Target Teras Samarinda Tahap I Molor Lagi, Walikota Beri Toleransi Terakhir Hingga Bulan Depan

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Dua tahun terakhir, Kota Samarinda menunjukkan perubahan signifikan. Mulai dari berkurangnya intensitas banjir, penataan bantaran Sungai Karang Mumus (SKM), megaproyek terowongan Gunung Manggah dikebut, dan revitalisasi Citra Niaga serta Pasar Pagi pun digulirkan.

Di antara deretan proyek tersebut, Teras Samarinda tahap I di Jalan Gajah Mada, tepat di depan kantor Gubernur Kaltim, menjadi yang paling menarik perhatian masyarakat.

Proyek yang digadang-gadang menjadi ikon baru Kota Samarinda ini diharapkan dapat selesai pada akhir tahun 2023 lalu. Namun, hingga saat ini, proyek ini masih diselimuti pagar. Hal ini membuat masyarakat bertanya-tanya kapan proyek tersebut dapat dinikmati.

Baca juga: Efek Pengerjaan Teras Samarinda Tahap II, Pedagang Pasar Buah Dievakuasi ke Harapan Baru

Keterlambatan pembangunan Teras Samarinda tahap I dengan nilai kontrak Rp 36,9 miliar ini telah diakui oleh Wali Kota Samarinda Andi Harun. Ia pun menyebutnya sebagai pekerjaan rumah (PR) bagi Pemkot Samarinda.

Sebelumnya, Andi Harun telah memberikan perpanjangan waktu kepada kontraktor hingga empat kali. Saat ini, orang nomor satu di Samarinda ini menegaskan bahwa toleransi akhir yang diberikan kepada kontraktor pelaksana berlaku hingga Juli mendatang.

“Dalam rentan Juli harus sudah selesai. Kecuali Juli nanti mereka tidak bisa penuhi baru kita bicara yang lain lagi,” tanggapnya.

Di samping itu, ia tetap optimistis dengan memberi kesempatan tambahan, kontraktor dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan fokus.

"Kita harus optimistis, lebih baik kita memberi kesempatan kepada mereka agar pekerjaannya fokus, toh masih satu bulan lagi waktu mereka," tuturnya.

Baca juga: Ternyata Dishub tak Pernah Diajak Bahas Proyek Teras Samarinda, Kini tak Disiapkan Lahan Parkir

Lanjut Andi Harun, pihaknya saat ini juga akan melanjutkan Teras Samarinda di tahap II, yakni di segmen Jalan Gajah Mada hingga di depan kawasan Masjid Raya Darussalam.

“Tetap berjalan, karena tidak ada masalah sebab beda lokasi. Tidak saling mempengaruhi kok,” pungkasnya. (*)