Pilpres 2024

Sering Kalah dari Prabowo di Hasil Survei Capres 2024, Ganjar Pranowo Disuruh Tempel Terus Jokowi

Sering kalah dari Prabowo Subianto di hasil survei Capres 2024, Ganjar Pranowo disuruh tempel terus Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Instragram/Ganjar Pranowo
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kunjungan kerja di Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023). Sering kalah dari Prabowo Subianto di hasil survei Capres 2024, Ganjar Pranowo disuruh tempel terus Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Menurutnya, dalam membangun sebuah negara tidak cukup hanya dengan durasi 10 tahun menjabat.

Ia menyebut butuh sekitar 40 tahun untuk benar-benar bisa membangun negara secara utuh dan matang.

Maka dari itu, kepemimpinan Indonesia selanjutnya mesti dan wajib melanjutkan estafet kepemimpinan sebelumnya.

"Jangan kira pemimpin selanjutnya bisa menyelesaikan semuanya dalam 5-10 tahun.

Kira-kira buruh 40 tahun, jadi kalau beliau sudah merintis 10 tahun berarti sisa 30 tahun lagi," tandasnya.

Berkah Kedekatan dengan Jokowi

Sementara itu, naiknya elektabilitas Prabowo menurut pengamat karena adanya berkah kedekatan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menegaskan pilihan politik Presiden Jokowi untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 semakin mengarah ke Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

Dia tak ragu menyebut hal itu turut menjadi faktor melejitnya elektabilitas Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres).

Baca juga: Hasil Survei Capres 2024: Prabowo di Atas Angin, Ganjar Belum Punya Sosok Cawapres Bisa Angkat Suara

“Sikap politik Jokowi belum sepenuhnya kepada Ganjar Pranowo karena apapun pada saat yang bersamaan pendukung Prabowo Subianto dan Gerindra mengeklaim pilihan politik Jokowi di 2024 mengarah kepada Prabowo,” kata Adi.

“Dan itu yang menjelaskan kenapa elektabilitas Prabowo Subianto relatively naik sekarang begitu ketat dengan Ganjar Pranowo,” sambung Adi.

Menurut dia elektabilitas Prabowo Subianto yang meroket belakangan ini merupakan berkah politik dari kedekatan dengan Jokowi.

Sebagai sosok menteri andalan, Prabowo Subianto kerapkali mendampingi kegiatan Jokowi secara langsung.

“Artinya ada berkah politik yang didapatkan oleh Gerindra dan efek kemesraan dan kedekatan yang selalu ditunjukkan Jokowi dengan Prabowo Subianto dalam kondisi begini,” terang Adi.

Maka dari itu, dia menegaskan jika situasi seperti ini terus berlanjut hingga Februari 2024 mendatang, Ganjar Pranowo dan juga PDIP akan dirugikan. Hal itu karena Presiden Jokowi tidak sepenuh hati mendukung PDIP.

“Yang dirugikan tentu Ganjar Pranowo tentu PDIP, karena dianggap Jokowi itu tidak sepenuhnya ke PDIP dan Ganjar Pranowo,” ucap Adi.

Karena diketahui, elektabilitas Prabowo Subianto belakangan ini menunjukkan tren positif. Hal itu terlihat dari survei yang diadakan oleh Indonesia Political Opinion (IPO).

Pada survei yang diadakan 5-13 Juni 2023 dengan skema tiga nama, Prabowo Subianto berhasil menduduki peringkat pertama dengan raihan elektabilitas mencapai 37,2 persen.

Kemudian, menempel dibelakangnya ada nama Anies Baswedan yang meraih dukungan mencapai 31,5 persen. Diikuti Ganjar Pranowo yang meraup suara sebesar 26,8 persen.

Prabowo menang, jika Anies gagal maju

Mengacu pada survei, jika Anies gagal mendapatkan tiket capres, Prabowo menang telak dari Ganjar pada Pilpres 2024. Prabowo mendapat elektabilitas sebesar 50,4 persen.

Sementara Ganjar mendapat elektabilitas sebesar 43,2 persen.

Artinya, ada Prabowo menang atas Ganjar dengan selisih 7,2 persen. Sedangkan jika posisi dukungan capres tertutup tiga nama, Prabowo bersaing ketat dengan 33.9 persen, dan Ganjar di angka 31,9 persen.

Lalu Anies, sebesar 20,8 persen.

Persaingan ketat Prabowo dan Ganjar ini dikarenakan selisih suara keduanya, menurut survei LSI ini, masih dalam margin of error 2,9 persen.

"Kemenangan Prabowo atas Ganjar lebih telak ketika head to head. Selisih kemenangan Prabowo atas Ganjar naik, dari selisih 2 persen menjadi selisih 7,2 persen," jelasnya.

Sebagai informasi, survei dilakukan secara tatap muka (face to face interview) dengan menggunakan kuesioner kepada 1.200 responden di seluruh Indonesia.

Dengan 1200 responden, survei dilakukan pada tanggal 3-14 Mei 2023.

Selain survei dengan metode kuantitatif, LSI Denny JA juga memperkaya informasi dan analisa dengan metode kualitatif, seperti analisis media, in-depth interview, expert judgement, dan focus group discussion. (*)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved