Berita Nasional Terkini
Profil Anis Matta dan Sepak Terjang, Diprediksi Jadi Menteri Perhubungan di Kabinet Prabowo-Gibran
Jelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih 2024-2024 pada 20 Oktober mendatang, prediksi Kabinet Prabowo-Gibran juga bermunculan.
41. Wakil Menteri Perdagangan: Riyano Panjaitan
42. Menteri Pertanian: Andi Amran Sulaiman
43. Wakil Menteri Pertanian: Bambang Eko
44. Menteri Lingkungan Hidup & Ekonomi Hijau: Pandu Sjahrir
45. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi: Fadli Zon
46. Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi: Frederikus Gebze
47. Menteri Desa, Daerah Tertinggal & Transmigrasi: Yaqut Cholil Qoumas
48. Wakil Menteri Desa, Daerah Tertinggal & Transmigrasi: Dedy Permadi
49. Menteri Tata Ruang, BPN & Kehutanan: Agus Harimurti Yudhoyono
50. Wakil Menteri Tata Ruang, BPN dan Kehutanan: Raja Juli Antoni
51. Menteri BUMN: Rosan Perkasa Roeslani
52. Wakil Menteri BUMN: Aminudin Ma'ruf
53. Menteri Kelautan dan Perikanan: TB Heru Rahayu
54. Wakil Menteri Kelautan dan Perikanan: Eko Djalmo
Baca juga: 5 Kementerian Paling Basah Tahun 2024 dan Prediksi Menteri yang Menjabat di Kabinet Prabowo-Gibran
55. Menteri Pemuda & Olahraga: Dito Ariotedjo
56. Wakil Menteri Pemuda & Olahraga: M. Pradana Indraputra
57. Menteri Koperasi, UMKM & Pasar Tradisional: Ahmad Doli Kurnia
58. Wakil Menteri Koperasi, UMKM & Pasar Tradisional: Sudaryono
59. Menteri Sekretaris Pengendalian Pembangunan: Syafrie Syamsudin
60. Kepala BIN: Budi Gunawan
61. Wakil Kepala BIN: I. Nyoman Cantiasa
62. Kapolri: Listyo Sigit
63. Jaksa Agung: Didi Tasidi
64. Kepala Badan Pangan Nasional: Arief Prasetyo Adi
Profil Anis Matta, Bermula dari Dakwah hingga Jadi Ketua Umum Partai Gelora
Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora Indonesia) adalah sebuah partai politik baru di Indonesia.
Ketua Umum Partai Gelora saat ini adalah Muhammad Anis Matta.
Di masa lalu sosoknya dikenal sebagai politikus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat DPR pada 2009 sampai 2013.
Dikutip dari situs resmi, Anis Matta lahir di Welado, Bone, Sulawesi Selatan, pada 7 Desember 1968.
Anis menghabiskan masa kecil dan remaja di beberapa daerah di Indonesia Timur.
Dia menempuh sekolah dasar di SD Katolik Mathias I di Tual, Maluku Tenggara, lalu kembali ke Bone dan lulus dari SD Inpres Welado, Bone.
Setelah lulus SD, Anis lalu masuk pondok pesantren pada usia SMP-SMA di Pesantren Darul Arqam, Gombara, Makassar.
Anis kemudian melanjutkan pendidikan setelah mendapat beasiswa di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA), Jakarta.
Ia merampungkan sarjana jurusan syariah pada 1992.
Sambil kuliah, Anis mengikuti kursus bahasa Inggris di bilangan Salemba, Jakarta Pusat.
Selesai kuliah, Anis sempat menjadi dosen agama Islam di Program Ekstension Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok.
Salah satu aktivitas yang ditekuni Anis adalah berdakwah di masjid-masjid perkantoran di Jakarta.
Ia juga menekuni profesi sebagai pembicara dan konsultan pengembangan organisasi dan manajemen sumber daya manusia.
Anis kemudian terjun ke dunia politik pada 1998.
Dia adalah salah satu pendiri Partai Keadilan (PK) yang dideklarasikan di Jakarta pada 20 Juli 1998.
Setelah pemilihan umum 1999, seperti dilansir Kompas.com, PK berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada 2 Juli 2003.
Anis menjadi sekretaris jenderal sejak partai berdiri hingga diangkat oleh Majelis Syuro PKS menjadi presiden partai pada 1 Februari 2013 sampai 10 Agustus 2015.
Anis terpilih menjadi anggota DPR periode 2004-2009 dan 2009-2014 dari daerah pemilihan Sulawesi Selatan I (Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, dan Kepulauan Selayar).
Pada periode keduanya di Senayan, Anis terpilih menjadi Wakil Ketua DPR RI hingga memutuskan mengundurkan diri pada saat diangkat menjadi Presiden PKS.
Anis diangkat menjadi presiden dalam situasi sulit.
Pada 2013 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dalam kasus suap kuota impor daging sapi.
Selain itu, pada saat itu juga terdapat perselisihan di kalangan dalam PKS yakni antara mantan Ketua Majelis Syuro Hilmi Aminuddin dengan sejumlah tokoh senior PKS.
Ketika kasus itu menerpa PKS, Anis kemudian menggalang konsolidasi internal.
Dia lantas mengubah jargon partai menjadi “Cinta. Kerja. Harmoni.”
Saat itu banyak pihak khawatir PKS tak bakal selamat di pemilihan umum (Pemilu) 2014.
Namun, ternyata mereka masih bisa lolos ke parlemen.
Walaupun jumlah kursi turun karena dinamika sistem pemilu, tetapi angka suara pemilih naik sekitar 3,3 persen menjadi 8,48 juta suara.
Akan tetapi, karena konflik internal membuat PKS memutuskan memecat Anis dan salah satu sahabatnya, Fahri Hamzah.
Alhasil keduanya bekerja sama membangun Partai Gelora bersama dengan sejumlah mantan kader PKS yang memilih hengkang.
Anis yang merupakan anak keenam dari delapan bersaudara ini cukup produktif menulis buku.
Sejak 2002 hingga 2014 sudah 10 buku, yaitu Delapan Mata Air Kecemerlangan (2009), Momentum Kebangkitan (Kumpulan Pidato) (2014), Gelombang Ketiga Indonesia (2014), Menikmati Demokrasi (2002), Model Manusia Muslim: Pesona Abad ke-21 (2002), Membentuk Karakter Cara Islam (2003), Mencari Pahlawan Indonesia (2004), Dari Gerakan Menuju Negara (2006), Integrasi Politik dan Dakwah (2007), Serial Cinta (2008).
Ikuti berita populer lainnya di Google News Tribun Kaltim
Ikuti berita populer lainnya di saluran WhatsApp Tribun Kaltim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.