IKN Gawat DBD
5 Fakta Terkini DBD Hantui Pekerja IKN Kaltim, Puluhan Pekerja Dirawat, Terkuak Sebab Kasus Melonjak
Sederet fakta DBD menghantui pekerja Ibu Kota Nusantara (IKN) Kaltim, salah satunya soal penyebab kasus meningkat.
Lalu bulan Agustus ini ada 170, bulan September 113 orang dan bulan Oktober ini 93 orang, jadi kalau kita lihat terjadi peningkatan itu di bulan Agustus ya, sekitar 170 orang yang terkena DBD, Namun di bulan Oktober ini terjadi penurunan dari sebelumnya 170 sekarang 93 kasus DBD, itu memang ada dari masyarakat juga ada dari pekerja yang ada di IKN," jelasnya.
Puluhan pekerja proyek di Ibu Kota Nusantara ( IKN ) berjibaku melawan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Mereka sebagian dirawat di RSUD Kecematan Sepaku, Penajam Paser Utara. (Tribun Kaltim)
Pasien DBD yang datang ke RSUD Sepaku tersebut pun melakukan beberapa tahapan baik itu pengecekan kondisi suhu tubuh hingga pengecekan darah pada laboratorium.
"Kalau kita selama ini kita lihat dulu pasien nya, nanti dilakukan pemeriksaan laboratorium kalau keadaan positif ya misalnya dengan keadaan lemah ya kita rawat, kalu memang misalkan ada perlu penambahan darah atau gimana otomatis bisanya kita rujuk, tapi selam ini ya, kita tangani disini aja dirumah sakit ini," ujarnya.
"Biasanya diobat y, pertama yang masuk kalau dilihat hasilnya positif dengan laboratorium, ada alat pemeriksa juga yang namanya RTD Combo itu khusus untuk pemeriksaan DBD disitu ada ns one dan penunjang IGM dan IGG nya itu jadi ada fungsi yang satu itu apabila panasnya atau demamnya itu dibawah 4 hari dia akan terbaca di ns one, kalau lebih dari 4 hari yang IGM atau IGG itu akan terbaca positif itu ada garis dua, kalau satu berarti negatif," sambungnya.
Muhamad Rumadi, menambahkan RSUD Sepaku itu belum memiliki fasilitas yang cukup atau masih banyak kekurangan namun pihak tetap akan memisahkan para pasien yang yang dikategori dapat menular.
"Ya biasanya kita pisahkan pasiennya, dibedakan, karena kita kan juga ruangan bukan hanya cuman satu, ada lah lumayan banyak gitu, Nah kalau untuk fasilitas kita belum mempuni juga, namanya rumah sakit kita juga baru berkembang ya, karena rumah sakit kami pertama itu pratama naik ke tipe d artinya berproses kan adapun kekurangan-kekurangan yang pasti kita siapkan Sumber daya manusia juga masih berkurang. Masih banyak kekurangan tapi kita memaksimalkan kekurangan itu," pungkasnya.
Kepala Bagian Pelayanan Penunjang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kecamatan Sepaku dan Tour Plan Diskes, Muhamad Rumadi, menjelaskan kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayah Sepaku IKN lebih banyak menjangkiti para pekerja IKN dan terdampak bagi masyarakat lokal.
"Kalau selama ini kan memang rata-rata banyak pekerja dari IKN, karena sehubungan juga dengan pembangunan yang ada di IKN, otomatis pekerja ini rata-rata banyak dari luar daerah. Jadi di daerah IKN itu memang banyak perusahaan-perusahaan dan proyek mereka berobat ke rumah sakit Sepaku," ujarnya.
Dari presentase pasien DBD yang terawat pada RSUD Sepaku terlihat pekerja IKN lebih banyak jika dibandingkan masyarakat lokal.
"Kalau kita hitung-hitung kemarin perbandingannya itu 76 persen banding 24 persen, yang 24 persen itu masyarakat wilayah setempat, yang 76 persen itu pekerja IKN-nya. Artinya dari perusahaan atau pekerja yang ada di IKN," ucapnya.
Lebih lanjut, Muhammad Rumadi menjelaskan dari data pasien yang ada di RSUD Sepaku pada 2024 mengalami penurunan pada akhir Oktober dan rata-rata yang terkena adalah para pekerja IKN yang dirawat di RSUD Sepaku dan relatif 3-5 hari dibutuhkan perawatan.
"Jadi yang ada di sini 93 orang di bulan Oktober ini mereka yang datang ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatan. Nah, kalau dari bulan Januari itu memang ada itu 11 pasien, di Februari ada 5, Maret ada 1, di April itu ada 5 lagi, Mei itu ada 16, terus Juni itu terjadi peningkatan ada 40, di Juli itu ada 111 orang, Agustus ada 170, bulan September 113 dan Oktober ini 93 orang," paparnya.
Dari angka-angka itu, Muhammad Rumadi menilai terjadi peningkatan kasus di Agustus sekitar 170 orang yang terkena DBD.
"Namun di Oktober ini terjadi penurunan dari sebelumnya 170, sekarang 93 kasus DBD, itu memang ada dari masyarakat, juga ada dari pekerja yang ada di IKN," jelasnya.
Pasien DBD yang datang ke RSUD Sepaku tersebut pun melakukan beberapa tahapan, baik itu pengecekan kondisi suhu tubuh hingga pengecekan darah pada laboratorium.
"Kalau kita selama ini kita lihat dulu pasiennya, nanti dilakukan pemeriksaan laboratorium, kalau keadaan positif ya, misalnya dalam keadaan lemah ya kita rawat, kalu memang misalkan ada perlu penambahan darah atau gimana, otomatis bisanya kita rujuk, tapi selama ini ya kita tangani di sini saja di rumah sakit ini," ujarnya.
Muhammad Rumadi mengatakan, pasien yang positif DBD diperiksa dengan fasilitas laboratorium.
Ada alat pemeriksa juga yang namanya RTD Combo khusus untuk pemeriksaan DBD.
"Di situ ada ns one dan penunjang IGM dan IGG-nya itu, jadi ada fungsi yang satu itu apabila panas atau demamnya di bawah 4 hari dia akan terbaca di ns one, kalau lebih dari 4 hari yang di IGM atau IGG itu akan terbaca positif, itu ada garis dua, kalau satu berarti negatif," sambungnya.
Ia menambahkan RSUD Sepaku belum memiliki fasilitas yang cukup atau masih banyak kekurangan, namun pihaknya tetap akan memisahkan para pasien yang yang dikategori dapat menular.
"Ya biasanya kita pisahkan pasiennya, dibedakan, karena ruangan bukan hanya cuma satu, ada lumayan banyak. Nah kalau untuk fasilitas kita belum mempuni juga, namanya rumah sakit kita juga baru berkembang ya, karena rumah sakit kami pratama naik ke tipe D, artinya berproseskan," katanya.
Ia juga mengaku kekurangan dalam hal sumber daya manusia.
"Masih banyak kekurangan tapi kita memaksimalkan yang ada," katanya.
5. Upaya Pencegahan Mulai Dilakukan
Pihak Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) melalui Direktur Pelayanan Dasar, Dr. Suwito mengungkapkan bahwa upaya pencegahan sudah mulai dilakukan dengan menggandeng berbagai instansi terkait.
Saat ini, pihaknya tengah melakukan rapat koordinasi untuk mengidentifikasi data kasus DBD di kawasan IKN.
“Selamat siang ya Mas Zainul, ini sedang kami identifikasi datanya,” ungkap Suwito saat dihubungi TribunKaltim.co via WhatsApp, Senin (4/11/2024) siang.
Kasus DBD di Kalimantan Timur memang mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam beberapa waktu terakhir.
Data terbaru mencatat bahwa jumlah kasus DBD khususnya di Penajam Paser Utara (PPU) telah mencapai 1.184 kasus.
Dari jumlah tersebut, lebih dari separuhnya terjadi di Kecamatan Sepaku, termasuk kawasan inti pusat pemerintahan (KIPP) Ibukota Nusantara.
Lonjakan kasus DBD ini menjadi perhatian serius karena ancaman kesehatan dapat memengaruhi aktivitas proyek pembangunan di kawasan strategis tersebut.
Upaya pengendalian dan pencegahan semakin penting, mengingat vitalnya peran para pekerja dalam pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung ibu kota baru. (*)
Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.