Wawancara Viral
Perang Sarung Makan Korban di Balikpapan, Psikolog Patria: Ajak Anak Berpendapat Soal Fenomena Viral
Beberapa waktu lalu, sabetan dari perang sarung yang diduga diisi serbuk kayu membuat mata sebelah kiri seorang anak harus diangkat karena luka.
Penulis: Ardiana | Editor: Adhinata Kusuma
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Permainan perang sarung yang dianggap seru, memakan korban di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Beberapa waktu lalu, sabetan dari perang sarung yang diduga diisi serbuk kayu membuat mata sebelah kiri seorang anak harus diangkat karena mengalami luka serius.
Psikolog Siloam Hospitals Balikpapan, Patria Rahmawaty .S.Psi., M.MPd, menilai kejadian ini menjadi pembelajaran bagi masyarakat, terutama orang tua untuk lebih mengawasi lingkungan buah hatinya.
Sehingga ia juga mengatakan perlunya pengawasan saat anak bermain atau beribadah.
"Sebenarnya para orang tua sudah menjalankan perannya dengan baik. Hanya saja, di bulan Ramadan ini, ketika anak ke mesjid atau beribadah kalau bisa jangan dibiarkan sendiri. Sebaiknya ada yang mendampingi dari orang yang lebih dewasa, baik orang tua, atau kakaknya," kata Dosen Politeknik Negeri Balikpapan dalam talkshow Viral of The Week ”Perang Sarung Makan Korban, Siapa yang Salah?” di YouTube Tribun Kaltim Official, Selasa (5/4/2023) lalu.
Bagi Patria, adanya kasus tersebut memang memberikan kekhawatiran berlebih pada masyarakat.
Baca juga: Perang Sarung Makan Korban, Wali Kota Balikpapan Imbau Orangtua Awasi Anaknya
Baca juga: Cerita Bhabinkamtibmas Graha Indah Aiptu Wempi Hadapi Fenomena Perang Sarung yang Bikin Resah
Sehingga, tak jarang orang tua lebih ketat mengawasi bahkan posesif pada anaknya.
Meski begitu, ia mengimbau untuk membimbing dan memberi pemahaman pada anak agar lebih berhati-hati dalam berteman.
Karena baginya, anak-anak memang perlu berinteraksi dengan teman sebayanya meski tetap dalam pengawasan orang tua.
"Banyak cara, untuk anak-anak menikmati momen dan ibadah di bulan suci ini. Jadi, kita berikan pemahaman habis beribadah langsung pulang. Juga harus diawasi, baik dari pihak mesjid maupun orang tua," katanya.
Ia juga menyarankan agar korban diberikan pendampingan dari segi psikologis. Sebab, kejadian tersebut tentu menimbulkan traumatis pada sang anak.
"Secara psikologis ada kecemasan nanti yang muncul akibat ini, membuat rasa percaya diri nya menurun. Insecure, gak nyaman dengan keadaan dirinya, itu yang kita harus bantu mereka secara psikologis" ujarnya.
Patria juga memberikan beberapa tips untuk mendidik anak. Pertama, dekati anak dan ajak ia diskusi.
Patria mengatakan, membuat anak mengeluarkan pendapatnya terkait fenomena sosial dan viral yang terjadi sangat penting dilakukan.
Sebab, hal tersebut dapat memberikan pemahaman pada sang anak.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.