Gempa Hari Ini

Potensi Megathrust di Selat Sunda dan Mentawai serta Imbas Gempa Jepang, Pakar ITB Beri Penjelasan

Potensi megathrust di Selat Sunda dan Mentawai serta adanya imbas gempa Jepang, Pakar ITB beri penjelasan.

Tribun Jabar
Lempeng Sunda Megathrust. Viral gempa Megathrust diprediksi BMKG akan terjadi di Indonesia. Potensi megathrust di Selat Sunda dan Mentawai serta adanya warning gempa Jepang, Pakar ITB beri penjelasan. 

TRIBUNKALTIM.CO - Potensi megathrust di Selat Sunda dan Mentawai serta imbas gempa Jepang, Pakar ITB beri penjelasan.

Gempa megathrust menjadi isu yang menjadi perhatian publik belakangan ini.

Bahkan isu akan seismic gap di megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut menjadi perbincangan di media sosial.

Baca juga: Baru Saja Gempa Magnitudo 4.6 di Bolaang Uki Sulawesi Utara, BMKG: Pusat Gempa di Kedalaman 93 Km

Isu ini semakin terasa sejak Jepang mengeluarkan peringatan tentang potensi gempa megathrust lanjutan usai gempa bermagnitudo 7,1 terjadi di megathrust Nankai, Jepang Selatan, Kamis (8/8/2024).

Zona megathrust Nankai memiliki palung bawah laut yang jika diguncang gempa dapat memicu atau membuka jalan bagi gempa dahsyat di sistem tunjaman Nankai.

Indonesia perlu waspada terhadap dampak yang mungkin timbul dari gempa ini karena sejarah menunjukkan bahwa megathrust Nankai berpotensi memicu beberapa gempa besar.

Terlebih, BMKG juga semenjak 2018 sudah memperingatkan adanya megathrust di Indonesia.

Istilah megathrust merujuk pada gabungan antara “mega” yang berarti besar dan “thrusting” yang merujuk pada mekanisme gempa yang naik ke atas dan berpotensi memicu tsunami.

Zona Megathrust di Indonesia.
Zona Megathrust di Indonesia. (ISTIMEWA)

Dengan begitu, artinya menjadi potensi gempa yang dahsyat yang dapat menimbulkan tsunami.

Pakar Gempa ITB, Prof. Dr. Irwan Meilano mengatakan ada beberapa bukti riset dapat dijadikan acuan.

Pertama, adalah sejarah kegempaan, yaitu tentang histori kegempaan yang pernah terjadi di daerah tersebut;

Kedua, data pengamatan pola kegempaan saat ini.

Baca juga: Gempa 5.2 Magnitudo Dirasakan hingga Lombok, Badung dan Denpasar, Pusat Gempa di Sumbawa Barat

Pada dasarnya, daerah yang berpotensi mengalami gempa besar di masa depan cenderung memiliki aktivitas kegempaan yang tidak terlalu banyak saat ini.

Ketiga, akumulasi regangan yang terjadi yang dapat diukur melalui pengamatan deformasi, termasuk pengamatan GPS yang dikelola oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dan BRIN.

Ia mengatakan, bahwa ketiga kondisi tersebut telah terpenuhi di Mentawai.

Sementara untuk Selat Sunda, hanya kondisi kedua dan ketiga yang terpenuhi.

Kondisi pertama untuk Selat Sunda tidak terpenuhi.

Artinya, bukti riset di Selat Sunda tidak selengkap Mentawai.

Hal ini karena perbedaan geografis keduanya sehingga tidak mudah untuk melakukan riset di Selat Sunda daripada Mentawai.

Prof. Irwan menambahkan, data kegempaan di Selat Sunda tersebut tidak mengurangi potensi terjadinya gempa di megathrust Selat Sunda.

“Kalau kita bicara tentang potensi gempa di kedua lokasi tersebut, sama-sama besar,” ujarnya, dilansir dari laman ITB.

Prof. Irwan menganalogikan fenomena ini seperti menabung.

Akumulasi energi yang ditabung ini pada akhirnya akan dilepaskan dalam bentuk gempa, sesuai dengan hukum alam.

Akan tetapi, meskipun riset modern telah berkembang, hingga kini manusia masih belum dapat menentukan waktu yang pasti tentang kapan terjadinya gempa.

“Terdapat potensi yang besar untuk terjadi gempa di masa depan. Berdasarkan riset modern, kita memang belum dapat menentukan waktu yang pasti tersebut,” katanya.

Ia menekankan jika gempa bukanlah bencana, melainkan sebuah proses alami yang memang harus terjadi sesuai hukum alam.

Menurutnya, bencana sebenarnya adalah kerusakan infrastruktur seperti bangunan yang roboh mulai dari sekolah hingga fasilitas kesehatan.

Hal yang perlu dilakukan adalah memastikan bahwa ketika gempa terjadi, hal tersebut tidak berubah menjadi bencana.

Baca juga: Update Gempa Hari Ini di Berau, BMKG Beber Titik Pusat Gempa di Bulungan Kaltara

Untuk menyikapi potensi gempa ini, beliau menyarankan untuk meningkatkan literasi masyarakat termasuk pemerintahan, baik melalui dialog publik hingga perbaikan cara penyampaian informasi kebencanaan dalam kurikulum pendidikan.

“Jadikan potensi bencana sebagai kesempatan kita untuk meningkatkan pengetahuan,” tuturnya.

Sehingga, keputusan yang diambil oleh masyarakat dan pemerintah akan lebih berdasar pada pemahaman terhadap kebencanaan. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com 

Ikuti berita populer lainnya di Google News Tribun Kaltim

Ikuti berita populer lainnya di saluran WhatsApp Tribun Kaltim

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved