Berita Kukar Terkini

3 Situs Sejarah di Desa Jembayan Kukar yang Patut Dikunjungi Wisatawan

Jembayan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur menyimpan tiga situs sejarah.

Penulis: Miftah Aulia Anggraini | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/MIFTAH AULIA
Desa Jembayan di Kecamatan Loa Kuku, Kukar, Kalimantan Timur, menyimpan tiga situs sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Loa Kulu merupakan daerah kaya raya akan hasil tambang batu bara. 

TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG - Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur menyimpan tiga situs sejarah yang menarik untuk dikunjungi.

Situs-situs tersebut adalah:

- Makam Raja Kutai Kartanegara;

- Makam ulama Aulia Habib Abdurrahman;

- dan bunker Jepang.

Ketiga situs sejarah ini menjadi saksi bisu peradaban masa lalu.

Baca juga: Dorong Perkembangan Wisata Balikpapan, Relawan PLN Gelar Bersih Pantai di Situs Sejarah

Makam Raja Kutai Kartanegara adalah situs kerajaan tertua di Indonesia yang masih terawat secara baik.

Makam ulama Aulia Habib Abdurrahman adalah makam seorang ulama besar yang menjadi tempat ziarah bagi banyak orang.

Bunker Jepang adalah situs peninggalan Perang Dunia II yang masih asli.

Pemerintah desa Jembayan pun berencana untuk mengembangkan ketiga situs sejarah ini menjadi destinasi wisata edukasi yang menarik bagi wisatawan lokal dan asing.

Baca juga: Optimalkan Wisata Situs Sejarah, Pemkot Samarinda Bangun Dermaga di Area Masjid Shiratal Mustaqiem

Dengan demikian, desa ini dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

“Kami ingin Desa Jembayan menjadi desa wisata yang unik dan berbeda. Kami memiliki nilai sejarah dan religi yang luar biasa. Kami juga ingin menjaga dan melestarikan warisan budaya dan sejarah kami,” kata Sekretaris Desa Jembayan, Jamli, Senin (6/11/2023).

Jamli mengatakan bahwa pemerintah desa terus berupaya untuk merawat dan mempercantik situs-situs sejarah ini. Ia juga berharap bahwa situs-situs sejarah ini dapat menjadi sarana edukasi sejarah bagi pelajar dan masyarakat di Kukar.

“Kami mengharapkan dukungan dari masyarakat kita untuk program pengembangan wisata di Jembayan," tuturnya.

Baca juga: Goa Tengkorak Jadi Objek Wisata Unggulan di Paser, Situs Sejarah yang Tak Lekang oleh Zaman

"Kami yakin bahwa situs-situs sejarah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,” tandasnya.

Loa Kulu Kaya Cagar Budaya

Siapa sangka Kecamatan Loa Kulu memiliki cerita sejarah yang panjang, mulai sejarah kerajaan, pertambangan batu bara hingga penjajahan Belanda dan Jepang.

Loa Kulu juga kaya akan cagar budaya, salah satunya situs cagar budaya Pamerangan berupa makam raja, sayangnya kurang diperhatikan keberadaannya.

Ini pula yang melatarbelakangi Supriyanto menulis buku Loa Kulu Dalam Catatan. Supriyanto menyampaikan keprihatinannya terkait cagar budaya Loa Kulu yang makin habis karena tak terurus.

Loa Kulu pada masa lalu merupakan kota terbesar, bahkan kota paling ramai di Kalimantan Timur.

Loa Kulu disebut sebagai kota metropolitan. Dulu, sentral listrik berada di Loa Kulu.

Baca juga: Candi Menjadi Situs Sejarah dan Budaya, Ini Harga Tiket Masuk 5 Candi yang Ada di Jogja

Sarana air bersih, perumahan, perkantoran, pasar, pabrik semen, pelabuhan, ada semua di Loa Kulu.

"Jejak sejarah tersebut masih dapat ditelusuri bekas-bekasnya," kata Supriyanto dikutip dari TribunKaltim.co.

Ia mengemukakan, Loa Kulu merupakan daerah kaya raya akan hasil tambang batu bara.

Karena kekayaan tambang di Loa Kulu ini memicu penjajah Belanda dan Jepang memperebutkan bumi Loa Kulu untuk dikuasai.

Loa Kulu pernah menjadi penghasil batu bara terbesar di wilayah nusantara pada zaman penjajahan Belanda dan ditambang kurang lebih 75 tahun lamanya.

Baca juga: Viral Wisata Alam Hidden Gems di Kabupaten Paser, Dekat IKN Nusantara

Sehingga Loa Kulu dikenal sampai mancanegara saat itu. Sebelum Samarinda dan Balikpapan menjadi kota besar, kota Loa Kulu lebih dulu menjadi kota besar di masa kejayaannya.

Desa Jembayan Dalam, Kecamatan Loa Kulu disulap menjadi Kampung Merah Putih. Pihak desa mengalokasikan anggaran Rp 15-20 juta
Desa Jembayan Dalam, Kecamatan Loa Kulu disulap menjadi Kampung Merah Putih. Pihak desa mengalokasikan anggaran Rp 15-20 juta.

Pada 1971-1974, Loa Kulu mengalami kemunduran. Sekarang Loa Kulu menjadi desa, dan sebagian masyarakat menyebutnya sebagai kota tua.

Supriyanto mengungkapkan, apabila ke Tenggarong warga tidak hanya pergi wisata ke Tenggarong menuju Pulau Kumala, Museum Mulawarman, Waduk Panji hingga ke Ladaya.

Mereka juga bisa melancong ke Loa Kulu menelusuri berbagai situs yang menjadi jejak sejarah di masa lalu.

(*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved