Berita Kukar Terkini

Ketegangan Warga dan Anggota Brimob di Mako Brimob Loa Ipuh Darat Kukar Dipicu Salah Paham

Insiden ketegangan yang terjadi di sekitar Markas Komando Pasukan II Korps Brimob Polri di Loa Ipuh Darat, Kecamatan Tenggarong

HO Pribadi
SALAH PAHAM - Komandan Pasukan II Korps Brimob Polri, Brigadir Jenderal Polisi Arif Budiman, S.I.K., M.H., menjelaskan kejadian itu dipicu oleh kesalahpahaman antara warga dan anggota Brimob. Komandan Pasukan II Brimob menegaskan bahwa seluruh biaya pengobatan korban ditanggung pihaknya. (HO Pribadi)  

TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG – Insiden ketegangan yang terjadi di sekitar Markas Komando Pasukan II Korps Brimob Polri di Loa Ipuh Darat, Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kamis (17/7/2025) dan Jumat (18/7/2025), ternyata dipicu oleh kesalahpahaman antara warga dan anggota Brimob.

Komandan Pasukan II Korps Brimob Polri, Brigadir Jenderal Polisi Arif Budiman, S.I.K., M.H., menjelaskan kejadian itu bermula dari kebiasaan pengendara yang kerap kebut-kebutan di depan markas.

Karena belum tersedia polisi tidur, anggota memasang balok kayu sebagai upaya memperlambat laju kendaraan.

Baca juga: 19 Warga Jonggon Kukar Dianiaya saat Datangi Mako Brimob di Loa Ipuh, Awalnya Ingin Klarifikasi

“Karena sering ada yang kebut-kebutan, anggota pasang kayu. Tapi ada warga yang lewat pakai pickup merasa terganggu. Mereka sempat bicara kasar ke anggota,” ujar Brigjen Arif Budiman kepada Tribun Kaltim, Minggu(20/7/2025).

Menurutnya, warga yang datang saat itu tidak memahami prosedur masuk ke kawasan markas dan menerobos pos penjagaan. Saat itu anggota tengah berolahraga sore, sehingga situasi langsung memanas.

Menurut Brigjen Arif Budiman, beredarnya rekaman suara yang mengajak warga mendatangi markas Brimob secara massal menjadi pemicu membesarnya konflik. Rekaman tersebut beredar luas melalui aplikasi perpesanan.

“Ada rekaman yang bilang: ‘Ayo rame-rame kita ke SPN Brimob.’ Tapi yang buat rekaman itu malah tidak datang. Itu yang memicu mereka datang dalam kondisi emosi,” ungkapnya.

Komandan Pasukan II Brimob menegaskan bahwa seluruh biaya pengobatan korban ditanggung pihaknya. Kunjungan langsung ke keluarga korban juga akan dilakukan, sebagai bagian dari upaya meredakan ketegangan.

“Ini hanya kesalahpahaman. Semua sudah diselesaikan secara damai dan saling memaafkan,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan imbauan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang belum terverifikasi, terlebih jika beredar di media sosial atau grup WhatsApp.

“Kita sudah lama tinggal berdampingan di Jonggon. Hubungan baik harus dijaga, jangan sampai rusak karena hoaks atau emosi sesaat,” tegasnya.

Diberitakan Tribunkaltim.co sebelumnya, sebanyak 19 warga Desa Jonggon disebut mengalami tindak kekerasan oleh oknum anggota Brimob. Beberapa mengalami luka memar dan bengkak, bahkan disebut sempat terkena pukulan popor senjata.

“Belum sempat turun, sudah dipukul. Padahal sempat teriak, ‘Kami ke sini mau mediasi!’ Tapi tetap diseret dan dipukuli,” kata Rohyadi, Ketua RT 10 Desa Jonggon.

Insiden kekerasan terhadap warga Jonggon ini dipicu kejadian malam sebelumnya, ketika Puji Friayadi, seorang pengepul pisang, ditegur dan diduga dipukuli karena menegur balok kayu yang menghalangi jalan umum di depan Mako Brimob. Ia mengaku dipukul di bagian pelipis dan diseret masuk ke dalam mako. Ia juga menyebut sempat dipaksa menandatangani surat pernyataan yang tidak dijelaskan isinya.

Warga yang kondisinya parah dilarikan ke rumah sakit, sedangkan lainnya dirawat di Puskesmas. Warga kemudian mendatangi Polres Kukar untuk melaporkan kejadian yang mereka alami. (*)

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved