Mata Lokal Memilih

Grace Natalie: PSI Minta Maaf pada Bu Mega, soal Dukungan pada Ganjar Bukan Berarti Ambil Kader PDIP

Terkait dengan dukungan ke Ganjar, Grace Natalie: PSI minta maaf pada Bu Mega. Wakil Ketua Dewan Pembina PSI menyebut bukan berarti ambil kader PDIP

Editor: Amalia Husnul A
Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda-Instagram psi_id
Grace Natalie, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI - Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP. Terkait dengan dukungan ke Ganjar, Grace Natalie: PSI minta maaf pada Bu Mega. Wakil Ketua Dewan Pembina PSI menyebut bukan berarti ambil kader PDIP 

TRIBUNKALTIM.CO - Isi pidato Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri di HUT ke-50 jadi sorotan, salah satunya terkait sindiran pada partai lain yang mendukung kader PDIP sebagai capres.

Terkait sindiran Megawati di HUT ke-50 PDIP, DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pun angkat bicara soal dukungannya kepada Ganjar Pranowo sebagai kandidat calon presiden (capres).

Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie menjelaskan tidak bermaksud mengambil kader PDIP sekaligus menyampaikan permintaan maaf kepada, Megawati, Ketua Umum PDIP.

Dalam penjelasannya, Grace Natalie menyebutkan deklarasi Ganjar Pranowo yang merupakan kader PDIP sebagai capres pada Oktober 2022 lalu adalah hasil dari forum rembuk rakyat yang sudah diselenggarakan PSI sejak akhir Februari 2022. 

Menurut Grace Natalie, dukungan terhadap Ganjar Pranowo tersebut bukan berarti PSI mengambil kader PDIP.

Sebaliknya, justru deklarasi Ganjar merupakan pengakuan dari PSI bahwa PDIP sebagai partai senior telah menghasilkan para pemimpin hebat.

Grace Natalie juga menambahkan di bawah kepemimpinan Megawati, PDIP telah banyak melahirkan pemimpin dan negarawan yang hebat.

Salah satu contoh nyata, Grace Natalie menyebut nama Presiden Joko Widodo.

Hal ini yang meyakinkan PSI, pada waktunya nantinya PDIP akan mendukung kader-kader terbaik untuk melanjutkan kepemimpinan Jokowi. Salah satu di antaranya adalah Ganjar Pranowo. 

"Tapi siapa pun pilihan Bu Mega dan PDIP, pasti yang terbaik untuk Indonesia.

Baca juga: Pasca HUT PDIP, Sinyal Kuat Dukungan untuk Puan Maharani, Jokowi Minta Megawati Tidak Grasa-grusu

Sebagai sesama partai nasionalis, dan boleh disebut sebagai adik PDIP, kami akan selalu berjuang untuk kemajuan dan keutuhan NKRI.

Semoga Bu Mega sehat selalu," ujar Grace Natalie melalui akun Instagram resmi PSI, Rabu (11/1/2023) seperti dikutip TribunKaltim.co dari Kompas.tv.

Di kesempatan tersebut Grace Natalie juga meminta maaf atas deklarasi dan dukungan kepada Ganjar sebagai capres PSI di Pilpres 2024.

Ia mengakui partai yang digagas bersama Raja Juli Antoni dan Isyana Bagoes Oka ini memang masih muda, belum berpengalaman dan harus banyak belajar. 

Grace Natalie juga mengakui sebagai partai baru, PSI belum bisa melahirkan calon presiden.

"Kami paham yang disampaikan Ibu Megawati Soekarnoputri dalam pidato di acara HUT ke-50 PDIP ditujukan ke PSI.

Untuk itu, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, PSI meminta maaf kepada Ibu Mega.

PSI partai muda, kami masih awam dan naif. Kami kurang memahami mekanisme rekrutmen di PDIP," ujar Grace Natalie.

Sebelumnya dalam acara HUT ke-50 PDIP, Megawati Soekarnoputri merasa heran ada partai politik yang mendeklarasikan kader partai lain. 

Saking herannya, Megawati sempat menanyakan fenomena baru itu ke Hasto Kristiyanto, Sekjen PDIP tekait aturan partai politik dan aturan dari KPU mengenai calon presiden. 

Baca juga: Siapa Tasdi? Namanya Disebut Megawati Soekarnoputri Hingga Membuat Ketua Umum PDIP Menangis

 Menurut Megawati partai seharusnya menyiapkan kader masing-masing untuk mengarungi pemilu.

"Padahal sudah jelas pemilu ada, calon harusnya ada.

Pertanyaan saya, big question, bikin partai untuk opo?" ujar Megawati disambut riuh tepuk tangan para kader yang hadir HUT ke-50 PDIP, Selasa (10/1/2023).

Megawati Singgung Partai Lain yang Dompleng Kader PDIP

Dalam pidatonya di HUT ke-50 PDIP, Megawati juga memberi kode bahwa PDIP akan mengusung kadernya sendiri sebagai capres.

Ia menyinggung partai-partai politik lain yang mendompleng dukungan capres kepada kader PDIP.

"Aku sampai lihatin, aku bilang orang berpolitik kok kayak begitu. Emang enggak punya kader sendiri?" kata Megawati.

Ia mengatakan, aturan pencalonan presiden adalah capres dan cawapres diusung oleh partai atau gabungan partai politik.

"Sorry, aduh gawat dah. Kalau kayak gini konotasinya partai kayak enggak punya kader.

Coba bayangin, padahal jelas pemilu ada calon itu ada," ujar Presiden Kelima RI itu.

Baca juga: Jokowi Dibuli Habis Megawati, Rocky Gerung: Kebijakan Presiden Tidak Menguntungkan PDIP

"Jadi pertanyaan saya. Mau bikin partai untuk opo?

Jangan lupa itu organisasi partai politik. Internal harus mempersiapkan.

Saya enggak tahu lain partai bagaimana persiapkannya, kalau di kita jadi kader susah," kata dia.

Megawati juga sempat berbicara soal pemimpin perempuan dalam pidatonya.

Hal ini ia sampaikan merujuk kepada dirinya sendiri.

Megawati mengaku heran ada pihak yang pernah bertanya soal kriteria pemimpin masa depan yang dia harapkan.

Sebab, menurut Megawati, kriteria itu bisa dilihat dari dirinya.

"Ada pertanyaan, pemimpin masa depan yang Ibu harapkan itu seperti apa.

Aih, aku bilang, kok lu enggak ngelihatin gue ya. Orang jelas-jelas ada. Aduh gawat," kata Megawati.

Megawati lantas pamer dan menyebutkan bahwa dia telah menyandang dua gelar profesor dan sembilan gelar doktor honoris causa.

Selain itu, ada lima gelar lain yang akan dianugerahkan ke dia, tetapi tertunda karena pandemi Covid-19.

Menurut Megawati, ini membuktikan bahwa dirinya tak hanya cantik dan karismatik, tetapi juga pintar.

"Kamu tahu enggak sih, Ibumu ini sudah pintar, cantik, karismatik, pejuang. Opo meneh (apa lagi)?" ujar dia.

Megawati mengatakan, kepintarannya juga dibuktikan dari perjuangan dia membesarkan PDIP.

Presiden ke-5 RI itu bercerita bahwa ketika masih bernama PDI, partainya pernah dilanda dualisme kepemimpinan yang menghadapkan Megawati dengan Soerjadi.

Kepemimpinan Megawati bahkan sempat tak diakui oleh pemerintah Orde Baru kala itu.

Namun, kata Mega, ketika itu dirinya tak tinggal diam.

Berbeda dengan Megawati yang ceplas-ceplos dalam pidatonya, Jokowi yang dapat giliran berpidato setelahnya justru tampak kaku.

Selama sekitar 21 menit berpidato, Jokowi lebih banyak berbicara soal situasi ekonomi yang dibayang-bayangi krisis serta kebijakan pemerintah melarang ekspor bahan mentah dan hilirisasi industri.

Jokowi hanya menyinggung isu politik di penghujung pidatonya, itu pun berisi pujian kepada Mega yang dinilainya berhati-hati dalam memutuskan capres dari PDIP.

"Yang saya senang, mohon maaf Bu Mega, Bu Mega dalam memutuskan betul-betul sangat hati-hati. Betul-betul tenang dan tidak grusa-grusu seperti yang lain-lainnya, didesak-desak dari mana pun tidak goyah," kata Jokowi.

Padahal, dalam acara hari ulang tahun partai lainnya, Jokowi biasanya lebih luwes dalam berpidato dan tak jarang menyelipkan kode atau sikapnya terkait isu politik terkini.

Pada acara HUT Partai Hanura pada 21 Desember 2022 lalu misalnya, Jokowi menyampaikan keluh kesahnya ketika pihak Istana dianggap ikut campur dalam menentukan lolos atau tidaknya partai politik sebagai peserta pemilu.

Lalu, pada peringatan HUT Perindo, 9 November 2022, Jokowi bahkan memberikan kode dukungan kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk maju sebagai calon presiden.

Baca juga: Megawati Sebut Bukan karena Jokowi Tidak Pintar, Ini Alasan Ketua Umum PDIP Tolak Wacana 3 Periode

(*)

Update Mata Lokal Memilih

Berita PSI Lainnya

Berita PDIP Lainnya

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved