Berita Viral
Tutup Semua Outletnya, Toko Buku Gunung Agung Trending, Ini Sejarahnya: Berawal dari Kios Rokok
Tutup semua outletnya di akhir 2023 ini, Toko Buku Gunung Agung trending di Twitter dan Google. Simak sejarah toko yang berawal dari kios rokok.
TRIBUNKALTIM.CO - Tutup semua outletnya di akhir 2023 ini, Toko Buku Gunung Agung trending di Twitter dan Google. Simak sejarah toko yang berawal dari kios rokok.
Toko Buku Gunung Agung jadi trending di Twitter dan Google.
Gunung Agung berencana menutup semua outletnya di akhir 2023 ini.
Netizen pun banyak yang menyayangkan dan bernostalgia dengan toko buku ini.
Berikut ini sejarah Toko Buku Gunung Agung, ritel buku yang akan menutup semua cabangnya pada akhir tahun 2023.
Baca juga: Masih Ingat Tiko Anak Ibu Eny yang Sempat Viral? Kini Menikah, Ini Sosok Nadiyah sang Istri
Toko Buku Gunung Agung adalah satu dari sekian toko buku di Indonesia yang pernah berjaya selama puluhan tahun, hingga mengalami kerugian.
Direksi PT GA Tiga Belas menjelaskan alasan penutupan seluruh cabang Toko Buku Gunung Agung.
"(Efisiensi) untuk berjuang menjaga kelangsungan usaha dan mengatasi kerugian usaha akibat permasalahan beban biaya operasional yang besar dan tidak sebanding dengan pencapaian penjualan usaha setiap tahunnya, yang mana semakin berat dengan terjadinya wabah pandemi Covid-19 di awal tahun 2020," jelas Direksi PT GA Tiga Belas secara tertulis, Minggu (21/5/2023).
"Penutupan outlet yang terjadi pada tahun 2020 bukan merupakan penutupan outlet kami yang terakhir karena pada akhir tahun 2023 ini kami berencana menutup outlet milik kami yang masih tersisa," lanjutnya.
Toko Buku Gunung Agung didirikan oleh Tjio Wie Tay atau Haji Masagung pada 1953.
Tjio Wie Tay awalnya membentuk kongsi dagang dengan Lie Tay San dan The Kie Hoat bernama Thay San Kongsie pada 1945, dikutip dari laman Gunung Agung.
Baca juga: Lucu Kita, Bu, Viral Ibu Virgoun Sebut Nasibnya Mirip dengan Ibunda Indah Permatasari
Dari Kios Rokok Menjadi Toko Buku
Kongsi dagang Thay San Kongsie awalnya menjual rokok.
Setelah kemerdekaan Indonesia, permintaan buku-buku menjadi sangat tinggi, seperti dijelaskan dalam buku Sejarah Perbukuan (2022).
Thay San Kongsie memanfaatkan peluang dengan beralih menjual buku dan majalah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.