Tribun Kaltim Hari Ini
Makna Nasi Rasul, Makanan Wajib Perayaan Ulang Tahun Tanjung Selor dan Bulungan
Nasi Rasul menjadi salah satu makanan wajib yang selalu ada dalam kegiatan perayaan hari besar, seperti HUT Tanjung Selor dan Bulungan.
Penulis: Jino Prayudi Kartono | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR - Nasi Rasul menjadi salah satu makanan wajib yang selalu ada dalam kegiatan perayaan hari besar.
Salah satunya pada perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-234 Kota Tanjung Selor dan ke-64 Kabupaten Bulungan.
Makanan yang berasal dari beras ketan yang dimasak seperti nasi kuning, lengkap dengan "inti" atau serundeng dari kelapa dan dicampur dengan gula merah, ini disajikan menyerupai tumpeng.
Tidak ketinggalan, telur bulat lengkap dengan cangkang yang diletakkan tepat di tengah nasi yang telah ditata di atas daun pisang dan tempat khusus.
Setelah itu akan dilakukan tradisi pemotongan oleh pejabat daerah.
Baca juga: Gemercik Air yang Menenangkan saat Datangi Wisata Air Terjun Sungai Sebakut Bulungan di Kaltara
Tokoh Adat Kesultanan Bulungan, Datu Ibrahim Lutfi mengatakan, kehadiran Nasi Rasul dalam sebuah perayaan besar atau hari penting merupakan simbol pengharapan adanya keselamatan bagi masyarakat sekitar.
Hal itu sesuai dengan kepercayaan yang dipegang umat muslim, di mana kehadiran nabi/rasul menjadi penyelamat dan penerang menuju jalan kebaikan di dunia dan akhirat.
"Tujuannya yaitu untuk keselamatan saja sebenarnya," kata Datu Ibrahim Lutfi.
Ia melanjutkan, penggunaan beras ketan sebagai bahan utama pembuatan Nasi Rasul adalah salah satu bentuk penghormatan dalam rangka menghargai pendapatan (tanaman padi) yang bersal dari hasil bumi di Bulungan.
Serundeng atau inti yang berasal dari buah kelapa muda diparut dan dimasak bersama gula merah juga memiliki arti demikian.
Baca juga: Kue Hau Khas Suku Dayak Jadi Oleh-oleh Khas Bulungan, Tepung Ketan Bertekstur Renyah dan Manis
Sebagai informasi bahwa kelapa menjadi salah satu tanaman yang sering ditemui di Bumi Tenguyun dan memberikan banyak kebermanfaatan.
Mulai dari batang, daun, buah hingga airnya yang dipercaya dapat memberikan kesembuhan beberapa penyakit.
"Sebenarnya lebih kepada untuk menghargai hasil pendapatan kita yang berasal dari tanah atau bumi kita," jelasnya.
Datu Ibrahim menyebutkan, bahan utama beras ketan dalam pembuatan Nasi Rasul tidak dapat diganti dengan beras karena beras biasa dan beras ketan memiliki tekstur yang berbeda, sehingga diartikan sebagai penyatuan segala suku, agama dan budaya di Bulungan.
Mengingat tradisi ini sudah ada sejak zaman kesultanan Bulungan berdiri.
"Tidak bisa diganti, karena ketan ini kan teksturnya melengket. Nah, ini dipercaya sebagai simbol keharmonisan," ucapnya.
"Iya, karena Bulungan ini kan terdiri dari berbagai macam suku, adat, agama dan budaya. Harapannya kita tetap harmonis dan saling melengket, saling menyanyangi dan gotong royong dalam membangun Bulungan menuju arah yang lebih baik," imbuhnya. (desi kartika)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.