sementara itu, Budisatrio menghormati pandangan Cak Imin yang ingin membentuk komposisi baru.

Menurut dia, pandangan itu menunjukkan bahwa setiap partai politik memiliki kewenangan masing-masing terkait pencapresan.

Akan tetapi, Gerindra disebut tetap berkomitmen pada perjanjian koalisi dengan PKB.

"Kami sebagai kader, kami depankan komitmen terhadap penegakan perjanjian itu dan sesuai dengan apa yang tertuai dalam perjanjian tersebut.

Masalah calon presiden dan calon wakil presiden ditentukan oleh ketua umum partai Gerindra dan ketua umum PKB secara bersama-sama," ungkap Wakil Ketua Komisi IV DPR itu.

Ganjar dibahas internal?

Lantas apakah benar nama Ganjar juga nyatanya menjadi pembicaraan di internal Gerindra?

Informasi yang didapat dari internal Gerindra duet Prabowo-Ganjar memang sedang dipertimbangkan.

Duet ini juga bahkan disebut mendapat restu Jokowi.

Namun, saat dikonfirmasi,  Budisatrio mengatakan mendengar secara eksplisit.

Dia menuturkan pembicaraan seperti itu bukan tidak mungkin terjadi.

Baca juga: Ganjar Diuntungkan dengan Pencapresan Anies, Pemodal dan Penguasa Besar Hadang Koalisi Nasdem?

Ia pun menyebut nama Ganjar sebagai ide atau gagasan yang bisa saja dimunculkan oleh kader-kader Gerindra.

"Ya, namanya ide gagasan atau perdebatan antara siapa yang paling pas dengan siapa itu berjalan terus, dan saya belum dengar secara eksplisit, tapi mungkin ada saja yang membicarakan pasangan tertentu," kata Budi ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (22/11/2022).

Juru Bicara Badan Pemenangan Pemilu Gerindra ini menambahkan, terkait sosok cawapres Prabowo, tidak hanya terpusat satu nama saja.

Namun, ia menegaskan bahwa banyak sekali tokoh yang sangat layak mendampingi Menteri Pertahanan itu sebagai cawapres.

"Bukan mampu, maaf, sangat layak untuk bersama-sama Pak Prabowo, mendampingi Pak Prabowo. Tidak tertulis pada satu orang," ungkapnya.

Koalisi terancam bubar

Jika duet Prabowo-Ganjar ini menguat maka dikhawatirkan akan mengganggu komunikasi yang telah dibangun Gerindra dan PKB.

Pernyataan Cak Imin yang bersiap membuat poros baru menjadi buktinya.

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam berpandangan bahwa umur koalisi PKB dan Gerindra berpeluang tidak bertahan lama.

"Koalisi Gerindra - PKB hampir pasti bubar, akibat cinta bertepuk sebelah tangan," kata Umam saat dihubungi Kompas.com, Selasa.

Umam membeberkan alasan mengapa koalisi ini hampir dipastikan bubar.

Mulanya, ia mengungkit bahwa pada awalnya, Cak Imin cukup legowo atau menerima menjadi cawapres Prabowo.

Baca juga: Gerindra dan PKB Masih Bersikukuh Calonkan Tokoh Masing-masing untuk Capres 2024, Koalisi Pecah?

Diketahui, Muhaimin didorong oleh PKB menjadi capres. Muhaimin sendiri juga percaya diri menjadi capres 2024.

"Namun Prabowo dan Gerindra sendiri tampak tidak percaya dengan kapasitas Cak Imin dalam mendongkrak elektabilitasnya guna memenangkan kontestasi Pilpres 2024," ujar dia.

Sehingga, lanjut Umam, meskipun sudah deklarasi koalisi, nama cawapres tetap dikosongkan.

Lebih lanjut, dia menilai Gerindra bermain dua kaki dengan tetap mencari tokoh potensial cawapres yang bisa membantu mewujudkan Prabowo sebagai Presiden.

"Ada nama Khofifah masuk dalam daftar nama potensial tersebut, termasuk nama Puan Maharani yang jelas memiliki mesin politik riil di PDI-P," papar Umam.

Kehilangan basis suara Nahdliyin

Di sisi lain, Umam mengungkapkan peluang untung rugi jika Prabowo Subianto tidak jadi menggandeng Muhaimin sebagai cawapres, melainkan dengan Ganjar Pranowo.

Menurutnya, Gerindra juga dinilai bakal kehilangan suara untuk memenangkan Prabowo.

Utamanya suara dari basis pemilih Islam.

"Yang pasti, jika Prabowo tidak jadi menggandeng Cak Imin, maka dukungannya dari basis pemilih Islam akan mengalami defisit," kata Umam.

Dia menilai, ada dua alasan mengapa suara dari basis pemilih Islam untuk Prabowo akan berkurang jika tak jadi menggandeng Muhaimin atau Cak Imin.

Pertama, kelompok Islam konservatif dinilai sudah terlanjur kecewa dengan pilihan Prabowo masuk di pemerintahan.

"Sedangkan basis pemilih Nahdliyyin selaku representasi dari kelompok Islam moderat tidak mudah dimobilisir karena Prabowo tidak menggandeng tokoh Nahdliyyin dan trauma para Kiai pasca Pemilu 2014 dan 2019 masih cukup kuat," tutur dia.

Adapun tokoh Nahdliyyin yang dimaksud yaitu Cak Imin yang juga warga Nahdlatul Ulama (NU).

Sebaliknya, Muhaimin disebut bebas mencari komposisi baru untuk merespons duet Prabowo-Ganjar.

PKB justru akan leluasa mencari komposisi baru itu dengan membangun narasi politik Islam moderat di panggung demokrasi Indonesia.

Baca juga: Respon PDIP, Demokrat dan PKB Soal Pertemuan Anies dengan Gibran, Pengamat: Bukan Cari Restu Jokowi

(*)

Mata Lokal Memilih Lainnya

Berita Prabowo Subianto Lainnya

Berita Ganjar Pranowo Lainnya

Berita Cak Imin Lainnya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved