Pilkada Jakarta 2024

Pertemuan Tertutup Pramono Anung dan Anies, Cek Elektabilitas Cagub di Hasil Survei Pilkada Jakarta

Pertemuan tertutup Pramono Anung dan Anies Baswedan, cek elektabilitas cagub di hasil survei Pilkada Jakarta 2024.

KOMPAS.com/RAMA PARAMAHAMSA
Pramono Anung hadiri pertemuan alumni ITB'82 di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (20/9/2024) malam. Pertemuan tertutup Pramono Anung dan Anies Baswedan, cek elektabilitas cagub di hasil survei Pilkada Jakarta 2024. 

Namun, sejauh ini, Pramono baru berhasil bertemu dengan Ahok dan Sutiyoso. Sementara pertemuannya dengan Anies belum juga terwujud. 

Meski begitu, Pramono tetap akan melanjutkan perjuangan yang sudah Anies lakukan untuk Jakarta.

Salah satunya adalah keberpihakannya kepada masyarakat miskin kota.

"Saya dengan Pak Anies sama, sama-sama akan berpihak kepada masyarakat miskin kota," ungkap Pramono.

Hasil Survei Pilkada Jakarta 2024

Persaingan elektabilitas Ridwan Kamil vs Pramono Anung berdasarkan survei Pilkada Jakarta 2024.

Dari tiga cagub di Pilkada Jakarta 2024, Ridwan Kamil, Dharma Pongrekun dan Pramono Anung, dari survei terlihat dua di antaranya bersaing ketat.

Dua cagub yang bersaing ketat di Pilkada Jakarta 2024 dari survei adalah Ridwan Kamil vs Pramono Anung, bagaimana dengan Dharma Pongrekun yang maju dari perseorangan ketika kekuatan mesin partai dinilai melemah.

Survei Charta Politika

Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Survei Charta Politika, Yunarto Wijaya, menyebut kekuatan mesin partai dalam menentukan kemenangan pasangan calon (paslon) di Pilkada Jakarta 2024 mulai melemah. 

"Faktor mesin partai itu makin terpinggirkan, makin kecil pengaruhnya," ucap Yunarto, dikutip dari kanal YouTube Kompas.com dalam program Obrolan News Room, Selasa (8/10/2024). Yunarto mengatakan bahwa kini faktor ketokohanlah yang memegang peran penting dalam kemenangan paslon pada Pilkada Jakarta 2024.

Hal ini bisa dilihat pada tahun 2012, di mana Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menang pada Pilkada meskipun hanya diusung oleh dua partai.

"Sejarah berbicara, ketika di 2012 Jokowi-Ahok kan menang, dulu yang majukan cuma PDIP dan Gerindra, sisanya itu keroyokan.

Hampir di setiap daerah, polanya sama; ketika ketokohannya kuat, dia bisa mengeleminasi dari mesin politik," jelas Yunarto.

Hal ini terjadi karena, menurut Yunarto, mesin politik tidak bisa dihitung secara matematis sehingga belum tentu paslon yang didukung oleh banyak partai dapat meraih suara yang banyak pula.

Yunarto justru mengatakan bahwa sejak dulu, Pilkada Jakarta sering dimenangi oleh 'kuda hitam'.

Baca juga: Elektabilitas RK-Suswono vs Dharma-Kun vs Pram-Rano Hasil Survei Pilkada Jakarta 2024, Sorotan Debat

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved