Penanganan Banjir Samarinda Kaltim Masih Jauh dari Harapan, PUPR Butuh Kolaborasi dan Evaluasi

Namun, Pemkot tetap mengambil peran aktif dengan masuk di segmen-segmen tertentu seperti kawasan Tarmidi dan Ruhui Rahayu.

"Rumah pompa kita juga ambil peran di Dr. Sutomo kita kerjakan walaupun belum selesai. Tahun ini kita lanjutkan lagi, kemudian nanti beberapa lokasi di sepanjang Sungai Karangmumus bisa kita masuk," tambahnya.

Dari sisi peran Pemkot, pembangunan kolam retensi di kawasan Pampang terus diupayakan sebagai penahan aliran air dari wilayah Hulu Kukar (Kutai Kartanegara) dan kawasan Muara Badak. Tahun lalu, PUPR berhasil membebaskan lahan seluas 2,4 hektare, dan tahun ini ditargetkan bisa dikerjakan di lahan seluas 5 hektare.

"Ada potensi lagi yang konflik masalah sosialnya kecil, ada 10 hektare, cuman masuk di bawah master plan-nya runway-nya bandara. Ini kita coba koordinasi dengan mereka. Kalau bisa kita bebaskan yang 10 hektar itu, maka lumayan,"ungkapnya.

Namun, ia mengingatkan bahwa target ideal untuk kawasan kolam di hulu mencapai 70 hektare.

“Masih jauh. Tapi tidak apa, yang penting kita ada niat untuk mencoba menyelesaikan banjir," ujarnya.

Hendra juga menyoroti faktor pasang surut air laut dan sedimentasi sebagai penyebab banjir beberapa waktu lalu.

Ia menyatakan bahwa elevasi banjir terbaru harus dijadikan acuan baru dalam desain turap atau struktur tanggul ke depan.

"Artinya tidak bisa memakai desain elevasi yang sudah ditentukan. Kita lihat lagi dengan kondisi yang terakhir kemarin. Karena kita lihat kemarin ada beberapa posisi capping yang masih muncul tapi tanggulnya sudah terendam," jelas Hendra. 

Hal ini, menurutnya, masih menjadi bahan diskusi dengan pihak BWS.

Tahun ini, anggaran SDA yang dialokasikan dari APBD Kota sekitar Rp200 miliar. Sementara itu, tambahan bantuan dari provinsi dan pusat sekitar Rp400 miliar. Namun, angka itu masih jauh dari kebutuhan penyelesaian secara total.

"Sebagaimana kita ketahui tadi bahwa paparannya BWS itu untuk menyelesaikan pintu-pintu air plus turap yang di sepanjang Sungai Karangmumus yang belum ter-cover itu sekitar Rp800 miliar sekian, hampir Rp900 miliar. Itu belum kalau mengerjakan pintu air Karangmumus yang besar itu," ungkapnya.

Menurut Hendra, proyek pintu air besar SKM masih dalam kajian. Baginya, logika efisiensi tetap harus dijaga. Oleh karena itu, diperlukan kolam penahan air di atas, yang bisa membendung limpahan dari Muara Badak sebelum masuk ke sistem drainase Samarinda.

“Artinya dalam kajian itu masih layakkah dikerjakan atau tidak. Pertimbangannya dari sisi ekonomis. Kalau memang itu dikerjakan nantinya akan seperti apa karena kita ngeringin sungai kan dibanding dengan mengerjakan turap dan pintu-pintu kecil," pungkanya.

(*)