Berita Internasional Terkini

Adakah Peluang Bagi Kardinal Indonesia untuk Menjadi Paus? Simak Tahapan Lengkap dalam Konklaf

Adakah peluang bagi Kardinal Indonesia untuk menjadi Paus? Simak tahapan lengkap konklaf di Vatikan besok beserta kemungkinannya

Kompas.com/Nicholas Ryan Aditya
KARDINAL INDONESIA - Potret Kardinal asal Indonesia Ignatius Suharyo yang diambil dari Kompas. Adakah peluang bagi Kardinal Indonesia untuk menjadi Paus? Simak tahapan lengkap konklaf di Vatikan besok beserta kemungkinannya. (Kompas.com/Nicholas Ryan Aditya) 

TRIBUNKALTIM.CO - Adakah peluang bagi Kardinal Indonesia untuk menjadi Paus? Simak tahapan lengkap konklaf di Vatikan besok beserta kemungkinannya.

Pemilihan Paus atau yang disebut Konklaf akan segera digelar di Vatikan pada besok Rabu (7/5/2025).

Prosesi Konklaf akan berlangsung di Kapel Sistina Vatikan dan berjalan denganrahasia, lokasi juga akan ditutup untuk pengunjung selama hari-hari.

Konklaf untuk memilih Paus ke-267 akan ini dilakukan usai berakhirnya Misa Novemdiales untuk berdoa bagi ketenangan abadi mendiang Paus Fransiskus, mengutip Vatikan News.

Sebanyak 135 uskup yang telah memenuhi syarat mengikuti pemilihan Paus baru pada Rabu termaksud dari Indonesia.

Baca juga: Momen Kardinal Ignatius Suharyo Berikan Berkat ke Lansia, Wakili Indonesia dalam Konklaf di Vatikan

Lantas, apakah Indonesia berpeluang untuk menggantikan Paus Fransiskus pada Konklaf ini?

Pemilihan Paus baru atau yang disebut Konklaf ini akan melewati berbagai macam tahap.

Konklaf pemilihan Paus yang baru, pengganti Paus Fransiskus, akan berlangsung pada Rabu (7/5/2025) pukul 10.00 pagi waktu setempat di Vatikan, Roma.

Untuk memulai proses Konklaf, akan diadakan misa pagi khusus, yang kemudian diikuti oleh 135 kardinal yang memenuhi syarat untuk memilih di dalam Kapel Sistina.

Diketahui setelah kematian seorang paus, para kardinal mengadakan serangkaian pertemuan yang disebut kongregasi umum untuk membahas masa depan Gereja.

Meskipun seluruh 252 kardinal dapat berpartisipasi dalam pertemuan ini, hanya 135 yang berusia di bawah 80 tahun sehingga memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam Konklaf.

Baca juga: Terjawab Kapan Konklaf Dimulai, Prosesi Rahasia di Kapel Sistina, Cek Apa Saja Tahapannya

Lantas setelah para kardinal berkumpul, seruan extra omnes (semua keluar) dikumandangkan, dan para kardinal yang telah disumpah untuk menjaga kerahasiaan.

Mereka akan dikunci di dalam Konklaf hingga mereka dapat memilih penggantinya.

Tidak ada jaminan bahwa putaran pertama pemungutan suara pemilihan Paus baru akan diumumkan pada hari yang sama. 

Dalam konklaf paus baru akan diwarnai dengan pidato, doa, refleksi dan perebutan suara yang intens, para kardinal menyaring kandidat melalui putaran pemungutan suara.

Kemudian nama sembilan kardinal terpilih secara acak untuk memimpin dan mengatur pemungutan suara. 

Baca juga: Konklaf Paus Akan Dimulai 7 Mei, Kandidat Kuat Pengganti Pilih Mundur

Sementara tiga orang menjadi Pengawas, yang bertugas mengawasi pemungutan suara. 

Tiga orang lagi mengumpulkan suara dan tiga orang lagi merevisinya.

Seorang paus hanya terpilih ketika seorang kandidat tunggal memperoleh suara mayoritas sebanyak dua pertiga. 

Terkadang paus dipilih dengan cepat ketika seorang kandidat kuat muncul. 

Baca juga: 9 Nama yang Mengemuka Jelang Konklaf untuk Gantikan Paus Fransiskus, Siapa Saja? Ini Sosoknya

Namun, sejak pemungutan suara ke-34 dan seterusnya, Konklaf hanya memilih dua kandidat terdepan yang memperoleh suara terbanyak di babak sebelumnya.

Pemungutan suara itu sendiri bersifat rahasia dan diperkenalkan pada tahun 1621 oleh Gregory XV untuk mencoba dan menghindari politik terbuka.

Selama setiap pemungutan suara, para kardinal menuliskan nama pilihan mereka, idealnya dengan tulisan tangan yang terdistorsi untuk menyamarkan identitas mereka.

Surat suara tersebut kemudian dibakar dalam api kecil di dalam Kapel Sistina, mengutip independent.co.uk.

Asap hitam akan menandai belum ada keputusan, sedangkan asap putih akan mengumumkan terpilihnya Paus ke-267.

Ketika salah satu kandidat akhirnya memenangkan dua pertiga suara, artinya seorang paus baru terpilih. 

Baca juga: Siapa Pengganti Paus Fransiskus? 9 Calon yang Mengemuka Jelang Konklaf, Ada Nama Luis Antonio Tagle

Kardinal Dekan kemudian memanggil kandidat ke depan kapel dan menanyakan apakah mereka bersedia menerimanya. 

Jika jawabannya ya, Paus baru kemudian diminta untuk memilih nama Kepausannya yang baru.

Peluang Kardinal Indonesia Ignatius Suharyo untuk menjadi pengganti Paus tidaklah mustahil terjadi

Pemilihan Paus terbaru dalam Konklaf ini juga memiliki beberapa kandidat Kardinal yang juga dinilai kuat.

Calon Kandidat Paus yang Baru

Setelah Paus Fransiskus meninggal pada 21 April 2025, persiapan konklaf untuk memilih pemimpin baru Gereja Katolik telah dimulai. 

Berikut lima kandidat kuat yang digadang-gadang akan bersaing dalam pemilihan menurut sejumlah pemberitaan di media Amerika Serikat:

1. Kardinal Luis Antonio Tagle (67), Filipina

Kardinal Tagle menjadi favorit kalangan progresif berkat latar belakangnya sebagai tokoh misionaris dan kepemimpinannya di Departemen Evangelisasi.

Ia dikenal sebagai pendukung kuat agenda reformasi Paus Fransiskus, termasuk fokus pada kesederhanaan, keadilan sosial, dan dialog lintas agama.

Popularitasnya di Asia dan kepiawaiannya dalam diplomasi gerejawi membuatnya menjadi kandidat yang sering disebut-sebut di berbagai analisis.

2. Kardinal Pietro Parolin (70), Italia

Sebagai Sekretaris Negara Vatikan sejak 2013, Parolin dikenal sebagai diplomat ulung dengan pendekatan moderat.

Ia dianggap mampu menjaga keseimbangan antara reformasi dan stabilitas institusi gereja.

Pengalamannya dalam mengelola hubungan Vatikan dengan negara-negara non-Katolik menjadi nilai tambahnya. Parolin juga sering disebut sebagai "kandidat kompromi" yang bisa diterima oleh berbagai faksi di dalam gereja.

3. Kardinal Peter Turkson (76), Ghana

Seorang advokat kemanusiaan dan keadilan sosial, Turkson memiliki pengaruh besar di Afrika.

Jika terpilih, ia akan menjadi paus Afrika pertama sejak abad ke-5, sebuah tonggak sejarah yang signifikan.

Meski usianya sudah 76 tahun (mendekati batas 80 tahun untuk menjadi pemilih), rekam jejaknya dalam isu lingkungan dan hak asasi manusia membuatnya tetap relevan.

4. Kardinal Péter Erdő (72), Hungaria

Sebagai pakar hukum kanon yang konservatif, Erdő mewakili suara tradisionalis dalam gereja.

Ia dikenal tegas mempertahankan doktrin inti Katolik, seperti posisi gereja terhadap pernikahan dan keluarga.

Erdő juga pernah menjabat sebagai Ketua Komite Episkopal Eropa, menunjukkan kapasitasnya dalam mengelola isu kontinental.

5. Kardinal Angelo Scola (82), Italia

Meski berusia 82 tahun (melebihi batas usia pemilih), Scola tetap menjadi kandidat potensial karena pengalamannya sebagai salah satu pesaing utama dalam konklaf 2013.

Ia dikenal sebagai tokoh yang menggabungkan intelektualisme dengan dedikasi pada nilai-nilai tradisional.

Namun, usia lanjutnya mungkin mengurangi peluangnya dibandingkan kandidat muda lainnya.

Beberapa nama lain yang mencuat dalam analisis media termasuk Kardinal Fridolin Ambongo Besungu (Republik Kongo) dan Robert Prevost (AS), yang dianggap sebagai kandidat "kuda hitam" dengan potensi kejutan.

Selain itu, konklaf kali ini menjadi penting karena 80 persen kardinal pemilih ditunjuk oleh Paus Fransiskus, mengindikasikan dominasi faksi progresif.

Dengan konklaf dimulai pekan depan, seluruh dunia akan menantikan asap putih dari cerobong Kapel Sistine, simbol lahirnya pemimpin baru bagi 1,4 miliar umat Katolik global. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Besok Pemilihan Paus Baru, Prosesi Rahasia di Kapel Sistina, Apa Saja Tahapan Konklaf?.

Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WA, Facebook, X (Twitter), YouTube, Threads, Telegram

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved