Pilpres 2024
Beberkan Hasil Survei Anies yang Tak Dikenal Kiai dan Masyarakat Jatim, Cak Imin: Gak Bahaya Tah?
Cak Imin beberkan hasil survei Anies Baswedan yang tak dikenal kiai dan masyarakat Jatim.
Penulis: Eni | Editor: Muhammad Fachri Ramadhani
Di Jawa Timur, kata Cak Imin yang masih mengacu pada survei itu, capres yang memiliki elektabilitas tertinggi adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan dirinya sendiri.
Cak Imin lantas mengakui bahwa Anies memang tidak terlalu terkenal di Jatim.
"Jadi Anies Baswedan memang tidak dikenal di kiai-kiai dan masyarakat di Jawa Timur. Makanya saya bilang, lho, lho, lho, lho, gak bahaya tah ini?" tuturnya.
Sebagai informasi, Anies dan Cak Imin berpasangan untuk maju ke Pilpres 2024.
Sejauh ini, Anies-Cak Imin diusung oleh Partai Nasdem dan PKB.
Baca juga: Anies dan Cak Imin Disebut Capres Cawapres Pemersatu Indonesia, Pengamat Ungkap Lima Alasannya
Cak Imin Masuk Empat Besar Perbincangan Netizen di Media Sosial
Elektabilitas di dunia digital Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) naik tajam.
Ia berada di posisi empat besar di bawah Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo versi survei Fenometer pada periode 1-31 Agustus 2023.
Disampaikan pada data di bulan Agustus menunjukkan, kenaikan elektabilitas Cak Imin cukup signifikan yakni sebesar 5,26 persen dibandingkan bulan Juli 2023.
Pada bulan Juli, elektabilitas digital Gus Imin masih 9,15 persen.
Serta untuk saat ini ada di angka 14,41 persen.
Sementara itu mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berada di urutan pertama dengan persentase sebesar 22,34 persen, disusul Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto 19,69 persen dan Ganjar Pranowo 19,61 persen.
“Elektabilitas digital yang diraih Gus Imin saat ini berhasil melewati raihan Sandiaga Uno dan Erick Thohir. Dengan kenaikkan mencapai 5 persen dibandingkan bulan Juli lalu, menjadikan Gus Imin sebagai nama potensial yang akan bertarung di pilpres 2024 mendatang,” kata Founder Fenometer, Teguh Handoko, yang ditulis Minggu (10/9/2023).
Ia menjelaskan, data pemantauan cerdas digital Fenometer ini diperoleh dari hasil monitoring percakapan warganet di kolom-kolom media sosial seperti Twitter, Instagram, Youtube, Facebook, Tiktok dan News Online.
“Metodologi pengumpulan data percakapan ini didapatkan dari warganet-warganet melalui unggahannya di media sosial seperti Twitter, Instagram, Youtube, Facebook, Tiktok maupun situs-situs News Online di Indonesia dengan menggunakan engine saat melakukan crawling dan set-up project," urai dia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.