Wawancara Eksklusif
Soal Politik, Ketua DPRD Paser Hendra Wahyudi: Tahun Depan Pensiun Kalau tak Diperpanjang Masyarakat
Mengaku sebagai orang baru di panggung politik, Ketua DRPD Paser Hendra Wahyudi punya jurus dalam langkah politiknya.
Penulis: Syaifullah Ibrahim | Editor: Adhinata Kusuma
Ini kan tahun politik nih 2023-2024. Anda sendiri seorang politisi, kalau boleh saya tanya bagaimana dinamika politik di Kabupaten Paser?
Ya artinya, kalau sudah memasuki mendekati bertahun-tahun politik biasanya memang suasana mulai memanas, suasana politik agak hangat ya, itu memang biasalah. Selagi memang dinamika-dinamika itu tidak ke arah yang anarkis, kemudian ke hal-hal yang sudah membawa keagamaan, kesukuan.
Kami masyarakat Kabupaten Paser cukup majemuk dari berbagai daerah. Terkait suasana politik sampai sejauh ini masih cukup stabil. Tapi terkait dinamika-dinamika politik, memang ada, itu memang wajar.
Bagaimana sebagai ketua, bisa mendinamisir berbagai anggota partai di DPRD?
Tadi saya sampaikan, saya tergolong baru di DPRD. Jadi salah satu jurus saya mungkin lebih banyak mendengar karena banyak yang senior begitu kan. Jadi saya harus lebih banyak mendengar karena saya baru juga pengalaman baru juga, dan ini sebuah tantangan untuk saya.
Harus banyak mendengar, berdiskusi dengan para senior-senior, teman-teman. Berdiskusi dan banyak mendengar, kemudian merangkum apa yang saya dengar dan mencoba menerapkan, menerjemahkan apa yang mereka sampaikan dan Alhamdulillah, sampai saat ini.
Bupati Paser adalah kakak kandung anda, anda Ketua DPR kalau pas rapat kikuk atau biasa aja?
Awal-awal kikuk, tetapi profesional sajalah. Artinya pada saat kita dalam keadaan formal ya kita berdiskusi dalam mengambil kebijakan-kebijakan.
Itu salah satu kelebihan atau positifnya. Segala sesuatu itu bisa secepatnya mencair, artinya kita mencarikan solusi, kebijakannya seperti apa. Sehingga tidak belarut-larut dalam persoalan yang ada.
Mungkin kalau di luar dari pada jam kerja atau pemerintahan, kita duduk berdua di dapur berdiskusi bagaimana ini mencari jalan tengah atau solusi seperti itu.
Selama tiga tahun menjadi pejabat publik, apasih enaknya jadi ketua DPRD?
Saya kira, kita kalau ingin bertemu berbagai masyarakat ataupun ingin mencari informasi menambah wawasan ini dibiayai oleh negara.
Artinya kita bertemu konstituen untuk menjaring aspirasi dalam bentuk melaksanakan tugas-tugas, bertemu dengan orang banyak lebih mudah dan kita bisa mengakomodir apa yang menjadi aspirasi mereka.
Artinya mulai dari transportasi semua ini sudah disiapkan oleh negara dan ada kepuasan tersendiri, seperti yang tadi saya sampaikan bisa mengakomodir keinginan-keinginan aspirasi masyarakat itu yang jadi kepuasan tersendiri.
Kalau tidak enaknya?
Tidak enaknya itu kalau tidak ada jam kerja, kapan saja malam atau pagi, tengah malam itu, biasanya tamu ada mau yang ketemuan. (Syaifullah Ibrahim/Bagian2/Selesai)
Penantang Baru di Pilkada Balikpapan 2024, Muhammad Sa'bani: Saya Tak Muluk-muluk, 5 Tahun Selesai |
![]() |
---|
Bincang Pembangunan Gedung di IKN Bersama Robby Dwikojuliari, 'Awalnya Saya juga Sempat Pesimistis' |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif: PKN Sebut Isran Noor dan Rudy Mas'ud, Tokoh yang Cocok Pimpin Kaltim |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif: PKN tak Hanya 'Menjual' Anas Urbaningrum di Pemilu 2024 |
![]() |
---|
Persiapan PKN Kaltim Hadapi Pemilu 2024, Ikhsan Hattu: Loyalis Anas Urbaningrum jadi Modal Besar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.