Ibu Kota Negara

Uji Coba Taksi Terbang IKN Nusantara di Samarinda Ternyata Tanpa Awak, Cek Kecepatan dan Ketinggian

Uji coba taksi terbang IKN Nusantara di Samarinda ternyata tanpa awak. Cek jangkauan kecepatan dan ketinggian uji coba taksi terbang di bandara AAP.

Kompas.com/Hilda B Alexander
Ilustrasi - Uji coba taksi terbang IKN Nusantara di Samarinda ternyata tanpa awak. Cek jangkauan kecepatan dan ketinggian uji coba taksi terbang di bandara AAP. 

Moda ini merupakan bagian dari proyek Urban Air Mobility-Advanced Air Mobility (UAM-AAM) yang dirancang untuk meningkatkan mobilitas perkotaan melalui solusi transportasi udara yang inovatif.

Uji Coba Optionally Piloted Personal/Passenger Air Vehicle atau OPPAV
Uji Coba Optionally Piloted Personal/Passenger Air Vehicle atau OPPAV (KARI via Kompas.com)

Ale juga menegaskan, uji coba ini hanya bersifat Proof-of-Concept (PoC) tanpa awak dan barang, serta bukan merupakan kegiatan operasional komersial.

Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi kecocokan ekosistem eksisting Indonesia dalam realisasi mobilitas udara sebagai jalur middle-mile yang terintegrasi dengan mobilitas darat first/last-mile yang dapat menggunakan bus atau taksi berbasis on-demand.

Bagaimana mekanisme UAM-AAM, jika taksi terbang dioperasikan secara komersial di IKN?

Baca juga: Kantor Presiden di IKN Nusantara Resmi Selesai Dibangun, Terjawab Kapan Jokowi Ngantor di Kaltim

Calon penumpang atau masyarakat yang tertarik menggunakan jasa UAM-AAM harus melakukan reservasi (transaksi) terlebih dahulu melalui situs pemesanan berbasis aplikasi yang dapat diunduh melalui gawai pintar.

Kemudian para penumpang akan dijemput melalui titik pengumpan atau titik asal menggunakan kendaraan taksi atau bus berbasis listrik menuju vertiport.

"Vertiport ini bisa terletak di bandara atau lokasi yang ditentukan. Bisa di IKN atau pun di kota sekitar IKN," ungkap Ale.

Alur selanjutnya adalah penumpang memasuki moda UAM-AAM (boarding) untuk kemudian terbang selama waktu tertentu.

Setelah sampai pada vertiport atau helipad yang dituju, penumpang kembali menggunakan kendaraan yang sama seperti pada saat berangkat.

Kendaraan membawa penumpang dari helipad atau vertiport menuju lokasi tujuan penumpang tersebut.

Kendati demikian, Ale menekankan, untuk pengoperasikan taksi terbang secara komersial akan dilakukan setelah tahun 2030.

Hal ini karena OIKN harus melakukan berbagai kajian UAM-AAM termasuk kajian teknologi, ekonomi, lingkungan, sosial, telaah hukum serta kajian infrastruktur ini tentunya memerlukan proses waktu.

Selain itu, pemerintah pusat maupun daerah perlu mengejawantahkan hasil studi dan kajian tersebut dalam bentuk kebijakan atau regulasi sehingga tercipta standar dan juga payung hukum yang memastikan keamanan dan kenyamanan moda baru ini.

Baca juga: Kantor Presiden di IKN Nusantara Resmi Selesai Dibangun, Terjawab Kapan Jokowi Ngantor di Kaltim

"Diperkirakan UAM-AAM dapat beroperasi secara komersial setelah tahun 2030 dengan mempertimbangkan rekomendasi dari berbagai hasil kajian tersebut," tegas Ale.

Termasuk kajian tentang tarif.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved