Memilih Damai

Ray Rangkuti Sebut Masyarakat Pilih Capres karena Kedekatan dan Programnya, bukan Pertimbangan Suku

Dalam talkshow Memilih Damai, Direktur Lingkar Madani, Ray Rangkuti mengatakan masyarakat memilih capres karena kedekatan dan programnya. Bukan suku

Editor: Amalia Husnul A
Warta Kota/YULIANTO
Founder Lingkar Madani Ray Rangkuti dalam acara Talkshow Memilih Damai Membedah Genealogi Presiden dari Masa ke Masa Di Universitas Al-Azhar Indonesia, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (8/12/2022). Dalam talkshow Memilih Damai, Direktur Lingkar Madani, Ray Rangkuti mengatakan masyarakat memilih capres karena kedekatan dan programnya. Bukan suku 

Kemudian, Anies Baswedan yang sudah lalukan safari politik di sejumlah daerah di Indonesia. 

Baca juga: Hasil Survei Capres 2024, Prabowo Paling Populer, Ridwan Kamil Paling Disukai, Moeldoko Kuda Hitam

"Anies sudah kemana mana, sudah melonjak persenmya ya dibanding Prabowo Subianto," ujar Ray. 

Selanjutnya, Prabowo Subianto yang belum lakukan safari poltliknya, membuat elektabilitasnya tidak naik. 

"Karena belum jalan jalan, tapi kalau Januari  2023 ia sudah safari politik, nantinya elektabilitas akan naik, karena kita liat di lapangannya," tutur Ray. 

Peneliti Litbang Kompas, Yohan Wahyu menegaskan bahwa pemilihan pemimpin di Indonesia bukan berdasarkan kedekatan identitas.

Kedekatan identitas yang dimaksud Yohan adalah agama, suku, atau hal-hal yang lainnya.

"Terkait dengan hasil survei kepemimpinan nasional, masih didominasi dengan nama-nama yang selama ini juga beredar di lembaga survei yang lain ya," ujar Yohan dalam pemaparannya seperti dikutip TribunKaltim.co dari WartaKota.Tribunnews.com di artikel berjudul Bukan soal Identitas, Anies Disenangi karena Prestasinya, Ganjar Merakyat, Prabowo Dianggap Tegas.

Yohan menyebutkan nama seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan memang menjadi tiga nama yang menguasai 60 persen lebih total suara responden. 

Artinya di bawah tiga nama tersebut, memang banyak nama-nama yang bermunculan.

"Bahkan survei Kompas menyebutkan kenapa milih Prabowo, Ganjar, atau Anies, itu tidak ada yang menjawab karena sama agamanya atau karena sama sukunya," ucap Yohan.

Ia mencontohkan, Ganjar dipilih karena merakyat. Prabowo dipilih karena tegas.

Baca juga: Pemilih Pilpres 2024 Tertarik Apa yang Mereka Bisa Akses, Titi Anggraini Beberkan Tantangan Media

Lalu, Anies dipilih karena kinerjanya, dan mungkin karena asosiasi Gubernur DKI saat itu. 

Yohan menegaskan apabila dilihat dari tren kepemimpinan dari tahun ke tahun, memang tidak ada dimensi sosiologis yang begitu menguat.

Namun demikian, ia menyadari ke depan di masa mendatang, perilaku pemilih di Indonesia memang lebih banyak digerakkan oleh sentimen sosiologi. 

"Jadi kalau ditanya suka atau enggak sama pemimpin itu, ya suka saja. Kalau ditanya alasannya apa, kadang bingung juga," jelas Yohan.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved