Wawancara Eksklusif
Beber Penurunan Stunting, Dr.Ir Listyawardani, M.Sc: Jangan Lewatkan 1.000 Hari Periode Emas
Talkshow stunting menghadirkan Penyuluh KB Ahli Utama BKKBN, Dr.Ir Listyawardani, M.Sc dan Kepala Dinas DP3AKB Balikpapan, Dra. Alwiati, A.Apt.
Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Adhinata Kusuma
TRIBUNKALTIM.CO - Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Banggakencana) merupakan program strategis dari Pemerintah.
Fokusnya adalah mewujudkan keluarga yang berkualitas, salah satu adalah penurunan angka stunting yang juga menjadi program strategis nasional.
Dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Program Banggakencana dan Penurunan Stunting, pada Januari 2023 lalu, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mendorong semua pihak berkerja bersama menekan angka stunting hingga 14 persen di tahun 2024.
Untuk membahas ‘perintah’ Presiden ini, Talkshow Tribun Kaltim menghadirkan Penyuluh KB Ahli Utama BKKBN, Dr.Ir Listyawardani, M.Sc dan Kepala Dinas DP3AKB Balikpapan, Dra. Alwiati, A.Apt.
Listyawardani menilai target Presiden masih realistis untuk dicapai. Namun perlu strategi dan kerja sama.
“Dimulai dari 5 pilar strategi yaitu komitmen, komunikasi, konvergensi, ketahanan pangan, dan penyatuan data,” katanya dalam Talkshow Tribun Kaltim "Program Banggakencana Percepatan Penurunan Stunting", Jumat (10/2/2023). Bagaimana selengkapnya, simak petikan wawancara eksklusifnya bersama Tribun Kaltim.
Presiden Joko Widodo menargetkan 2024 ada penurunan stunting. Targetnya tidak main-main, sebanyak 14 persen di 2024. Padahal, data di tahun 2019 sebesar 27,6 % . Kalau tidak salah, Pak Hasto juga menyebutkan, di tahun 2022 datanya di angka 21,6 % . Dan di tahun 2023 harapannya 17-18 % . Menurut Ibu Dani, apakah realistis dalam kacamata BKKBN untuk mencapai target Pak Jokowi?
Listyawardani: Awalnya kita memang terkejut ya bahwa Presiden kok menargetkan begitu rendahnya. Padahal selama ini tidak ada negara-negara yang berhasil menurunkan sampai 3 % . Mungkin 1 % .
Tetapi setelah dihitung dengan matematika, manakala kita bekerja secara bersama-sama, jika skenario strategi itu berjalan, memang bisa.
Caranya itu menghitung setiap tahun, pada jumlah kelahiran sebanyak 4,8 Juta di Indonesia. Dan kalau kita mengawal mulai dari calon pengantin-ibu hamil, sampai dia tidak melahirkan anak stunting, secara matematis itu bisa tercapai.
Tapi itu kan matematis. Tapi kan perlu ada strategi. Akhirnya ada peraturan Presiden no.72 tahun 2021 (dulu sebutannya Stranas) sekarang menjadi Strategi Percepatan Pelunas Stunting, dimana disitu tentang pengaturan ulang dari aspek management, oprasional, dan aspek pengolaha data.
Kita mengenal ada namanya dengan 5 pilar strategi, 5 penta helix dan 5 tematik. Dimulai dari 5 pilar strategi yaitu yang pertama. komitmen dan kepemimpinan.
Yang kedua adalah terjadi komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat. Harus bergerak komunikasi terus melalui jalur pemberdayaan masuarakat. Masyarakat harus bergerak.
Kemudian yang ketiga adalah konvergensi, antara intervensi yang sifatnya spesifik dan sensitif. Spesifik tuh maksudnya langsung berkaitan dengan pelayanan kesehatan dan gizi.
Sedangkan censitif di luar itu, misalnya lingkungan hidup keluarga, sanitasi air bersih dan lain-lain.
Kemudian yang keempat kaitannya dengan ketahanan pangan. Ketahanan pangan itu kalau dulu strateginya hanya sampai di tingkat masyarakat. Nah kalau sekarang, harus sampai ke tingkat keluarga dan individu.
Jadi sasaran itu harus diyakinkan betul tentang konsumsi apa yang harus di konsumsi, karena kaitannya dengan gizi. Kemudian pilar yang kelima adalah adanya penyatuan data. Sinkronisasi data, riset, dan inovasi yang mendukung agar terjadi percepatan.
Kemudian ada 5 penta helix. Penta helix ini adalah pihak-pihak yang terlibat. Sudah pasti yang pertama pemerintah (mulai dari pusat hingga desa).
Baca juga: Kampanye Pencegahan Stunting Terus Digelorakan, CEO Tribun Network: Urus Stunting Pekerjaan Mulia
Yang kedua adalah masyarakat (sasaran yang bukan sebagai penerima tetapi juga sebagai pelaku. Kemudian yang ketiga adalah organisasi. Organisasi masyarakat dan organisasi kerja harus bergerak.
Kemudian dari dunia usaha. Dunia usaha juga harus bergerak. Katakanlah pendanaan tidak mungkin hanya dari pemerintahan. Kemudian yang kelima adalah tentunya dari perguruan tinggi, dilihat bagaimana dia bisa mendukung.
Selanjutnya ada program 5 tematik yang harus dikawal. Maksudnya adalah program-program pokok yang harus dikawal dan terjadi betul-betul secara operasional di lapangan.
Apakah itu dikatakan menjadi 15 program?
Bukan 15. Tapi itu akan diterjemahkan makin ke bawah makin operasional. Apa yang betul-betul harus dikawal, yaktu bagaimana kita mengawal calon pengantin melalui elektronik siap nikah siap hamil.
Jadi sekarang pak kepala BKBBN sudah sepakat dengan Menteri Agama. Calon pengantin itu jangan dulu dinikahkan sebelum punya sertifikat.
Sertifikat bahwa ia memegang akses Eksimil, tanda bahwa dia diingatkan. Hasil pemeriksaan hb, lingkar tangan atas, terutama yang perempuan, untuk mengetahui dia itu sehat atau tidak sebagai calon pengantin. Kemudian di dalam itu ada juga pendidikan tentang persiapan perkawinan dan seterusnya.
Tematik yang kedua yaitu audit kasus stunting kalau memang sudah kejadian stunting. Di audit apa penyebabnya dan seterusnya sehingga ada penanganan. Penanganan bisa dipisah, ini apakah penanganan karena masalah medis atau non medis. Itu untuk kasus-kasus yang sudah kejadian stunting.
Kemudian ketiga adalah pengawalan terjadinya konvergensi. Ternyata kita itu untuk kompak jalan bareng itu susah. Nah itu harus di kawal oleh terutama pemerintah daerah sampai desa. Kemudian pendampingan keluarga oleh Kader. Ternyata, ini tidak bisa lepas, harus didampingi dan diingatkan. Balita harus ditimbang setiap bulan, diukur panjangnya dan seterusnya.
Ibu hamil juga seterusnya didampingi terus oleh tim pendamping keluarga. Dan yang terakhir adalah di tingkat kecamatan. Karena unit pelayanan itu banyaknya di tingkat kecamatan, misalnya puskesmas.
Ini ada mini lokakarya. Di kecamatan bisa mengadakan mini lokakarya. Membicarakan tentang ada apa nih di kecamatan kita, apa yang harus kita lakukan, itu setiap bulan harus dilakukan terus menerus. Melibatkan yang 5 pihak tadi.

Sebelum ada perintah dari Pak Jokowi, apakah belum pernah dilakukan?
Ada, misalnya konvergensi. Hanya saja waktu itu dilakukan hanya di tataran pemerintah hingga kabupaten dan tidak melibatkan masyarakat. Jadi gini, sekarang ada konsep resiko, bukan hanya resiko stunting tapi ada juga resiko keluarga stunting.
Kita punya deteksi-deteksi awal bahwa dalam keluarga itu kalau ada anak balita dan keadaan keluarga seperti itu, resiko anaknya bisa jadi stunting. Ya, Sebenarnya banyak yang sudah dilakukan sebelumnya tetapi masih di awang-awang. Maka sekarang kita harus turun sampai ke tatanan keluarga.
Jadi kunci utamanya keluarga, ya?
Ya. Dan itu juga alasan Pak Presiden menunjuk BKKBN untuk menjadi ketua pelaksana. Karena BKKBN berkecimpung dalam program-program untuk keluarga.
Penurunan, artinya dari 2019, ke 2020 hingga 2022 ini, berkat 5 tadi itu?
Iya betul.
Itu akan konsisten hingga 2024 atau ada inovasi baru?
Sekarang sudah tinggal pelaksanaannya. Strategi dasarnya kita sudah ada, program pokok di lapangan sudah ada. Sekarang tinggal kita bagaimana itu betul-betul bisa terlaksana.
Apakah kira-kira ada yang perlu diperbaiki untuk mencapai penurunan stunting?
Terutama pada helix, ya. Untuk mempercepat ini jika hanya melalui anggaran pemerintah saja tidak akan cukup. Maka kita akan mengajak melalui dunia usaha, misalnya melalui program bapak asuhan stunting.
Jadi semua keluarga dan anak resiko stunting harus punya bapak asuh, apalagi jika mereka dari keluarga yang tidak mampu. Ini bentuk kepedulian. Itulah yang harus selalu kita gali.
Sementara di sisi lain secara paralel kita juga terus melakukan pendampingan, monitoring melalui berbagai aplikasi, dan terus menggelorakan melalui media-media tentang isu stunting.
Tahun 2019 hingga 2022 kan ada petanya. Pasti ada road map terkait stunting di Indonesia. Boleh sebut daerah-daerah mana saja yang memiliki angka tertinggi stunting mulai dari terendah ke tertinggi?
Sebetulnya petanya masih sama. Namun kami ada 12 provinsi prioritas, karena prevalensinya tinggi dan populasi yang besar. Secara prevalensi misalnya dari NTT, Aceh, Sulawesi Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.
Kalau lima provinsi yang besar itu Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten dan Sumatera Utara. Jadi intinya prioritas itu adalah daerah dengan populasi tinggi.
Menurunnya kan agak pelan ya dari 2019 angka 27 ke 21 sudah segitu persenan?
Kita kan harus 3 % ya. Agak melambat kemarin ini. Harusnya bukan 21 % ya karena harapan kita itu 20 sekian. Cuma ini masih 21. Artinya udah 2,8 % turunnya.
Ada yang beranggapan, dulu ada Covid sehingga penurunan stunting agak pelan. Benarkah?
Ya, agak melambat. Tapi waktu itu kita sudah dengan strategi baru. Dengan adanya strategi baru ini maka bisa mempercepat. Kalau kita gak ada strategi baru dan masih mengandalkan masih strategi lama dan ditambah Covid, angkanya tidak akan turun sebanyak itu.
Kalau tidak ada covid turunnya lebih tajam ya?
Ya banyak sekali akses terutama akses terhadap pangan. karena memang saat itu akses pangan terbatas. Karena pada saat Covid banyak orang yang kehilangan pekerjaannya.
Ibu Dani, tadi pagi Pak Gubernur juga mempertanyakan angka stunting SSGI dan Kemenkes juga mempertanyakan data itu. Bagaimana sebenarnya data Kemenkes ini bisa sinkron dengan yang ada di kabupaten Kota?
Ada dua metode yang mengukur. Pertama, metode sampling dan yang kedua adalah metode sensus. Kegunaannya sebenarnya beda. Yang satu, survey gizi, ada metode sampling yang dikawal oleh BPS, itu adalah untuk memprediksi, mengestimasi, suatu wilayah. Satuannya wilayah, dan tidak bisa ada di sensus itu kemudian ditanyakan by name by address.
Karena sampling itu hanya untuk menarik kesimpulan yang sifatnya wilayah. Sedangkan untuk mengetahui by name by address nya dimana, itu adalah melalui IPPGBM (Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat).
Itu yang berasal dari Posyandu. Nah ini memerlukan beberapa aspek seperti aspek coverage, aspek alat ukur yang harus standar, dan aspek petugas. Karena stunting ini bukan hanya menimbang, tetapi juga mengukur panjang bayi.
Kalau anaknya sudah berdiri, alat ukurnya berdiri, itu jauh lebih mudah. Kalau anak yang tidur ini susah. Persoalannya banyak sekali yang absen dan justru di kelompok-kelompok yang muda ini, dari 0 bulan - 12 bulan.
Itu kehadirannya rendah untuk di ukur. Jadi kita ada banyak miss dari prediksi itu. Padahal waktu pemeriksaan dia tertangkap bahwa dia stunting. Karena kadang kalau sampling itu mewakili semuanya.
Sebetulnya kami juga kecewa terhadap pemerintah daerah yang hanya berfokus pada hasilnya. Sekarang kita fokus pada intervensinya saja, deh. Kalau perbaiki PPGBM, memang menteri Kesehatan yanh sempurna.
Makanya tahun ini beliau menyiapkan seluruh Posyandu untuk siapkan alat ukur standar, kemudian diikuti pelatihan kadernya. Kemudian ada gerakan cakupan seluruhnya yang harus di ukur setiap bulan.
Dan pemerintah sebenarnya ingin lakukan survei ulang, katakanlah memperbesar sampling untuk bisa comparable dengan wilayah lain. Kita tetap harus dipadu oleh BPS, karena mereka yang punya sampling blok-blok mana yang bisa mewakili suatu populasi.
Adakah orang yang sempat menolak mengakui bahwa dirinya terindikasi stunting?
Ini sebuah tantangan dan ini sempat gempar dan akhirnya stunting dianggap stigma. Stunting terjadi karena adanya missed prediction stunting. Jadi pernah ada yang menolak, setelah itu tidak datang lagi ke Posyandu.
Nah itulah guna dari pendamping, jangan sampai menarik diri dan tetap aktif di Posyandu. Tadi disampaikan ada teknik bagan bagaimana melakukan komunikasi. Khusus untuk Balikpapan ada pendampingan terhadap pendamping.
Supaya pendamping itu juga dia tampil dalam melakukan pendampingan. Jangan sampai melakukan judgement. Itu yang jadi masalah nanti, sehingga yang bersangkutan malah tidak bisa diperbaiki.
Data kemenkes bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan stunting itu berdasarkan pertama pemberian air susu ibu ni, presentasenya besar bu 96,4 % . Ini kan apakah ibu-ibu sekarang zaman now ini tdak lagi memberikan asi atau bagaimana ini?
Kan ada faktor sensitif dan spesifik yah, spesifik itu kaitannya dengan integizi dan kita tahu bahwa masalah stunting ini di masalah periode 1000 hari pertama kehidupan dalam kandungan dan 2 tahun pertama kehidupan.
Nah di 2 tahun pertama kehidupan ini apa gizi yang cocok untuk bayi itu ASI, karena itulah yang bisa menyelamatkan bayi sampai dengan 6 bulan dia ASI ekslusif tanpa di campur yang lain.
Kemudian di atas 6 bulan sampai setahun sampai dua tahun itu ada yang disebut makanan pendamping asi (mapasi) ini ternyata dari hasil survey pun menunjukkan angka-angka tersebut buruk yah, contoh ini katanya pemberian asi eksklusif cuma 16 % , padahal itu lah sebetulnya kuncinya untuk mencegah stunting.
Kalau seandainya anaknya stunting pun sebetulnya kalau diberi ASI eksklusif dia bisa menjadi sehat, katakan pada saat lahir dia panjang kurang dari 48 cm kalau ibunya intensif memberikan ASI artinya kelainan yang lain tidak ada yah bisa di koreksi, itu bnyak kasus yang seperti itu.
Inilah yang menjadi PR kita bagaimana kita harus lebih memberikan semangat kepada ibu-ibu untuk memberikan ASI eksklusif ini, tidak ada makanan terbaik untuk bayi selain ASI.
Ini keprihatinan kita semua apa sebabnya yang menghambat ibu-ibu tidak memberikan asi.
Apa penyebabnya ini bu?
Biasanya kurang telaten memang, ya karena memang kalau memberi ASI itu harus ada keinginan dari ibu sendiri, ibu mau memberikan asi tidak kepada anaknya. Kalau tidak ada keingina dari dirinya susah untuk petugas memberikan bantuan motivasi, cara menyusui yang baik, cara merawat payudara yang baik supaya menghasilakn ASI yang baik ketelatenan seperti itu.
Kemudian ada hambatan-hambatan misalnya ibunya bekerja sehingga harus terpisah dari anaknya tidak bisa pulang sewaktu-waktu untuk memebrikan ASI akhirnya terputus. Jadi banyak sih itu harus kembali kepada ibunya.
Katakanlah oleh karena itu kenapa di setiap tempat kerja itu ada tempat untuk menyusui atau untuk harus di pompa ada ruang khususnya. Sekarang kan teknologi udah macam-macam yah asinya di taro di kulkas dulu kemudian nanti ada yang di rumah membantu memberikan ASI dan yang lain-lain.
Nah ini justru harus digali ini dan harus ada dorongan dari suami. Mendorong semangat ibu untuk memberikan ASI, karena kalau stres juga ASI bisa terhambat.
Pertanyaannya, ibu-ibu zaman now itu di kota di desa atau di kabupaten yang enggan memberikan asi kepada anaknya?
Kebanyakan memang faktor kesibukan ibu bekerja. Kita bisa lihat memang di desa juga bisa terjadi ada yang alasannya air susu gak keluar.
Itu hanya alasan sebenarnya harus ada keinginan, kalau memang dia ingin mau sebenarnya bisa di laksanakan, terus di sini IMD sudah bagus, ini inisiasi menyusui dini udah tinggi udah 60 % , dilaksanankan di faskes saat dia melahirkan ditempelkan langsung ke payudara.
Tapi begitu sampai di rumah ternyata drop out dulu ASI eksklusifnya turun jadi 16 % , artinya upaya faskes sebenarnya sudah ada sampai angkanya lumayan bagus 60 % , tapi begitu pulang nah ini berarti lingkungan keluarga, yaitu suami dalam hal ini.
Jika sudah melewati 1000 HPK dan di cap sebagai stunting, Itu apakah akan stunting seterusnya?
Kenapa 1.000 hari, karena di situlah terjadinya stunting dan di situlah stunting bisa diperbaiki. Terutama perkembangan otak contohnya.
Kalau lewat dari 1.000 ya terlambat. 80 % otak kita itu terbentuk dari 1000 HPK itu. Jadi kalau lewat dari itu, ada sih 20 % tapi tetap sedikit. Inilah golden period yang jangan terlewat. Lebih baik kita fokus.
Dan stunting bisa tumbuh kapan saja atau setiap saat. Misal dia sudah stunting, sembuh, itu akan bisa tumbuh lagi. Makanya harus dimonitor terus makanya harus penimbangan dan pengukuran panjang setiap bulan.
Supaya kalau ada gejala tidak meningkat, maka langsung diintervensi. Langsung diperbaiki. Jangan sampai nunggu. Karena kalau sudah nunggu kepanjangan sudah buruk akan susah diperbaiki.
Artinya terus-terusan intervensi dong kalau begitu?
Iya. kan monitoring dan intervensi. Jadi monitoringnya terus ditimbang dan ukur berat badan, dan jangan sampai dia turun ke garis yang tidak normal. Perlu peran masyarakat.
Gimana caranya biar ada peran masyarakat?
Yang pertama kepedulian dulu tentang persoalan stunting. Kita jangan sampai lengah dan jika kita sdh memutuskan utnuk punya anak kita punya balita kita tidak boleh lengah sampai dia lepas masa periode emas itu.
Harus sadar dulu, kalau tidak sadar ya balik lagi intervensi. Harus sabar, kemudian ada upaya dari dia. Dari siapa? dari pihak yang tidak mampu. Dari bapak asuh dari individu, pengusaha dan yang bisa membantu di wilayah itu.
Sejauh ini, untuk CSR berapa banyak peran swasta yang turut serta?
Menurut pemgalaman saya ya, harus satu persatu. Karena itu teknis bagaimana sampai dia melakukan dukungan berupa PMT kan jelaskan. Kemudian butuh biaya berapa dan itu harus diprogramkan di perusahaan itu sendiri.
Gak bisa tiba-tiba perusahaan ditodong Pemerintah kita aja merencanakan setahun sebelumnya.
Nah khusus di Kaltim ini ada baznas yang menghimpun zakat baik dari teman-teman perorangan yang mungkin juga sedekah dari perusahaan atau apa ditampung oleh basnas, dia akan diberikan bantuan kepada anak-anak stunting.
Nah mudah-mudahan nanti baznas bisa mengharapkan dukungan dari pak Gubernur untuk mendorong perusahaan. Silakan mau langsung atau lewat siapa silakan. Tapi kita punya pemetaan BKKBN dibantu BPD.
Jadi kita bertanggung jawablah transparan, mana yang sudah punya bapak asuh dan yang belum. Dan karena data kita itu ada dibawah.
Sebagai kata penutup, pesan terhadap kasus stunting ini?
Sebenarnya sesuai dengan sifatnya yah. Gen Z ini bisa menjadi duta. Jadi dia yang justru jadi pelaku, otomatis kalau dia jadi pelaku dia akan belajar dulu bagaimana sih masalahnya, apa itu stunting, bagaimana jadi generasi yang betul-betul berencana.
Jadi kita tempatkan dia sebagai tokoh. Dan keuntungannya kita bahwa dengan kita menempatkan dia di posisi terhormat dia akan bergerak dengan cepat dan menjadi pelopor.
Dan tentunya karena anak-anak muda ini senang sekali pada hal hal yang sifatnya sosial, populer, maka tidak lepas dukungan juga dengan media sosial. Jadi justru pelopor awalnya harus dari media yang menggerakkan.
Nanti dari pihak pemerintah membackup masalah substansi. Karena sekarang viral dari top dulu. Mungkin itu langkah yang palimg strategis yang bisa dilakukan untuk generasi Z. (Syintia Alfatika Sari)
wawancara eksklusif
BKKBN
penyebab stunting
stuntimg di kaltim
TribunKaltim.co
masa periode emas atau 1000 hpk
Penantang Baru di Pilkada Balikpapan 2024, Muhammad Sa'bani: Saya Tak Muluk-muluk, 5 Tahun Selesai |
![]() |
---|
Bincang Pembangunan Gedung di IKN Bersama Robby Dwikojuliari, 'Awalnya Saya juga Sempat Pesimistis' |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif: PKN Sebut Isran Noor dan Rudy Mas'ud, Tokoh yang Cocok Pimpin Kaltim |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif: PKN tak Hanya 'Menjual' Anas Urbaningrum di Pemilu 2024 |
![]() |
---|
Persiapan PKN Kaltim Hadapi Pemilu 2024, Ikhsan Hattu: Loyalis Anas Urbaningrum jadi Modal Besar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.