Pilkada Surabaya 2024
Hasil Survei Pilkada Surabaya 2024: Eri Cahyadi Terkuat, Disusul Armuji dan Ahmad Dhani
Sosok Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meraih elektabilitas terkuat dalam hasil survei terbaru Pilkada Surabaya 2024.
TRIBUNKALTIM.CO - Sosok Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meraih elektabilitas terkuat dalam hasil survei terbaru Pilkada Surabaya 2024.
Ya, Eri Cahyadi yang saat ini berpredikat sebagai petahana berpeluang kembali terpilih di Pilkada Surabaya 2024.
Sebab, Eri Cahyadi memiliki elektabilitas tertinggi yang kemudian disusul wakilnya saat ini, Armuji, kemudian nama Ahmad Dhani.
Dalam survei, Eri paling populer dan mendapat respons positif paling tinggi dari responden.
Baca juga: Sri Mulyani Masuk Bursa Cagub di Pilkada Jakarta, Stafsus Menkeu: Tidak Ada Komunikasi dengan Parpol
Adapun hasil survei Pilkada Surabaya 2024 dirilis oleh lmbaga penelitian kebijakan dan opini publik We Institut pada Senin (6/5/2024).
Survei tersebut diadakan dalam 10 hari yaitu 17-27 April 2024 dan melibatkan 1000 responden yang dipilih menggunakan sampel acak bertingkat (multistage random sampling).

Margin of Error (MoE) survei ini mencapai 3,1 persen, dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Dari sisi popularitas, nyaris seluruh responden (99,80 persen) mengenal Eri Cahyadi.
Kemudian, disusul Armuji yang saat ini menjabat Wakil Wali Kota Surabaya (94,00 persen), politisi Gerindra Ahmad Dhani (90,49 persen), politisi PDIP Fuad Bernardi (46,50 persen) serta beberapa figur lainnya dengan tingkat popularitas di bawah 40 persen.
Dari tingkat kesukaan, Eri Cahyadi kembali menjadi tokoh yang paling banyak mendapatkan respons positif responden.
Politisi PDIP ini mendapat 90,40 persen dan disusul Armuji (85,50 persen), Ahmad Dhani (43,60 persen) dan Fuad Bernardi (36,50 persen).
Baca juga: Hasil Survei Pilkada Jawa Barat 2024, Persaingan Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi, Muncul Nama Anies
"Masyarakat masih menempatkan Eri Cahyadi sebagai figur yang paling populer dan paling banyak disukai di Surabaya," kata Manager Riset We Institut Aprilia Susanti.
Tak mengherankan, dari sisi elektabilitas atau keterpilihan, Wali Kota Eri kembali menjadi teratas. Eri Cahyadi masih menjadi tokoh yang paling banyak mendapat dukungan untuk kembali menjadi Wali Kota dengan 61,80 persen lalu.
Armuji mendapatkan presentase 10 persen. Sedangkan, tokoh lainnya mendapatkan presentase di bawah 10 persen.
Direktur We Institut Sugeng Siswanto menilai, tingginya angka survei tersebut juga tak lepas dari tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemimpin di Surabaya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Wakil Wali Kota Armuji mendapatkan akumulasi tingkat kepuasan (puas dan cukup puas) pada Wali Kota sebesar 87,7 persen dan Wakil Wali Kota sebesar 82,6 persen.
Adapun permasalahan yang perlu mendapatkan penanganan, antara lain pengentasan kemiskinan/kebutuhan pokok sehari-hari (38,20 persen), penyediaan lapangan kerja/pengangguran (17,5 persen) dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (13,0 persen).
"Hingga saat ini, potensi keterpilihan terhadap Cak Eri di Pilkada cukup tinggi. Sekalipun, segala kemungkinan masih bisa terjadi di sisa waktu menjelang Pilkada 2024 mendatang," tandasnya.
Biodata Eri Cahyadi
Eri Cahyadi merupakan putra kedua dari pasangan Urip Suwondo dan Mas Ayu Esa Aisjah, yang lahir pada 27 Mei 1977.
Di masa kecil, Eri pernah tinggal di Kedung Tarukan, Surabaya.
Tak lama kemudian, kedua orang tua Eri pindah dari Kedung Tarukan ke Ketintang, Surabaya.
Eri Cahyadi ini pernah meniti karier dari bawah, yakni sebagai pedagang, pengusaha, hingga konsultan.
Karier itu sudah ditapaki Eri Cahyadi sejak menempuh pendidikan menengah atas di SMAN 21 Surabaya karena ia tidak ingin membebani biaya pendidikan kepada orangtuanya.
Saat itu, Eri Cahyadi pernah bekerja dengan cara berjualan sembako hingga menjual kambing.
Penghasilan yang didapat dari menjual kambing dan kebutuhan pokok itu ia gunakan untuk biaya pendidikan.
Pada tahun 1995, Eri Cahyadi melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi.
Ia mengambil D-III Teknik Sipil di ITS dan memperoleh beasiswa supersemar hingga berhasil menyelesaikan studi pada 1999.
Di tahun 1997, sang Ayah dilarikan ke Rumah Sakit Islam (RSI) A Yani, Surabaya, karena menderita penyakit jantung.
Usia Eri saat itu masih 20 tahun. Anak kedua dari tiga bersaudara ini akhirnya berpikir keras untuk bisa membantu orangtuanya dalam kesulitan.
Kakak Eri Cahyadi, saat itu sudah bekerja di salah satu BUMN yang menjual obat dan alat-alat kesehatan.
Eri Cahyadi akhirnya menyampaikan unek-uneknya bahwa dia ingin bekerja dan membantu orangtua.
Akhirnya Eri pun memutuskan menjadi retailer yang memasok dan menjual alat-alat kesehatan dan menawarkannya ke berbagai rumah sakit di sejumlah kota/kabupaten di Jawa Timur.
Pada perjalanannya itu, Eri banyak mendapat kenangan pahit manis saat menjajakan alat-alat kesehatan ke sejumlah pusat pelayanan kesehatan.
Eri menjual alat-alat kesehatan ke seluruh kota di Jawa Timur menggunakan sepeda motor.
Ia tahu betul betapa susahnya mencari uang saat itu.
Namun, dari sana pula karier Eri semakin moncer hingga mampu mendirikan sebuah perusahaan dan mensuplai alat-alat keshatan di rumah sakit hingga menjadi konsultan.
Meski merasa sudah sukses saat itu, Eri diminta oleh orangtua untuk mendaftar sebagai pegawai negeri di Pemerintah Kota Surabaya.
Kala itu, ayahnya, Urip Suwondo, memang seorang birokrat yang bekerja di Pemkot Surabaya dan pensiun pada 2002.
Eri sendiri menjadi birokrat di Pemkot Surabaya pada 2001 saat berusia 24 tahun.
Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), Eri juga memulai karir dari bawah, yakni sebagai staf di Dinas Bangunan selama kurang lebih enam bulan dengan golongan II C.
Kemudian Eri dipindah ke Bagian Bina Program yang di mana Kabag Bina Program saat itu dipimpin oleh Tri Rismaharini, mantan Wali Kota Surabaya yang menjabat sebagai Menteri Sosial (tahun 2000).
Saat menjadi anak buah Risma, Eri mulai dikenal luas di lingkungan Pemkot Surabaya, karena menjadi inisiator dengan membuat pelayanan elektronik di bidang pengadaan barang dan jasa (e-Procurement).
Eri bahkan pernah menjadi tenaga ahli Bappenas dan menjadi narasumber di sejumlah pemda di Indonesia.
Sebab, e-Procurement saat itu termasuk yang pertama di Indonesia untuk mewujudkan pemerintahan bersih dan anti korupsi.
Hak atas kekayaan intelektual aplikasi e-procurement itu adalah atas nama Eri Cahyadi.
Sehingga, pada 2006, Eri dipercaya menjabat Direktur Sekretariat Layanan e-Procurement untuk memastikan APBD bersih dari praktik koruptif demi kesejahteraan masyarakat.
Empat tahun berselang, pada 2010, Eri mendapatkan jabatan struktural sebagai Kepala Sub Bagian Pembinaan dan Pengendalian Bagian Bina Program.
Setahun kemudian, Eri dipercaya sebagai Sekretarais selaku Koordinator Utama LPSE Surabaya untuk mengelola dan mengawal pengadaan barang dan jasa secara terbuka melalui sistem elektronik yang bebas dari potensi kecurangan.
Pada tahun 2012, Eri diangkat sebagai Plt Kepala Bagian Bina Program dan diberi tanggung jawab untuk mengawal program dan rencana strategis Pemkot Surabaya agar seluruh kegiatan yang dijalankan mampu memberi dampak optimal bagi masyarakat.
Kemudian, pada 2013, Eri juga dipercaya sebagai Kepala Bidang Tata Bangunan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang untuk menjalankan kewenangan bidang tata bangunan serta mendukung pemenuhan kebutuhan sarana prasarana infrastruktur Surabaya.
Pada 2015, Eri Cahyadi diangkat sebagai Sekretaris Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dan bertugas untuk mengoordinasikan penyelenggaraan urusan umum, perlengkapan, kepegawaian, program, perencanaan dan keuangan agar operasional dinas berjalan optimal.
Kemudian, pada 2017, Eri diberi amanah untuk menjabat sebagai Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP-CKTR) dan bertanggung jawab menjalankan penataan perumahan dan kawasan permukiman.
Pembangunan infrastruktur juga dipacu untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan memastikan tata kota yang baik dan tidak menyingkirkan rakyat dari laju pembangunan.
Setahun berselang, pada 2018 Eri dipindah sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya.
Di tahun yang sama, Eri juga merangkap sebagai Plt Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) hingga tahun 2020 sebelum akhirnya maju sebagai calon Wali Kota Surabaya pada Pilkada 2020 lalu.
Dilantik Jadi Wali Kota Surabaya
Eri yang berpasangan dengan Armuji, dilantik Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, pada Jumat 26 Februari 2021.
Komisi Pemilihan Umum menetapkan Eri Cahyadi sebagai Wali Kota Surabaya setelah unggul perolehan suara melawan pasangan Machfud Arifin-Mujiaman yang diusung koalisi besar berisi delapan partai, yakni PKB, PPP, PAN, Golkar, Gerindra, PKS, Partai Demokrat, dan Partai Nasdem.
Eri Cahyadi yang diusung Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan dan didukung Partai Solidaritas Indonesia (PSI), meraup suara sebesar 597.540 atau 56,94 persen dari total suara sah Pilkada Surabaya 2020. (*)
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul BIODATA Eri Cahyadi yang Ayahnya Meninggal Dunia, Ini Perjalanan Karier Sang Wali Kota Surabaya.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Survei We Institut: Eri Cahyadi Tertinggi di Bursa Pilwali Surabaya 2024.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.