Berita Kaltim Terkini

Kasus Stunting di Kaltim Hanya Turun 1 Persen, Akmal Malik Kecewa, Tuding Belum Kolaboratif

Dalam skala nasional, pada 2024 ini angka stunting di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) hanya berhasil menurun 1 persen.

|
Penulis: Rita Lavenia | Editor: Budi Susilo
Tribunnews.com
STUNTING DI KALTIM - Anak-anak dideteksi soal stunting. Pj Gubernur Kalimantan Timur, Akmal Malik kecewa karena kasus stunting di Kalimantan Timur hanya turun 1 persen saja, Minggu (2/6/2024).  

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Dalam skala nasional, pada 2024 ini angka stunting di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) hanya berhasil menurun 1 persen, atau dari 23,9 ke 22,9 persen.

Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Timur, Akmal Malik mengaku kecewa dengan nilai tersebut.

Namun ia menegaskan pencapaian itu menjadi bahan evaluasi serius.

"Hasil itu menandakan kita belum kolaboratif. Kita juga belum punya data yang presisi," ucap Akmal Malik kepada TribunKaltim.co, Minggu (2/6/2024). 

Baca juga: Angka Stunting Terus Alami Penurunan di Masa Kepemimpinan Bupati Paser Fahmi Fadli

Ia mengatakan, gerakan kolaboratif tidak hanya di instansi pemerintahan saja, tetapi dibutuhkan juga peran serta masyarakat.

Pj Gubernur, Akmal Malik memberi contoh, setiap tahunnya baik pemprov, pemerintah kabupaten hingga kota selalu memberikan bantuan kepada organisasi masyarakat seperti rumah ibadah.

STUNTING DI KALTIM - Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik saat membicarakan persoalan stunting di Kalimantan Timur di VVIP Rumah Jabatan Gubernur Kaltim, Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Akmal Malik kecewa karena kasus stunting di Kalimantan Timur hanya turun 1 persen saja, Minggu (2/6/2024). 
STUNTING DI KALTIM - Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik saat membicarakan persoalan stunting di Kalimantan Timur di VVIP Rumah Jabatan Gubernur Kaltim, Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Akmal Malik kecewa karena kasus stunting di Kalimantan Timur hanya turun 1 persen saja, Minggu (2/6/2024).  (TRIBUNKALTIM.CO/RITA LAVENIA)

Pihaknya berharap setiap ormas dapat menyisihkan bantuan itu untuk memberikan perhatian kepada anak-anak usia 0-2 tahun beserta ibu hamil.

"Apa yang bisa dilakukan? Pastikan ibu hamil minum penambah darah. Pastikan anak sampai usia 2 tahun makan 2 telor setiap harinya. Selesai masalah stunting itu," jelasnya.

Baca juga: Harga Sapi Limosin di Kukar Kaltim Menjelang Idul Adha 2024, Ada Stok dari Sulawesi

Hal itu dirasa perlu. Sebab Akmal Malik menduga selama ini yang salah adalah cara menangani stunting.

"Kalau yang ditreatment yang sudah kena stunting tidak akan ada gunanya. Tapi treatment yang belum kena stunting. Ya ibu hamil dan anak usia 0-2 tahun," imbuhnya.

Tidak Selamanya karena Ekonomi

Pj Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik juga menegaskan tidak selamanya stunting terjadi karena faktor ekonomi.

Sebab, dalam praktik di lapangan pemerintah banyak menemukan pola asuh anak yang kurang baik.

Sebagai contoh, ketika orangtua sibuk dan mendapati anaknya menangis atau bawel, untuk menenangkannya para orang tua akan memberikan makanan yang tidak sehat.

"Contoh snack yang banyak micin, gula dan instan. Nah pola asuh ini yang salah," bebernya.

Oleh sebab itu penanganan stunting menjadi evaluasi serius ke depannya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved