Pilpres 2024

Nasaruddin Umar Soal Pilpres 2024: Menjual Dalil Agama Tidak Laris Lagi, Masyarakat Sudah Dewasa

Nasaruddin Umar menyakini bahwa Pemilu 2024 mendatang akan berlangsung dengan damai dan melahirkan pemimpin yang amanah.

Editor: Heriani AM
nasaruddinumar.id
Nama Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar muncul dalam bursa cawapres dan diisukan menjadi cawapres Ganjar Pranowo. Nasaruddin Umar menyakini bahwa Pemilu 2024 mendatang akan berlangsung dengan damai dan melahirkan pemimpin yang amanah. 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Nama Nasaruddin Umar jadi sorotan publik belakangan ini. Lantaran digadang-gadang jadi calon kuat menjadi pendamping Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.

Ternyata bukan Nasaruddin Umar yang disebut Ganjar Pranowo jadi pendampingnya di Pilpres 2024 saat ditanya media.

Kendati begitu, Nasaruddin Umar memberikan pandangan soal Pilpres 2024 yang akan datang.

Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Nasaruddin Umar menyakini bahwa Pemilu 2024 mendatang akan berlangsung dengan damai dan melahirkan pemimpin yang amanah.

Apalagi, Nasaruddin jika nanti pemicu konflik dalam Pemilu seperti politik identitas serta politik yang menggunakan dalil agama tidak akan laku. Sebab, masyarakat saat ini jauh lebih dewasa dalam menyikapi persoalan politik.

Baca juga: Ganjar Pranowo Terus Terang Beber Nama Pendampingnya di Pilpres 2024, Ternyata Bukan Nasaruddin Umar

Belajar dari sejarah sebelumnya di mana agama digunakan untuk kepentingan politik, Nasaruddin menyebut hal itu tidak akan terjadi di masyarakat.

Hal itu disampaikan Nasaruddin saat wawancara dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di kawasan Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (19/5/2023).

"Isu keagamaan itu sering kali muncul sebagai faktor pemicu konflik, tetapi makin kesini, semakin matang, matang dalam berpolitiknya, matang pemahaman keagamannya," kata Nasaruddin.

"Jadi makin matang keagamannya artinya persoalan-persoalan keagamanan itu tidak lagi akan menjadi pusat perhatian, artinya masyarakat kita sudah tumbuh paham bahwa untuk kepentingan sesaat tidak perlu melibatkan agama yang sedemikian, segala memecah, tidak benar, jadi akhirnya perang ayat," sambung dia.

Sehingga, berdasarkan pengamatan dirinya, Pemilu 2024 akan berjalan dengan lembut dan penuh dengan demokrasi yang baik.

Karena, faktor-faktor yang digunakan untuk memecah belah masyarakat di Pemilu tidak akan laku.

Selain itu, kata Nasaruddin, faktor pemuka agama dalam mencerahkan masyarakat juga perlu ditingkatkan. Sehingga, masyarakat tak lagi bisa dipengaruhi dengan dalil-dalil yang memecah persatuan dan kesatuan bangsa.

"Jadi pengamatan saya melihat itu, Insya Allah pemilu yang ke depan akan lebih soft karena isu menjual dalil-dalil agama tidak akan laris lagi, karena apa, karena masyarakat kita sudah matang," ucap Nasaruddin.

"Masyarakat kita sudah dewasa, tapi itu tidak gratis, itulah peranan tokoh agama menciptakan penyadaran agama yang sungguh indah," terangnya.

Baca juga: Kompak bareng Nasaruddin Umar di Manado, Canda Ganjar saat Ditanya soal Pendamping, Sebut Nama Lain

Nasaruddin juga yakin dalam Pemilu 2024 mendatang, politik identitas yang gencar hadir mewarnai kontestasi politik dan menimbulkan perpecahan antarmasyarakat seperti Pemilu 2019 lalu akan mereda.

“Ini kalau saya bayangkan ya itu (politik identitas) nanti akan mereda. Kan kematangan beragama, kematangan berpolitik masyarakat Indonesia semakin bagus ya,” kata dia.

“Jadi coba kita lihat ya teman-teman kita berbeda parpol (partai politik) tapi bisa makan bersama, bisa saling bayarin,” tambahnya.

Profil sosok Nasaruddin Umar, disebut bakal jadi cawapres Ganjar Pranowo, imam besar Masjid Istiqlal.
Profil sosok Nasaruddin Umar, disebut bakal jadi cawapres Ganjar Pranowo, imam besar Masjid Istiqlal. (Kolase Tribunsumsel.com)

Lebih lanjut, dia berharap demokrasi dapat terus terawat dengan matangnya cara beragama dan berpolitik masyarakat Indonesia saat ini.

Selain itu, Nasaruddin mengajak masyarakat untuk sama-sama berpikir ke depan untuk terus meningkatkan tingkat kebahagiaann masyarakat.

“Kita berharap kita harus merawat demokrasi ini, jadi selain itu kita bangsa ini harus berpikir maju ke depan bagaimana meningkatkan tingkat kebahagiaan,” Nasaruddin menegaskan.

Jika dibandingkan dengan negara lain, tutur dia, tingkat kebahagian masyarakat Indonesia masih jauh berada di tingkat bawah.

Sehingga penting bagi masyarakat Indonesia terus menciptakan demokrasi yang sehat yang akan berdampak pada tingkat kebahagiaan berbangsa dan bernegara.

“Kita lihat bagaimana tingkat kebahagiaan negara-negara dunia, kita masih jauh di bawah. Kita harus melihat itu untuk di-upgrade antara lain yaitu penciptaan demokrasi yang sehat,” ungkapnya.

“Itu nanti akan berkontribusi terhadap adanya tingkat kebahagiaan berbangsa dan bernegara,” kata Nasaruddin.

MTA Bawa Pesan Damai di Pemilu

Majelis Tinggi Agama (MTA) menyambangi Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Jumat. Kedatangan MTA yang diwakili oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, untuk beraudiensi dengan KPU RI terkait menjaga perdamaian antar umat beragama menjelang Pemilu 2024.

Nasaruddin menegaskan, audiensi ini juga merupakan hal yang baru pernah pihaknya lakukan dengan lembaga penyelenggara pemilu ini.

“Ini sebuah tradisi baru yang akan kita lakukan, kerjasama Majelis Tinggi Agama dengan KPU,” kata Nasaruddin.

“Dan ini saya kira belum pernah dilakukan sebelumnya ya, bagaimana supaya emosi keagamaan itu kita tidak libatkan terlalu jauh di dalam rangka memperjuangkan suatu kepentingan jangka pendek,” tambahnya.

Dalam audiensi, Nasaruddin juga mendorong supaya ayat-ayat agama tidak digunakan sebagai alat kampanye.

Apalagi mengingat sentimen Pemilu 2024 ia rasa akan mereda sebab masyarakat Indonesia saat ini telah matang dari sisi beragama dan berpolitik.

“Mari kita melakukan pesta demokrasi ini tapi tanpa mencederai persaudaraan kita satu sama lain, seusai pemilu kita menerima satu sama lain,” tuturnya.

“InsyaAllah kalau saya bayangkan ya itu nanti akan mereda. Kan kematangan beragama kematangan berpolitik masyarakat Indonesia semakin bagus ya,” dia menambahkan.

Sementara itu, Ketua KPU RI Hasyim Asy’ari menyebut agama akan berbahaya jika dicampur adukan dengan politik.

“Yang berbahaya itu adalah kemudian isu agama campur dengan isu etnis, campur dengan isu politik,” kata Hasyim.

“Sehingga ini penting diterjemahkan bersama-sama para pimpinan Majelis Tinggi Agama kepada para jamaahnya bahwa Pemilu tidak boleh baperan istilah anak mudanya,” tutup dia.

(tribun network/yuda)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved