Pemilu 2024

Dulu Ngaku tak Tertarik Politik, Alasan Kaesang Mau Jadi Ketua PSI, Singgung Gaji Gibran dan Jokowi

Dulu mengaku tak tertarik politik, ini alasan Kaesang kini jadi ketua PSI. Gaji Gibran dan Jokowi ikut disinggung.

Editor: Amalia Husnul A
KOMPAS.COM/RASYID RIDHO
Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep saat bertemu TKD Kabupaten Serang, Banten. Dulu mengaku tak tertarik politik, ini alasan Kaesang kini jadi ketua PSI. Gaji Gibran dan Jokowi ikut disinggung. 

TRIBUNKALTIM.CO - Anak bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep yang kini menjadi Ketua Umum PSI kini sibuk wara-wiri untuk kampanye ke berbagai daerah.

Saat di Semarang, Jawa Tengah, Kaesang ditanya soal sepak terjangnya di dunia politik yang kini menjadi Ketua Umum PSI sementara sebelumnya adik Gibran Rakabuming Raka, Walikota Solo dan cawapres 02 mengaku tak tertarik politik.

Menjawab pertanyaan tersebut, Kaesang berkilah perbedaannya dengan Jokowi dan Gibran meski kini terjun ke politik, termasuk soal gaji.

Pertanyaan soal alasan Kaesang kini terjun ke politik dan jadi Ketua Umum PSI ini disampaikan saat pertemuan anak bungsu Jokowi bertemu dengan sejumlah influencer di sebuah rumah makan di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (13/1/2024).

Baca juga: Kaesang Sebut Debat Capres Kali Ini Agak Lucu, Nilai Anies dan Ganjar Bersatu Lawan Prabowo

Baca juga: Kata Kaesang Soal Elektabilitas PSI, Sebelum Saya Masuk Masih Nol Koma, Sekarang Dua Koma

Baca juga: Kaesang Mengaku Siap Jadi Cagub di Pilkada Jateng, Respon Ganjar Pranowo: Bagus, Ikuti Aja

Dalam kegiatan itu, seorang warga bernama Feni menanyakan alasan Kaesang yang awalnya sebagai pengusaha tak tertarik politik, kini menjadi Ketum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 

"Dulu pernah nulis statement bahwasanya Mas Kaesang itu tidak terlalu tertarik sama politik.

Nah, kenapa sekarang malah mau jadi Ketum PSI," tanya Feni ke Kaesang seperti dikutip TribunKaltim.co dari kompas.com di artikel berjudul Kaesang Ditanya Warga Semarang, Dulu Bilang Tak Tertarik Politik, Kok Sekarang Jadi Ketum PSI?

"Dan dulu pernah dengar ada mau jadi apa itu yang di Depok itu, Wali Kota Depok.

Kenapa enggak tertarik menggantikan Mas Gibran aja sekarang wali kota di Solo gitu," sambung Feni.

Merespons ini, Kaesang menjelaskan bahwa kala itu definisi yang dimaksudkannya sebagai politikus adalah pejabat publik.

Dia mengaku tak tertarik menjadi pejabat publik seperti ayahnya, Joko Widodo (Jokowi) yang menjabat Presiden RI, dan kakaknya, Gibran Rakabuming Raka yang merupakan Walikota Solo sekaligus calon presiden (capres) nomor urut 2, lantaran gajinya kecil.

"Dulu tuh saya ngomong ketika tidak mau jadi politisi, yang ada di kepala saya waktu itu adalah politisi yang jadi pejabat publik, menjadi pejabat publik, menjadi pejabat publik ada menjadi Wali Kota Solo, menjadi Gubernur DKI, menjadi Presiden karena seperti yang saya omongkan gaji mereka kecil," ungkap dia.

Anak bungsu Jokowi itu mengatakan, dirinya saat ini pun bukan pejabat publik, melainkan pejabat partai.

Menurut Kaesang, dirinya tidak bisa lagi aktif mengurus usahanya jika menjadi pejabat publik.

"Alhamdulillah walaupun saya sudah jadi ketum partai, gaji saya tetap lebih tinggi daripada kakak dan bapak saya gitu karena memang saya masih diperbolehkan memegang perusahaan saya.

Saya bilang tadi bukan pejabat publik, beda," ucap dia.

Selain itu, ia mengaku beralih masuk ke politik karena ingin membawa gagasan yang dibangunnya terkait pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) berguna bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.

Adapun gagasan yang dimaksudkannya adalah "Enigma" yakni pelatihan yang fokus memfasilitasi program coding dan programming dalam rangka mempersiapkan tenaga-tenaga muda lulusan SMK/SMA/sederajat untuk mendapatkan pekerjaan.

Model bisnis ini, katanya, diharapkan kelak bisa dipakai pemerintah di masa depan.

"Saya tuh kalau misalnya jadi pengusaha Enigma ini kurikulum ini, kalau saya hanya jadi pengusaha, saya enggak bisa membawa ini ke pemerintahan," kata Kaesang.

"Tapi ketika saya jadi politisi, ini lho saya bisa membawa kurikulum ini, tolong dipakai kalau memang kurikulum ini bisa berguna bagi anak bangsa seperti yang saya katakan tadi.

Saya tidak minta apresiasi apa pun, saya cuma seneng aja ketika kurikulum yang saya bangun ternyata berguna bagi masyarakat Indonesia," imbuh dia.

Baca juga: Kaesang Bingung Posisi Ganjar, Hasto Sebut Justru Tindakan Prabowo Bertentangan dengan Sikap Jokowi

Pertemuan Tertutup Kaesang dan Sri Sultan HB X

Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep bertemu dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono, Minggu (14/1/2024) pukul 09.00 WIB.

Dikutip TribunKaltim.co dari kompas.com di artikel berjudul Kaesang Bertemu Sri Sultan secara Tertutup, Kaesang bersama Erina Gudono datang menggunakan mobil Alphard bernomor polisi AB 805 RF.

Pertemuan ini berlangsung di Kantor Gubernur DIY, Kompleks Kepatihan, Gedhong Wilis, Kota Yogyakarta, DIY dan dilakukan secara tertutup. Koordinator Substansi Bagian Humas Biro Umum, dan Protokol Setda DIY Ditya Nanaryo Aji mengatakan, Kaesang datang ke Kantor Gubernur DIY bersama istrinya.

"Kaesang hanya dengan istrinya, yang lain (rombongan) menunggu di luar," ujar Ditya, Minggu (14/1/2024).

Belum diketahui maksud dan tujuan kunjungan tersebut lantaran pertemuan masih berlangsung.

Strategi Kaesang sebagai Ketua PSI 

Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) William A Sarana memastikan strategi kampanye Pemilu 2024 tak jauh berbeda dari kontestasi politik 2019.

Menurut William, skema lama masih dijalankan meski Kaesang Pangarep saat ini menjadi ketua umum partai.

"Strategi saya kira kalau strategi kampanye tidak jauh berbeda dalam segi metode. Karena kan rumusan masih sama.

Baca juga: Momen Kaesang disebut Tiru Puan Maharani di HUT PSI, Singgung Soal Mic Mati hingga Ucapan Solid

Pertama harus dikenal dulu, lalu disukai, baru dipilih," ujar William saat dikonfirmasi, Kamis (11/1/2024) seperti dikutip TribunKaltim.co dari kompas.com di artikel berjudul Kaesang Jadi Ketum, Strategi Kampanye PSI Tak Jauh Beda dari Pemilu 2019.

William pun mengaku optimis PSI mendulang perolehan suara yang melebihi dari Pemilu 2019 karena pada tahun ini memiliki struktur yang baik.

"Tim DPD kita tim DPC kita ranting kita itu jauh lebih kuat. Kedua, berbeda dengan 2019 pada tahun 2024 kita di DKI punya anggota legislatif ada delapan anggota legislatif sekarang," ucap William.

Keberadaan delapan anggota legislatif di DKI dari PSI itu disebut dapat memanfaatkan dapil mereka menjadi pendulang suara di Pemilu 2024.

"Saya yakin perolehan (suara) jauh lebih baik," kata William.

William sebelumnya menargetkan perolehan suara PSI naik dua kali lipat dalam pemilihan anggota DPRD DKI Jakarta pada Februari 2024.

Perolehan suara partai berlambang bunga mawar itu ditargetkan mencapai 800.000 dari sebelumnya hanya 400.000 pada Pemilu 2019.

"Tahun 2019 kami dapat 400.000 suara dan delapan kursi (di DPRD DKI). Pada tahun 2024 ini, target kami dua kali lipat," ujar William.

Jika target tersebut tercapai, PSI akan mendapatkan 16 kursi di DPRD DKI.  Saat ini, PSI hanya memiliki delapan kursi.

"Kali dua, artinya 16 (kursi). Agar kami juga nantinya mendapat kursi pimpinan (DPRD DKI)," kata William.

William menambahkan, jika perolehan suara dan jumlah kursi di DPRD DKI meningkat pada Pileg 2024, PSI bisa ikut serta menentukan dan mencalonkan sosok calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI.

Untuk diketahui, pemilihan kepala daerah (pilkada) akan digelar serentak pada November 2024.

"Selain biar dapat kursi pimpinan, juga punya kekuatan yang cukup untuk menjadi salah satu partai yang mencalonkan gubernur dan wakil gubernur," ucap William.

Baca juga: Ade Armando Masih Kader PSI? Teguran Kaesang Usai Pernyataan Soal Politik Dinasti Jogja yang Gaduh

(*)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved