Fenomena Ikan Mati di Bontang

BREAKING NEWS: Nelayan di Bontang Kaltim Menduga Ribuan Ikan Mati karena Limbah Perusahaan

Ribuan ikan ditemukan mati mengambang di perairan Bontang Lestari, Kecamatan Bontang Selatan, Kota Bontang, Kalimantan Timur.

|
Penulis: Muhammad Ridwan | Editor: Budi Susilo
HO/DOK WARGA
NELAYAN BONTANG RUGI - Tangkapan layar video yang dibagikan warga memperlihatkan ratusan ikan yang terperangkap di dalam keramba mati, di Perairan Bontang Lestari, Kecamatan Bontang, Kota Bontang, Kalimantan Timur, diduga tercemar limbah perusahaan CPO. (HO/DOK WARGA) 

TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG – Ribuan ikan ditemukan mati mengambang di perairan Bontang Lestari, Kecamatan Bontang Selatan, Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur pada Jumat (20/3/2025). 

Nelayan menduga kejadian ini akibat limbah cair dari perusahaan PT Energi Unggul Persada (EUP).

Kali ini TribunKaltim.co menerima 11 video yang memperlihatkan kondisi perairan tersebut.

Dalam salah satu rekaman berdurasi lebih dari satu menit, tampak air berwarna merah kecoklatan dan keruh.

Baca juga: Inovasi Pengolahan Limbah Ramah Lingkungan, Disbun Berau Kunjungi Tempat Pembuatan Biochar Pasuruan 

Diduga ribuan ikan mati mengambang di permukaan air, beberapa di antaranya sudah membusuk.

Pada video yang lain, nampak pula semacam lumut berwarna hijau kehitam-hitaman mengambang tidak jauh dari Pelabuhan PT EUP.

Seorang nelayan yang enggan disebutkan namanya mengatakan fenomena ini bukan pertama kali terjadi.

Kejadian serupa telah berlangsung selama dua tahun terakhir, namun belum ada respons dari pihak terkait.

Padahal ia mengaku, bersama dengan para nelayan lain sudah melayangkan protes tapi sampai saat ini belum ada respon.

"Sudah lama itu terjadi, mungkin dua tahunan. Tapi kalau warga protes, tidak ada respons," ujarnya kepada TribunKaltim.co, Minggu (23/3/2025).

Baca juga: Pengabdian kepada Masyarakat, Politani Samarinda Gelar Pelatihan Pengolahan Limbah Kulit Jeruk

Ia menyebut, peristiwa kali ini merupakan yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir. 

Bangkai ikan ditemukan hingga empat kilometer dari bibir pantai. Air di sekitar lokasi juga menghitam dan berbau menyengat.

Menurutnya matinya ribuan ikan berdampak langsung pada penghasilan nelayan

Berbagai jenis ikan, seperti baronang, bawis, dan bandeng laut, ditemukan mati. Kepiting dan kerang juga ikut terdampak.

"Kalau dulu bisa dapat Rp500 ribu per hari, sekarang bahkan kurang dari Rp100 ribu," ungkap seorang nelayan lain.

Selain itu, nelayan terpaksa melaut lebih jauh, minimal 4-5 kilometer dari pantai, untuk mencari ikan. Hal ini meningkatkan biaya operasional mereka, terutama untuk bahan bakar.

Mereka berharap Pemkot Bontang turun tangan menangani dugaan pencemaran ini.

Pihak Perusahaan Buka Suara

Dikonformasi terpisah Humas PT EUP Jayadi, sudah menerima beberapa video yang dimaksud.

Namun ia meminta semua pihak tidak mengambil kesimpulan terburu-buru.

Di sisi lain perusahaan juga mengambil langkah cepat melakukan investigasi internal untuk memastikan ada limbah buangan yang tidak sesuai SOP.

EUP punya izin pembuangan limbah cair yang hanya dirilis jika memenuhi ambang batas.

"Ini sedang kami uji lebih lanjut. Jadi saya harap semua pihak tidak berspekulasi terlalu jauh," ujarnya, Senin (24/3/2025).

Namun, Jayadi mempertanyakan penyebab kematian ikan.

Baca juga: Temui Massa Demo yang Protes soal Pencemaran Lingkungan, PTT IMM Bakal Lakukan Kajian 

Menurutnya, ikan yang mati berukuran kecil, sementara ikan di sekitar perairan perusahaan biasanya lebih besar.

"Kami tunggu hasil uji dulu. Ini sedang ditelusuri," tegasnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved