Berita Nasional Terkini
Dilaporkan ke KPK dan Polri karena Naik Helikopter, Deddy Sitorus Klarifikasi dan Sebut Nama Jokowi
Politisi dari PDI Perjuangan, Deddy Sitorus ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Mabes Polri terkait dugaan gratifikasi.
TRIBUNKALTIM.CO - Politisi dari PDI Perjuangan, Deddy Sitorus ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Mabes Polri terkait dugaan gratifikasi.
Deddy dilaporkan karena diduga menerima gratifikasi saat musim kampanye
Laporan itu buntut postingan Deddy Sitorus di akun media sosialnya, dimana dia menaiki sebuah helikopter di sebuah lokasi.
Deddy Sitorus dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Korps Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( Kortas Tipikor) Polri.
Baca juga: Biodata Deddy Sitorus, Ketua DPP PDIP yang Usulkan Polri Kembali di Bawah TNI atau Kemendagri
Dikutip dari TribunBanten.com, Deddy Sitorus dilaporkan oleh Ketua Lembaga Studi dan Advokasi Anti Korupsi (LSAK), Hariri, atas dugaan menerima gratifikasi berupa fasilitas penyewaan helikopter milik PT SCA yang digunakan dalam masa kampanye legislatif pada Pemilu 2024.
Deddy Sitorus diketahui pada Pemilu 2024 kembali terpilih menjadi Anggota DPR RI dari Dapil Kaltara dan masih duduk di Komisi VI.
Hariri menyampaikan bahwa helikopter jenis EC130T2 yang disewa Deddy digunakan sebanyak delapan kali penerbangan selama masa kampanye, dengan durasi total penerbangan mencapai 48 jam.
Biaya penyewaan helikopter tersebut diperkirakan mencapai USD 192.000 atau sekira Rp 3,07 miliar.
"Penerimaan gratifikasi ini tidak dilaporkan oleh Deddy ke KPK. Sebaliknya, helikopter tersebut malah digunakan untuk mendulang suara yang membawa Deddy kembali terpilih menjadi anggota DPR," ungkap Hariri dalam konferensi pers di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Rabu (17/12/2024).
Terkait laporan tersebut, Deddy melakukan klarifikasi melalui video berdurasi 4:04 menit yang diposting melalui akun Twitternya @deddysitorus.

Pada postingan video tersebut, Deddy menuliskan caption "Intel imut itu antek siapa ya? Apakah ada orangnya atau cuka proxy cocolato? Apakah dapat order membunuh karakter orang?"
"Saya mendapatkan sebuah postingan di Twitter dari intel imut. Ini intel imut atau intel gede nih atau dapat data dari intel beneran," ucap Deddy dengan wajah tampak seperti sedang berguyon.
Lanjut Deddy, "Tapi enggak tahu lah yang jelas ada upaya untuk melakukan pembunuhan karakter," tambahnya.
Dalam video tersebut, Deddy membantah tudingan flexing yang mengarah pada dirinya.
Dia mengaku menyewa helikopter untuk menyambangi pemilihnya yang tinggal di pedalaman wilayah Kaltara, utamanya Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau.
"Soal katanya saya flexing naik heli, wah gila ya. Tidak tahu cerita. Kalimatan Utara itu terdiri dari daerah pedalaman jadi hampir 40 persen pemilih ada di daerah pedalaman. Kaltara tidak seperti di Jawa ada jalan raya. Jadi kalau mau ke desa-desa tidak ada jalan raya, tidak ada sungai itu anda butuhkan waktu berhari-hari berjalan kaki. Kalau ada sungai, sungai tidak sampai ke hulu," ujarnya.
Baca juga: Politikus PDIP Deddy Sitorus Bongkar Dosa Jokowi dan SBY Terhadap Megawati, Siapa yang Paling Fatal?
Lebih lanjut Deddy katakan bahwa untuk mendatangi pemilih di daerah perbatasan seperti Nunukan dan Malinau, membutuhkan waktu yang cukup lama dan menguras tenaga.
Sehingga ia memilih untuk menyewa helikopter agar bertemu dengan para pemilihnya di wilayah pelosok.
"Saya gunakan heli untuk datangi pemilih di desa-desa yang tidak didatangi oleh calon manapun. Kami diajarkan partai harus turun ke bawah. Saya keluarkan uang dan sudah dilaporkan ke KPU untuk menyewa heli," tuturnya.
Deddy mengaku bertarung nyawa melewati badai dan gunung untuk bertemu langsung dengan masyarakat pedalaman.
"Supaya saya bisa dengar keluhan mereka. Kalau Caleg (calon legislatif) lain hanya kirim tim dan siraman money politik. Kita datangi dengan hati. Jadi itu bukan flexing," pungkasnya.
Singgung Keluarga Jokowi
Dalam postingan klarifikasi Deddy, dia menyinggung putra bungsu dan menantu dari mantan Presiden RI Jokowi yakni Kaesang Pangarep dan Bobby Nasution.
"Pergi ke Krayan, anda tidak bisa kalau tidak naik pesawat udara. Seperti di Papua itu bukan pesawat mewah model Kaesang atau Bobby Nasution. Itu pesawat perintis," imbuhnya.
Bahkan menurut Deddy, tudingan terhadapnya merupakan bentuk pembunuhan karakter.
"Jadi anda jangan coba-coba lakukan pembunuhan karakter. Misalnya di Malinau, penduduknya hanya sekira 85.000 jiwa, luasnya lebih luas dari Jawa Barat. Dari satu desa ke desa lain bisa 200 kilometer menembus hutan. Jadi jangan sembarangan. Kaltara itu terdiri dari pulau-pulau dan sungai besar," terangnya.
Baca juga: Blak-blakan Deddy Sitorus Sebut Mustahil PDIP Akur dengan Jokowi Lagi, Kalau Prabowo?
Deddy juga menceritakan perjuangannya mendatangi simpatisan di wilayah pedalaman Kabupaten Nunukan pada Pemilu 2019.
"Saya harus carter speedboat biaya lebih besar. Mati mesin satu, sisa satu dan itu di rawa isi buaya semua. Lewat Nunukan yang hanya dipisahkan sungai kecil dengan Malaysia dikejar Polis Marine. Ketika hujan, di speed hanya ada lampu Hp tidak bisa lihat apa-apa. Jadi semuanya dilakukan untuk bisa menyapa pemilih bukan flexing," jelasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunKaltara.com dengan judul Dilaporkan ke KPK dan Polri Soal Gratifikasi, Deddy Sitorus Beri Klarifikasi dan Singgung Jokowi.
Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.