Pilkada Samarinda 2024
Tanggapan Pengamat Ekonomi soal Visi Misi Andi Harun-Saefuddin Zuhri di Pilkada Samarinda 2024
Dalam visi misi pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Samarinda, calon tunggal Pilkada Samarinda 2024, Andi Harun-Saefuddin Zuhri.
Penulis: Muhammad Said | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Dalam visi misi pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Samarinda, calon tunggal Pilkada Samarinda 2024, Andi Harun-Saefuddin Zuhri memasukkan sektor ekonomi dalam visi misinya
Berikut pesan pengamat mengenai ekonomi di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.
Sampai saat ini, masa kampanye Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 masih berlangsung.
Di Kota Samarinda, kontestasi tersebut diikuti oleh calon tunggal, yang akan melawan kotak kosong.
Baca juga: Andi Harun Lanjutkan Sosialisasi Pilkada Samarinda 2024 di Teluk Lerong, Paparkan Program Prioritas
Yakni pasangan calon nomor urut 2 Andi Harun-Saefuddin Zuhri.
Keduanya mendapat suara besar dengan diusung oleh seluruh partai parlemen.
Diketahui, Andi Harun merupakan petahana Wali Kota Samarinda, sementara Saefuddin merupakan Anggota DPRD Kaltim.
Keduanya telah membeberkan visi misi: "Mewujudkan ekonomi Samarinda yang inklusif, mandiri, dan berkelanjutan."
Hal tersebut mendapat tanggapan dari Pengamat Ekonomi dari Unmul Samarinda, Purwadi Purwoharsojo.
Baca juga: Meski hanya 1 Calon, KPU Bakal Terus Sosialisasi untuk Tingkatkan Pemilih di Pilkada Samarinda 2024
Dia ikut menyoroti visi misi berkaitan ekonomi. Mengingat belakangan ini, tren pertumbuhan ekonomi di Samarinda diklaim bagus.
Purwadi menyayangkan tidak adanya poin Smart City dalam visi misi itu, seperti halnya saat Andi Harun menjabat pada periode ini.
Menurutnya, smart city bisa ikut mendorong pertumbuhan ekonomi di Kota Samarinda.
"Kalau teknologi tumbuh, pasti ekonomi tumbuh. Tidak bisa smart city tanpa pertumbuhan ekonomi. Jadi sayang kalau itu tidak diikutsertakan pada periode nanti," jelasnya pada Jumat, 18 Oktober 2024.
Selain itu, Purwadi juga menyoroti keinginan paslon untuk menerapkan ekonomi inklusif.
Dalam hal ini upaya perluasan kesempatan ekonomi terhadap masyarakat luas. Menurut akademisi ini, hal itu tidak mudah.
Baca juga: Andi Harun - Syaefuddin Zuhri Sasar Pemilih Pemula di Pilkada Samarinda
Misalnya pada beberapa kesempatan, Andi Harun kerap menggaungkan ekonomi hijau. Dengan menghapuskan sektor tambang, dan memperbesar sektor pertanian. Purwadi lihat itu bukanlah hal yang spesial.
"Kalau Samarinda ini jadi lumbung pangan, itu cerita lama. Karena dulu banyak warga yang jual tanah buat tambang," tambah Purwadi Purwoharsojo.
"Apalagi menghapuskan tambang. Memang barangnya sudah nggak ada kok. Ibaratnya, sudah nggak perlu diomongin lagi, lupakan saja," ucap Purwadi Purwoharsojo.
Sebagai informasi, belum lama ini, Pemkot di bawah Andi Harun tengah mencetak sekitar 150-an hektar sawah baru untuk para petani di wilayah Sambutan.
Namun jumlah itu hanya memenuhi 30 persen kebutuhan pangan.
Sehingga tak heran jika banyak harga pangan di Samarinda lebih tinggi. Karena harus ambil dan masih bergantung pada pasokan dari luar.
Selain itu, beber Purwadi Purwoharsojo, ancaman inflasi lalu diperparah dengan daya beli masyarakat yang saat ini sedang turun.
Menurut Purwadi, untuk memperbesar jumlah produksi pangan memang tidak mudah. Tapi jika calon kepala daerah ingin menggarap itu, jangan sampai cuma jadi janji saja. Harus benar-benar serius jadi perhatian.
Baca juga: Pasangan Andi Harun-Saefuddin Zuhri Dapat Urut 2 di Pilkada Samarinda, Dua Kali Lebih Baik
Lanjutnya harus clear (langkah-langkah), tentu kerja berat, kerja keras. Misal peraturan wali kota soal lahan pertanian itu dicek lagi
Selain itu, kepala daerah juga harus serius terhadap kesejahteraan petani. Menyoal harga beli, kata Purwadi, jangan sampai harganya dibuat jatuh.
Sehingga petani tidak sejahtera. Sehingga penting untuk menjaga harga pangan.

"Inklusif itu nggak gampang. Karena bicara produksi barang dan jasa. Ada perbankan, paylater, ini pasti dihadapi masyarakat. Samarinda dalam konteks ini harus dikonekkan kesana," kata Purwadi Purwoharsojo.
"Kalau pertanian tadi, ini bener nggak lahannya ada. Jangan sampai produksi, tapi gagal jual karena tidak dihargai dengan harga yang memadai," pungkasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.