Pilkada Jakarta 2024

Refly Harun Beber Operasi Jegal Anies di Pilkada Jakarta 2024, Oligarki Takut Eks Capres 01 Berkuasa

Refly Harun beber operasi jegal Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024. Oligarki takut Eks Capres 01 Berkuasa

Channel YouTube Refly Harun
Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun - Refly Harun beber operasi jegal Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024. Oligarki takut Eks Capres 01 Berkuasa 

TRIBUNKALTIM.CO -  Refly Harun acap kali jadi sorotan publik saat membicarakan Anies Baswedan dan Pilkada Jakarta 2024.

Baru-baru ini Refly Harun beber operasi jegal Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024.

Oligarki takut eks capres 01 di Pilpres 2024 berkuasa di Jakarta, ujar Refly Harun secara terang-terangan belum lama ini.

Diketahui Anies Baswedan belum mendapatkan dukungan yang cukup dari partai politik untuk maju di Pilkada Jakarta 2024.

Sejauh ini, baru Partai Keadilan Sejahtera atau PKS yang menyatakan dukungannya secara resmi, itu pun dengan syarat harus berpasangan dengan Sohibul Iman.

Baca juga: 3 Hasil Survei Terbaru Pilkada Banten 2024, Kaesang Optimis PSI Kalahkan Golkar yang Jagokan Airin

Menurut Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul M Jamiluddin Ritonga , Anies Baswedan dipaksa harus menerima kader PKS, Sohibul Iman sebagai cawagub pendampingnya di Pilkada Jakarta 2024.

Jamil menyebut, keputusan PKS itu akan lebih memberi kepastian bagi Anies untuk dapat maju pada Pilkada Jakarta 2024.

Sebab, PKS dengan 18 kursi tinggal mencari satu partai lagi, maka Anies akan dapat tiket maju menjadi cagub Jakarta 2024.

Namun, hingga kini belum ada partai yang memberikan sinyal untuk ikut mengusung pasangan Anies-Sohibul Iman.

Bahkan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan NasDem sebagai partai yang tergabung dalam koalisi perubahan di Pilpres 2024 juga belum menyatakan dukungannya terhadap pasangan yang dijuluki AMAN itu.

"Hanya saja, Anies seperti disandera oleh PKS untuk berpasangan dengan Sohibul Iman.

Anies harus menerima Sohibul Iman apa adanya," kata Jamil saat dikonfirmasi, Jumat (12/7/2024).

"Padahal, Sohibul Iman belum tentu diterima partai lain.

Nasdem dan PKB bisa saja menolak Sohibul Iman karena nilai jualnya yang masih rendah," imbuhnya.

Dia mengatakan, Nasdem dan PKB bisa saja mengajukan kadernya yang lebih menjual daripada Sohibul Iman.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved