Polisi Tembak Polisi

Kejanggalan Kasus Polisi Tembak Polisi hingga Dugaan Bripda Ignatius Dibunuh, Keluarga: Direncanakan

Ada kejanggalan kasus polisi tembak polisi di Rusun Polri Cikeas, Bogor. Dugaan Bripda Ignatius dibunuh, keluarga menyebut direncanakan dengan matang

Editor: Amalia Husnul A
Tribunnews.com-Tribun Pontianak/Agus Pujianto
Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage yang menjadi korban tewas dalam kasus polisi tembak polisi di Rusun Polri, Cikeas, Bogor, Jawa Barat. Ada kejanggalan kasus polisi tembak polisi di Rusun Polri Cikeas, Bogor. Dugaan Bripda Ignatius dibunuh, keluarga menyebut direncanakan dengan matang 

TRIBUNKALTIM.CO - Kasus polisi tembak polisi di Rusun Polri, Cikeas, Bogor yang berujung tewasnya Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage masih menjadi misteri. 

Ada perbedaan keterangan dari pihak keluarga Bripda Ignatius dengan pernyataan Mabes Polri terkait kasus polisi tembak polisi ini.

Pihak keluarga Bripda Ignatius yang menjadi korban dalam kasus polisi tembak polisi ini menduga Bripda Ignatius dibunuh.

Bahkan keluarga menyebut dibunuhnya Bripda Ignatius ini direncanakan dengan matang oleh seniornya.

Selain itu ada kejanggalan dalam kasus polisi tembak polisi yang disampaikan ayah Bripda Ignatius.

Pihak keluarga Bripda Ignatius mengatakan sempat mendapatkan informasi dari Mabes Polri bahwa penyebab tewasnya Bripda Ignatius karena sakit keras.

Menurut Y Pandi, ayah Bripda Ignatius, pernyataan ini diterima keluarga berdasarkan informasi dari Mabes Polri yang disampaikan melalui Polres Melawi dan Polda Kalbar, penyebab tewasnya sang anak lantaran sakit keras 

Ayah Bripda Ignatius, Pandi mengaku dirinya diberitahu melalui sambungan telepon dan diminta oleh Polres Melawi dan Polda Kalbar terbang ke Jakarta untuk menemui Bripda Ignatius yang saat itu disebut masih dirawat di ruang ICU RS Polri Kramat Jati.

"Kemudian dari Polres Melawi telepon kami juga. Karena pas yang menghubungi kami itu, kenal dan kawan, jadi pikiran kami sebagai orang tuanya kalau tidak percaya salah kita, ya kan."

"Menanyakan juga hal yang sama, 'Apakah ini betul orang tuanya Rico?'

(Panji menjawab) 'Betul, ada apa ya?'

(Polres Melawi) 'Kami dapat pesan dan berita dari Mabes supaya bapak ini turun ke Jakarta, anak bapak sakit keras kondisinya sekarang dan ada di RS Polri Kramat Jati, Jakarta," tuturnya, dikutip dari YouTube Tribun Pontianak, Jumat (28/7/2023).

Selanjutnya, Pandi juga mengatakan biaya akomodasi dirinya dan keluarga untuk terbang ke Jakarta ditanggung oleh Polda Kalbar.

Baca juga: Orangtua Korban Ungkap Dugaan Motif Kasus Polisi Tembak Polisi di Bogor, Singgung soal Senpi Ilegal

Sesampainya di Jakarta, Pandi dan keluarga pun akhirnya bertemu pihak Mabes Polri yang diwakili kesatuan tempat anaknya bertugas, yaitu Densus 88 Antiteror.

Lalu, Pandi meminta izin kepada pihak Densus 88 Antiteror untuk merekam seluruh pembicaraan selama pertemuan berlangsung.

Densus 88 Antiteror pun memperbolehkan perekaman dilakukan.

Namun, nyatanya Densus 88 Antiteror justru menjelaskan, tewasnya Bripda Ignatius bukanlah karena sakit keras, tetapi tertembak oleh rekannya.

"Tidak sengaja mengambil senpi yang ada di tas, senior tadi mengambil senpi dari tasnya, tidak sengaja senpi ini meledak dan mengenai korban."

"Tepatnya dari batang leher ini tembus ke bawah telinga kanan," ujar Pandi seperti dikutip TribunKaltim.co dari Tribunnews.com di artikel berjudul Kejanggalan Tewasnya Bripda Ignatius: Mabes Polri Sebut Sakit Keras, tapi Sempat Video Call Keluarga.

Dugaan Dibunuh

Jelani Christo, selaku Penasihat Hukum keluarga Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage, mengatakan adanya kejanggalan dalam kasus tewasnya Bripda Ignatius.

"Dari pihak keluarga yang kami dapatkan atas tewasnya Bripda Ignatius kami menduga ada indikasi atau dugaan pembunuhan," ujar Jelani Christo seperti dikutip TribunKaltim.co dari Tribunnews.com di artikel berjudul Dugaan Bripda Ignatius Dibunuh, Keluarga: Direncanakan Matang oleh Senior dan Rekan di Densus 88.

Kejanggalan tersebut, termasuk soal luka tembak yang ada di jenazah Bripda Ignatius.

Baca juga: Kronologi Polisi Tembak Polisi di Bogor dan Firasat Aneh Kekasih Korban Sebelum Penembakan, Motif?

Jelani Christo menjelaskan, bahwa korban mendapat luka tembak karena rekannya sesama anggota Polri saat bertugas di Densus 88 Mabes Polri mengeluarkan senjata.

Kemudian senjata itu tiba-tiba meletus mengenai korban.

Insiden ini menjadi pukulan mendalam bagi keluarga korban.

"(Dugaan pembunuhan) tersebut direncanakan dengan sangat canggih dan matang oleh seniornya dan rekan-rekanya di Densus 88," sambungnya.

Kejanggalan-kejanggalan tersebut, menurut pihak keluarga Bripda Ignatius, lanjut Jelani Christo patut untuk dipertanyakan lantaran tergolong tidak wajar.

"Hal tersebut di atas menurut hemat kami ada Kejanggalan dan ada Skenario Kejahatan besar dan sangat tidak masuk akal," ungkapnya.

Selain itu, pihaknya mendesak Presiden RI Jokowi, Menkopolhukam Mahfud MD, Kapolri dan Kadiv Propam Polri untuk Segera mengusut dengan tuntas, transparan, profesional, dan berkeadilan.

Sebab, kematian Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage menjadi awal adanya penentangan perbuatan pidana pembunuhan dari anggota Densus 88.

"Kami sangat menentang atas perbuatan Pidana Pembunuhan yang diduga dilakukan oleh seniornya dan rekan-rekanya di Densus 88," katanya.

Sehari Sebelum Tewas, Lakukan Video Call ke Keluarga dan Pacar

Kejanggalan semakin tampak ketika sehari sebelum dinyatakan tewas, Sabtu (22/7/2023), Bripda Ignatius sempat melakukan panggilan video atau video call kepada keluarga dan kekasihnya.

Bahkan, panggilan tersebut dilakukan hingga Minggu (23/7/2023) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB atau sekitar 45 menit sebelum peristiwa tertembaknya Bripda Ignatius terjadi.

"Kami ada komunikasi jam 8 (malam). Kami masih video call. Sampai kepada kakaknya juga, pacarnya juga.

Kami sampai jam 1. Ceweknya di Pontianak," ungkap Pandi, Kamis (27/7/2023) dikutip dari Tribun Pontianak.

Baca juga: IPW Cium Hal Aneh di Kasus Polisi Tembak Polisi, Kelalaian Tapi Tersangka 2 Orang

Kronologi versi Densus 88 Antiteror

Sebelumnya, Juru Bicara Densus 88 Antiteror, Kombes Aswin Siregar, mengungkapkan kronologi awal sebelum tewasnya Bripda Ignatius.

Peristiwa berawal ketika Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage mengajak berkunjung dan bertemu di salah satu flat atau kamar di Rusun Cikeas, Bogor, Jawa Barat pada Sabtu (22/7/2023) pukul 22.35 WIB.

Lalu, pada pukul 01.38 WIB, mereka berkumpul di kamar flat dengan Bripda Ignatius dengan Bripka IMS dan Bripka IG.

Kemudian, pada pukul 01.42 WIB, Bripka IMS mengeluarkan senjata api dalam tas untuk diperlihatkan kepada Bripda Ignatius.

Namun, tiba-tiba senjata meletus mengenai leher Bripda Ignatius.

Aswin mengatakan insiden yang terjadi lantaran kelalaian dari rekan Bripda Ignatius dalam menggunakan senpi.

"Peristiwanya adalah kelalaian, pada saat mengeluarkan senjata dari tas, sehingga senjata meletus dan mengenai anggota lain di depannya," tuturnya dikutip dari Warta Kota.

Kini, dijelaskan Aswin, kasus tewasnya Bripda Ignatius akibat kelalaian seniornya tersebut sedang ditangani oleh tim gabungan Densus 88 dan Polres Bogor.

"Nanti penyidik Polres dan Densus akan mengupdate perkembangannya," kata dia.

Baca juga: Viral Polisi Ditembak Polisi di Cikeas, Hotman Paris Siap Bantu Keluarga, 2 Terduga Pelaku Diamankan

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Warta Kota/Ramadhan L Q)(Tribun Pontianak/Agus Pujianto)

Update Polisi Tembak Polisi

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved