Hari Kesehatan Nasional ke-60, DKK Balikpapan Gencarkan Edukasi Pencegahan Penyakit Tidak Menular

Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan melaksanakan pengabdian masyarakat bertajuk "Germas Terintegrasi dengan Penyakit Tidak Menular

Penulis: Ary Nindita Intan R S | Editor: Nur Pratama
TribunKaltim.co/ARY NINDITA
DKK Balikpapan melaksanakan pengabdian masyarakat bertajuk "Germas Terintegrasi dengan Penyakit Tidak Menular" di Kelurahan Sungai Nangka, Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan melaksanakan pengabdian masyarakat bertajuk "Germas Terintegrasi dengan Penyakit Tidak Menular" di Kelurahan Sungai Nangka, Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (9/11/2024).

Kepala DKK Balikpapan Alwiati mengatakan, kegiatan ini dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-60 tahun. Dikemas melalui pemaparan edukasi kepada masyarakat terkait pencegahan penyakit tidak menular.

Ada pun rangkaian acara ini mencakup sosialisasi pencegahan demam berdarah dengue (DBD), skrining kesehatan penyakit tidak menular, dan skrining tuberkulosis (TBC), senam bersama, serta pelaksanaan bazar buah, sayur dan jamu.

Baca juga: Kasus Gondongan Meningkat, DKK Balikpapan Bakal Edarkan Imbauan Kewaspadaan Dini

"Skrining TBC ini agar bagaimana kita bisa mendeteksi penyakit tidak menular, supaya tidak ada penularan," kata Alwi.

Alwi mengatakan, angka kasus TBC di Balikpapan meningkat tercatat 1.825 pasien. Jumlah tersebut sudah dalam tahap pengobatan, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan intensif.

"Karena penularannya cepat, apalagi jika ada kontak eratnya. Kita harus memberi edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, agar tidak ada penularan," tuturnya.

Sementara itu, Ketua Tim Kerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular DKK Balikpapan dr. I Dewa Gede Dony Lesmana mengatakan, pihaknya tengah menggencarkan kegiatan pemberian terapi pada pencegahan TBC.

Terapi pencegahan ini diberikan kepada kontak erat penderita TBC. Sehingga masyarakat bisa lebih mengenali gejala, jika ada terindikasi penyakit.

Pada prinsipnya, kata dr Dewa, skrining bisa dilakukan di setiap Puskesmas. Dengan mekanisem pemeriksaan dahak, yang diperiksa melalui alat tes cepat molekuler.

"Memang tantangannya cukup tinggi, karena kita mengobati orang yang sehat, bukan pasiennya. Sementara pasiennya minum obat TBC," bebernya.

Dalam hal ini, pihaknya mengupayakan dapat memenuhi target indikator untuk terapi pencegahan TBC. Pasalnya, jika ada temuan kasus satu penyakit TBC, maka dapat berisiko menularkan 10-20 orang di sekitarnya.

"Makanya kita menggencarkan pemberian terapi pencegahan TBC untuk kontak-kontak erat yang ada di sekitar rumah penderita," pungkasnya.(*)

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved