Berita Nasional Terkini
10 Fakta Unik Terkait Raden Ajeng Kartini, Kenapa Tanggal 21 April Diperingati Sebagai Hari Kartini?
Siapa yang tidak kenal dengan sosok wanita pelopor kebangkitan perempuan Indonesia, Kartini.
Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Nisa Zakiyah
TRIBUNKALTIM.CO - Siapa yang tidak kenal dengan sosok wanita pelopor kebangkitan perempuan Indonesia, Kartini.
Bernama lengkap Raden Adjeng Kartini, ia merupakan seorang tokoh Jawa serta Pahlawan Nasional Indonesia.
Lewat peran Kartini yang besar, kini para perempuan Indonesia sudah banyak yang maju dan sukses di panggung nasional maupun dunia.
Baca juga: 30 Gambar Hari Kartini 2024 Gratis, Bisa Dibagikan ke Media Sosial untuk Mengenang Jasanya
Nah, dari semua perjuangan itu, ternyata ada fakta menarik tentang Kartini.
Melansir laman Instagram dan situs Kemendikbud, ada beberapa fakta menarik tentang Kartini yang belum banyak diketahui publik.
Untuk mengetahuinya, simak ulasan berikut ini.

Bernama lengkap Raden Adjeng Kartini, ia merupakan seorang tokoh Jawa serta Pahlawan Nasional Indonesia.
10 Fakta Unik Raden Ajeng Kartini
1. Alasan Di Balik Peringatan Hari Kartini
Seperti diketahui, peringatan Hari Kartini jatuh pada tanggal 21 April yang dirayakan setiap tahunnya.
Ternyata, peringatan Hari Kartini ini menggunakan hari kelahiran R.A Kartini sendiri, yaitu pada 21 April 1879.
Peringatan ini berawal dari Keputusan Presiden Republik Indonesia (RI) No 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964.
Dalam Keppres tersebut, Presiden Soekarno menetapkan R.A Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Selain itu, melalui Keppres tersebut pula, Soekarno menetapkan Hari Kartini sebagai hari besar Nasional yang jatuh pada tanggal 21 April setiap tahunnya.
Sejak saat itu, peringatan Hari Kartini terus dilakukan hingga sekarang.
Dalam perayaan Hari Kartini, biasanya banyak masyarakat yang menggunakan pakaian adat masing-masing daerah, sebagai lambang Bhinneka Tunggal Ika dan persatuan Indonesia.
Baca juga: 25 Ucapan Selamat Hari Kartini 2024 Singkat, Cocok untuk Menginsiprasi Generasi Milenial dan Gen Z
2. Lahir Sebagai Wanita Bangsawan
Kartini lahir di Jepara sebagai keturunan bangsawan.
Ayahnya bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, saat itu merupakan Bupati Jepara.
Sedangkan ibunya yang bernama M.A Ngasirah merupakan rakyat biasa.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri.
Dari semua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua.
Kartini dibesarkan di lingkungan yang melakukan diskriminasi terhadap wanita.
Menurutnya, adat di lingkungannya tidak memberikan kesempatan kepada para wanita (khususnya wanita pribumi) untuk mengenyam pendidikan yang layak.
Ia cukup beruntung karena merupakan wanita keturunan bangsawan pribumi.
Hal ini membuat ia dapat hak istimewa sosial yang membuatnya sempat belajar di ELS (Europese Lagere School).
Karena di saat itu, para wanita dari kalangan biasa dipingit untuk persiapan dinikahkan sehingga tidak dapat merasakan dunia pendidikan seperti saat ini.
Baca juga: 15 Contoh Puisi Hari Kartini Menyentuh Hati, Singkat, Mudah Dihafal untuk Lomba Anak SD dan SMP
3. Mahir Berbahasa Belanda
Hak istimewa yang membuatnya sempat mengenyam bangku sekolah di ELS (Europese Lagere School) membuatnya mahir berbahasa Belanda.
Diketahui Kartini mampu memahami tata bahasa Belanda dengan baik.
Selain itu, dia selalu mengisi waktunya dengan banyak membaca buku.
Walau dunia pendidikan yang ia rasakan hanya bertahan sampai usia 12 tahun karena harus dipingit, dimana adanya kebijakan diskriminatif terhadap kaum hawa.
Namun, Kartini selalu bersyukur karena bagaimanapun teman-teman sebayanya tak semujur dirinya yang bisa menempuh pendidikan.
Baca juga: 10 Contoh Puisi Hari Kartini yang Singkat dan Penuh Makna, Cocok untuk Lomba Anak SD hingga SMA
4. Belajar Menulis Surat Secara Otodidak
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda.
Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa yang dibacanya ini, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa.
Dari sinilah, timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi.
Dimana ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Ia ingin agar memperoleh kebebasan, otonomi, dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.
Salah satu teman Kartini yang mendapatkan surat-suratnya ialah Rosa Abendanon.
Hingga pada akhirnya, suami Rosa yang bernama Mr. J. H. Abendanon, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda, mengumpulkan surat-surat yang pernah ia kirimkan kepada teman-temannya Kartini di Eropa.
Surat-surat tersebut berisikan pemikiran Kartini mengenai kebebasan wanita dan persamaan dalam memperoleh hak.
Abendanon kemudian membukukan seluruh surat dari wanita itu dan diberi nama Door Duisternis tot Licht yang jika diartikan secara harfiah berarti "Dari Kegelapan Menuju Cahaya".
Buku ini kemudian diterbitkan pada 1911, tujuh tahun setelah meninggalnya tokoh emansipasi wanita tersebut.
5. Sempat Ajukan Beasiswa ke Belanda Namun Tidak Pernah Terlaksana
Diketahui sempat terjadi surat menyurat antara Kartini dan Mr. J. H. Abendanon untuk pengajuan beasiswa di negeri Belanda.
Tetapi semua itu tidak pernah terjadi dikarenakan Kartini harus menikah pada 12 November 1903 dengan Raden Adipati Joyodiningrat yang pernah menikah 3 kali.
Beruntungnya Kartini memiliki suami yang selalu mendukung akan cita citanya untuk memperjuangkan pendidikan dan martabat kaum perempuan.
Dari situlah Kartini mulai memperjuangkan untuk didirikannya sekolah Kartini pada tahun 1912 di Semarang.
6. Pernah Mendirikan Sekolah
Kartini mendirikan sekolah untuk wanita-wanita Jawa dengan tujuan memberikan pendidikan dan keterampilan kepada mereka sehingga dapat mengejar karier dan menjalani kehidupan mandiri.
Sekolah tersebut, yang ia sebut "Sekolah Kartini," adalah inisiatif yang revolusioner yang membuka jalan bagi pendidikan perempuan di Indonesia.
Melalui karyanya, Kartini menjadi teladan dan inspirasi bagi perempuan di seluruh negeri.
Dengan diresmikannya politik etis pada awal abad ke-20 menjadi momentum perbaikan sistem pendidikan bagi penduduk pribumi agar lebih baik.
Pada awal pelaksanaan politik etis, pribumi sulit masih takut untuk bersekolah di sekolah pemerintah karena khawatir akan terpengaruh budaya barat yang dianggap tidak baik.
Hingga pada tahun 1906 secara perlahan antusiasme pribumi yang menempuh pendidikan di sekolah semakin besar.
Pendirian sekolah wanita tersebut kemudian berlanjut di Surabaya, Jogjakarta, Malang, Madiun, Cirebon.
7. Kartini Mengenalkan Ukiran Jepara ke Eropa
Hal itu terlihat nyata di 1929, karena pemerintahan Hindia Belanda mendirikan Openbare Ambachtschool atau sekolah ukir Jepara sebagai wujud penghargaan bagi Kartini.
8. Nama Kartini Ada di Salah Satu Nama Jalan di Belanda
Kartini sebagai pejuang hak perempuan terkenal sampai ke Belanda.
Bahkan, nama Kartini dijadikan sebagai nama jalan di beberapa kota di Belanda, yaitu Utrecht, Amsterdam, dan Haarlem.
9. Ada Museum Peninggalan Kartini di Jepara
Museum Kartini didirikan pada 30 Maret 1975.
Museum itu berisi benda-benda peninggalan Kartini dan warisan budaya yang ada di Jepara, Jawa Tengah (Jateng).
10. Seorang Pebisnis
Kartini memiliki sebuah bengkel ukir kayu untuk para pemuda di Rembang.
Oleh karena itu, kriya ukir kayu menjadi tulang punggung perekonomian di Jepara dan Rembang.
Demikian sepuluh fakta menarik tentang R.A Kartini yang belum banyak diketahui publik. Semoga bermanfaat! (*)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.