Berita Balikpapan Terkini
BOSF Bangun Pulau Buatan untuk Orangutan Non-Releasable, Dirancang Menyerupai Habitat Aslinya
Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) terus memperkuat komitmennya dalam konservasi orangutan
Penulis: Dwi Ardianto | Editor: Nur Pratama
TRIBUNKALTIM.CO, SAMBOJA – Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) terus memperkuat komitmennya dalam konservasi orangutan dengan membangun pulau-pulau buatan khusus bagi individu orangutan yang tidak dapat dilepasliarkan ke alam liar.
Pulau-pulau ini dirancang menyerupai habitat asli agar para orangutan dapat hidup dengan kualitas yang lebih baik di luar fasilitas rehabilitasi, Selasa (22/04).
“Minimal mereka merasa tinggal di hutan, bukan di kantor,” ungkap Kepala BOSF, Jamartin Sihite, saat menjelaskan tujuan utama proyek ini.
Baca juga: Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud Tegaskan Komitmen Jaga Kelestarian Hutan dan Spesies Endemik
Pulau buatan ini ditujukan untuk orangutan non-releasable yakni mereka yang karena alasan medis atau perilaku tidak memungkinkan untuk kembali ke alam bebas.
Hingga kini, BOSF telah memiliki 12 pulau, termasuk empat pulau besar di Kalimantan Tengah, yang menjadi tempat tinggal jangka panjang bagi individu-individu tersebut.
Pembangunan pulau dilakukan secara bertahap, melalui perencanaan yang ketat, termasuk survei lokasi dan penggalangan dana.
Pendanaan bersumber dari urunan internal serta dukungan publik melalui kegiatan fundraising.
BOSF tidak menerima dana langsung dari pemerintah karena keterbatasan regulasi, namun dukungan diberikan dalam bentuk kebijakan.
“Bentuk dukungan pemerintah bukan dalam bentuk dana, tapi regulasi. Undang-undang 32 tentang lingkungan hidup menjadi dasar kuat untuk menjadikan lokasi rehabilitasi sebagai kawasan pelestarian permanen,” tambah Jamartin.
BOSF juga mendorong kebijakan nasional untuk memperluas wilayah konservasi, termasuk memanfaatkan area konsesi HPH (Hak Pengusahaan Hutan) untuk pelepasliaran orangutan.
BOSF tengah menjajaki kerja sama dengan pemerintah daerah, seperti Gubernur Kalimantan Timur, untuk memanfaatkan pulau-pulau kosong di wilayah Sungai Mahakam dan Teluk Balikpapan.
“Pulau yang ideal minimal luasnya lima hektare dan memiliki pohon buah-buahan sebagai sumber pakan alami. Jika belum tersedia, kami akan melakukan penanaman terlebih dahulu,” jelasnya.
Dalam waktu dekat, BOSF akan melepasliarkan enam individu orangutan tiga jantan dan tiga betina yang sebelumnya diselamatkan dari berbagai kasus konflik dengan manusia. Beberapa ditemukan di wilayah pertambangan di Kutai Timur, lainnya merupakan satwa peliharaan ilegal yang akhirnya diserahkan ke pihak BOSF.
“Ketika kita rescue, kondisi mereka biasanya kurus dan stres. Kami rawat dulu di fasilitas Samboja, beri vitamin dan perawatan sampai kondisinya stabil sebelum bisa dilepas,” ujar Jamartin.
BOSF mencatat bahwa sekitar 90 persen orangutan yang masuk ke pusat rehabilitasi adalah korban konflik dengan manusia.
Bermula dari Cekcok di Area Pemakaman di Balikpapan, Penyesalan GSA Tusuk Sepupu hingga Tewas |
![]() |
---|
Benarkah Indeks Harga Properti Residensial di Kota Minyak Melambat? Penjelasan Bank BI Balikpapan |
![]() |
---|
Kapolresta Balikpapan Pimpin Apel Pagi Kamtibmas, Tekankan Kesehatan dan Motivasi Kerja Personel |
![]() |
---|
Polda Kaltim Serahkan 2 Tersangka Kasus Penipuan dan Penggelapan Rp 5 Miliar ke Kejari Balikpapan |
![]() |
---|
DJP Kaltimra Edukasi Generasi Muda Lewat Pajak Bertutur 2025 di Balikpapan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.