Berita Samarinda Terkini
Disdag Minta Warga Samarinda Tak Khawatir Soal Beras Oplosan, Stok dan Kualitas Terjamin
Pemerintah Kota melalui Dinas Perdagangan (Disdag) memastikan kondisi stok dan kualitas beras di pasar-pasar Samarinda masih dalam keadaan aman
Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Nur Pratama
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Isu beras oplosan yang mencuat di beberapa wilayah Indonesia tidak berdampak pada Kota Samarinda.
Pemerintah Kota melalui Dinas Perdagangan (Disdag) memastikan kondisi stok dan kualitas beras di pasar-pasar Samarinda masih dalam keadaan aman.
Pemantauan pun terus dilakukan secara intensif oleh tim lapangan yang tersebar di seluruh pasar pemerintah.
Kepala Disdag Kota Samarinda, Nurrahmani, menegaskan bahwa pihaknya belum menemukan indikasi adanya beras oplosan di pasar tradisional maupun toko-toko distribusi.
Baca juga: Sempat Buron Setahun, Pelaku Curanmor di Samarinda Dibekuk Polisi
Pemantauan ketat dilakukan secara rutin untuk memastikan ketersediaan stok, kestabilan harga, dan kualitas barang kebutuhan pokok, termasuk beras.
“Sampai saat ini saya komunikasikan dengan petugas kami di pasar, tidak ada mendengar beras oplosan itu,” kata Yama, sapaan akrabnya pada TribunKaltim, Selasa (15/7).
Menurutnya, stok beras di Kota Samarinda dalam kondisi stabil dan aman. Pemerintah rutin melakukan peninjauan melalui tim pengendalian inflasi, terutama dengan melihat indikator ketersediaan stok di gudang Bulog.
“Jadi Bulog untuk beras labelisasi SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan), pasokan harga dan pangan itu sekitar di Rp 62 ribu. Kalau di posisi harga di toko inflasi pemerintah, ada stok ke situ. Di pasar pun ada,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa harga eceran tertinggi (HET) beras di pasar berada pada kisaran Rp 65 ribu per lima kilogram, dan untuk beras premium sekitar Rp 75 ribu, masih dalam batas yang wajar.
“Kalau di pasar pakai HET Rp 65 ribu. Tidak boleh lebih. Kondisinya pun bagus di pasar. Kemudian ditambah dengan beras kita yang premium, namun menurut saya harganya tidak terlalu jauh juga, sekitar Rp 75 ribu dengan kualitas yang baik,” ujarnya.
Yama mengakui bahwa isu soal beras oplosan bukan hal baru dan kerap muncul di tengah masyarakat. Bahkan di tahun-tahun sebelumnya pernah beredar informasi bahwa beras berbahan plastik dipasarkan sebagai beras konsumsi. Namun, ia meminta masyarakat untuk tidak mudah percaya terhadap kabar-kabar yang belum terbukti kebenarannya.
“Kalau pun dulu pernah ada isunya dicampur plastik seperti telur plastik, beras plastik, kita juga belum pernah menemukan. Kalau dibuat pun bahan plastik itu tentu produksinya susah dengan teknologi tidak biasa. Makanya kita juga harus bisa memilah kabar hoaks yang terjadi. Bisa memang persaingan bisnis juga,” jelasnya.
Menurutnya, kekhawatiran berlebihan hanya akan mengganggu ketenangan masyarakat. Apalagi daya beli warga Samarinda masih tergolong baik dan permintaan beras tetap stabil.
“Terkadang jangan salah juga, kadang-kadang beras oplosan tidak hanya di beras dengan harga yang murah saja. Dulu pernah ada satu merek terkenal harganya mahal, ternyata isinya tidak enak. Tapi saat ini dengan daya beli masyarakat yang cukup juga, InsyaAllah aman. Ibaratnya ada rupa, ada harga,” terangnya.
Ia menegaskan kembali bahwa hingga kini, tidak ada laporan atau temuan tentang beras oplosan yang beredar di pasar-pasar Samarinda.
“InsyaAllah Samarinda aman saja,” tegasnya.
Dijelaskan Yama, beras yang beredar di Kota Samarinda sebagian besar berasal dari luar daerah, yaitu Sulawesi dan Pulau Jawa. Adapun pasokan dari produsen lokal belum menjadi penyumbang dominan dalam rantai distribusi.
“Sumber beras kita dari Sulawesi dan Jawa. Itu yang paling banyak. Kalau yang lokal biasanya tidak secara keseluruhan. Informasi nya juga beras kita surplus. Masa ada indikasi dioplos?” ujarnya.
Mengenai pengawasan pengiriman antar pulau, Yama menuturkan bahwa hal tersebut menjadi domain instansi lain seperti bea cukai. Disdag hanya berperan dalam memastikan ketersediaan barang di tingkat distributor dan pasar lokal.
“Hanya saja kita memantaunya dari segi ketersediaan distributor. Misalnya stok kosong, kita tanyakan,” imbuhnya.
Untuk memastikan situasi pasar tetap terkendali, Disdag menurunkan petugas pemantau yang bertugas setiap hari di seluruh pasar milik pemerintah di Kota Samarinda. Mereka memantau stok dan harga berbagai komoditas kebutuhan pokok seperti beras, cabai, tahu, tempe, sayur, hingga gas elpiji.
“Kebetulan kami ada pemantau di lapangan di setiap hari. Merekalah yang memberikan informasi, disebut sebagai survei stok dan harga. Misalnya cabai dan beras tiap harinya berapa. Rekapannya pun per minggu,” ungkapnya.
Disdag juga telah menyiapkan sistem informasi harga bahan pokok yang ditampilkan secara digital, salah satunya di Kantor Balai Kota Samarinda.
“Itu hasil survei dari teman-teman di lapangan. Sesuatu hal selalu dilaporkan. Kami komunikasikan setiap hari, dan semua aman. Stok aman dan tidak ada yang kosong,” tuturnya.
Lebih lanjut, Yama menjelaskan bahwa fungsi utama pengawasan oleh Disdag bukan untuk menguji keaslian produk, melainkan untuk memantau harga dan ketersediaan barang sebagai indikator stabilitas pasar.
“Bentuk pengawasan kami bukan untuk barang itu palsu atau tidak, tapi ketersediaan stok tentang harga, yang memang ini bisa menjadi barometer lainnya. Tapi tujuan utamanya untuk memastikan harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok,” pungkasnya. (*)
Terminal Bayangan Samarinda tak Langgar Lalulintas Malah Mudahkan Akses Penumpang |
![]() |
---|
Remaja 18 Tahun di Samarinda Bobol Rumah, Tertangkap Gara-gara Tinggalkan Badik |
![]() |
---|
Pura-pura Beli Rokok, Pria di Samarinda Ini Curi Uang Rp3 Juta di Warung Klontong |
![]() |
---|
Disdag Samarinda Akan Verifikasi Ulang Data Pedagang Pasar Segiri untuk Hindari Komplain |
![]() |
---|
Bus Trans Samarinda Tampil di Pawai Pembangunan Merupakan Uji Publik Konsep Transportasi Massal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.