Hari Tuberkulosis Sedunia, DKK Balikpapan Galakkan Pemberian Terapi Pencegahan TBC

Dinas Kesehatan Kota Balikpapan terus berupaya melakukan penanganan TBC dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia.

Penulis: Ary Nindita Intan R S | Editor: Diah Anggraeni
HO
Ketua Tim Kerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular DKK Balikpapan, dr I Dewa Gede Dony Lesmana. Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia, Dinas Kesehatan Kota Balikpapan terus melakukan upaya dalam hal penanganan TBC. 

TRIBUNKALTIM.CO - Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS), Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan terus berupaya melakukan penanganan TBC.

Pasalnya, Indonesia saat inimenempati posisi kedua dengan jumlah kasus TBC terbanyak di dunia setelah India.

Kasus TBC di Indonesia diperkirakan sebanyak 969.000 kasus atau 1 orang setiap 33 detik.

Baca juga: DKK Balikpapan Gencarkan Konsolidasi Perencanaan untuk Tekan Kasus Diabetes

Untuk itu, dengan mengusung tema "Ayo Bersama Akhiri TBC, Indonesia Bisa", Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus menggalakkan program pemberian terapi pencegahan tuberkulosis (TPT).

Adapun gejala yang muncul akibat infeksi TBC, antara lain, batuk lebih dari 2 minggu, demam, penurunan berat badan secara signifikan, nafsu makan menurun, keringat pada malam hari tanpa aktivitas, badan terasa lemas, serta apabila sudah terjadi kerusakan organ paru-paru dapat menimbulkan keluhan batuk darah hingga sesak napas.

Dalam perjalanan alamiah penyakit pada manusia setelah bakteri TBC masuk dalam tubuh, terdapat 3 hal yang menjadi masalah.

Pertama, sistem kekebalan tubuh bisa melawan secara tuntas bakteri TBC yang masuk ke tubuh atau sembuh total.

Kedua, 10 persen dari tubuh manusia yang kemasukan bakteri TBC menjadi sakit TBC yang disertai dengan munculnya gejala dan keluhan TBC.

Ketiga, tubuh manusia yang kemasukan bakteri TBC tidak menimbulkan gejala apapun dari penyakit TBC, namun bakteri TBC tetap hidup dalam tubuh dalam kondisi dormant atau tidur danĀ  dapat berkembang menjadi TBC aktif ketika daya tahan tubuh menurun.

Adanya kuman dormant dalam tubuh ini disebut sebagai infeksi laten TBC, yakni suatu keadaan dimana sistem kekebalan tubuh seseorang yang terinfeksi dan tidak mampu membasmi kuman TBC dalam tubuh secara sempurna.

"Infeksi laten TBC ini mampu dikendalikan oleh sistem imun atau kekebalan tubuh, sehingga tidak timbul gejala sakit TBC. Tetapi imun tidak bisa membunuh bakteri TBC yang ada dalam tubuh," kata Ketua Tim Kerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular DKK Balikpapan, dr I Dewa Gede Dony Lesmana kepada TribunKaltim.co, Senin (3/4/2023).

"Anggaplah contoh ada 10 bakteri TBC yang masuk ke dalam tubuh, kemudian 8 dari 10 bakteri tersebut bisa dibunuh oleh imun. Nah, masih ada 2 bakteri nih, 2 bakteri ini hanya bisa dikendalikan imun tetapi tidak bisa dibunuh. Ini lah yang dikatakan sebagai bakteri tidur," jelasnya.

Baca juga: DKK Balikpapan Temukan 80 Kasus DBD Periode Januari 2023

Untuk menangani infeksi laten TBC ini, kata dr. Dewa, pemberian terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) adalah metode yang tengah digencarkan kepada individu yang berisiko untuk mengurangi potensi menjadi sakit TBC di kemudian hari.

TPT dapat menurunkan risiko reaktivasi kuman TBC yang tidur hingga sekitar 60-90 persen.

Selain itu, pemberian TPT kepada orang dengan HIV/AIDS (ODHA/ODHIV) dapat memberi perlindungan terhadap TBC hingga lebih dari 5 tahun.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved