Berita Kaltim Terkini
Ada yang Diterkam Saat Main HP, Kasus Manusia Diterkam Buaya di Kaltim Sepanjang 2025 Bertambah Lagi
TewasnyaDongak (61) seorang lansia di Paser di awal bulan Agustus 2025 ini menambah panjang daftar manusia diterkam buaya di Kaltim.
Proses pencarian berlangsung selama 3 hari, yakni sejak korban dikabarkan hilang pada 1 April 2025 dan baru ditemukan pada hari ini, Kamis (3/4/2025).
Kapolres Paser, AKBP Novy Adi Wibowo memberikan apresiasi tim gabungan yang yang terdiri dari Polres Paser, BPBD Paser, serta masyarakat setempat yang tanpa henti mencari keberadaan korban.
"Alhamdulillah, berkat kerja keras tim gabungan dan dukungan penuh dari masyarakat, korban akhirnya berhasil ditemukan pagi tadi," terang Novy.
Sementara itu, Kapolsek Tanah Grogot, Iptu Agus Sanyoto, mengatakan bahwa dalam proses pencarian korban memang sempat mengalami sejumlah kendala.
"Pencarian korban selamatiga hari ini menghadapi berbagai kendala, mulai dari arus sungai yang deras hingga kondisi air yang keruh, namun tim gabungan pantang menyerah menemukan keberadaan korban," ungkap Agus.
Diakui bahwa tim gabungan yang terdiri dari personel Polsek Tanah Grogot, Brimob Batalion C Kompi 2, BPBD Paser, serta warga setempat terus berkoordinasi dan melakukan penyisiran secara maksimal meskipun kondisi alam yang sulit.
Baca juga: Buaya Gemuk Mondar-mandir Berenang di Kolong Rumah Warga Nunukan Kaltara, Jaga Keselamatan Anak
Berkat upaya tersebut, korban akhirnya ditemukan sekitar pukul 06.30 Wita dan langsung dievakuasi untuk proses selanjutnya.
"Pencarian ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antara aparat keamanan dan masyarakat dalam menghadapi musibah seperti ini, kami juga terus memberikan informasi ke keluarga korban dan memastikan mereka mendapatkan dukungan yang dibutuhkan," tambahnya.
Dengan ditemukannya korban hari ini, kata Agus, proses pencarian yang sebelumnya penuh tantangan akhirnya membuahkan hasil yang diharapkan.
Pihak keluarga pun bisa merasa lega meskipun korban ditemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa lagi.
"Pencarian yang melibatkan banyak pihak ini menjadi contoh solidaritas dan kerja keras dalam memberi bantuan ke masyarakat yang membutuhkan. Tim gabungan dan warga setempat telah berhasil menunjukkan kekompakan dan dedikasi tinggi dalam upaya pencarian korban," tutup Kapolsek Tanah Grogot.
4. Bocah 8 Tahun di Kutim Tewas Diterkam Buaya Saat Bermain Bola
Peristiwa tragis terjadi di kanal Rawa Indah, RT 08 Desa Sepaso Selatan, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur Selasa (8/4/2025) sore.
Seorang anak laki-laki bernama Nur Romadhon alias Mandon, usia 8 tahun, tewas setelah diterkam buaya saat bermain bola bersama teman-temannya.
Kejadian bermula sekitar pukul 16.00 WITA ketika korban dan tiga temannya bermain bola di halaman rumah warga bernama Sadillah.
Bola yang dimainkan terjatuh ke pinggir kanal. Meski sempat diperingatkan oleh salah satu temannya agar tidak mengambil bola, korban tetap mendekati kanal dan tiba-tiba kakinya digigit oleh buaya.
Salah satu temannya, Pardi, berusaha menolong dengan memegang tangan korban, namun pegangan terlepas karena tidak kuat.
Anak-anak yang menyaksikan kejadian itu langsung berteriak meminta pertolongan warga.
Dua orang saksi, Jumansyah (44) dan M. Ilham (26), yang mendengar teriakan segera mendatangi lokasi. Mereka melihat buaya menggigit tubuh korban.
Saksi kemudian menggunakan alat setrum yang terhubung ke genset untuk melumpuhkan buaya.
Buaya berhasil disetrum dan dibelah, namun tubuh korban tidak ditemukan di dalam perutnya.
Tim gabungan dari Markas Unit Patroli Sangatta, Polsek Bengalon, Brimobda Kaltim, Posal Muara Bengalon, Damkar, dan warga setempat melakukan pencarian intensif.
Sekitar pukul 19.22 WITA, korban akhirnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, dengan luka di bagian kaki kanan dan paha kiri.
Keluarga korban menolak dilakukan visum dan jenazah langsung dibawa ke rumah duka untuk dimakamkan.
Direktur Polairud Polda Kaltim, Kombes Pol Eduward Pardede, menyampaikan duka cita mendalam atas kejadian ini.
Ia juga mengapresiasi kerja cepat dan kolaboratif dari seluruh tim SAR dan masyarakat setempat, Rabu (09/04).
"Ini menjadi peringatan bagi kita semua agar lebih berhati-hati, terutama di wilayah yang dekat dengan habitat buaya," ujarnya.
Situasi di lokasi kejadian saat ini telah aman dan terkendali.
5. Bocah di Sangatta Tewas Diterkam Buaya Saat Sedang Mandi
Tim SAR Gabung dan relawan berhasil menemukan jasad bocah 10 tahun yang diduga tewas diterkam seekor buaya berukuran besar di Sungai Sangatta, Kalimantan Timur.
Kabar duka menyelimuti keluarga dan warga Kampung Sangatta setelah jasad Fiki (10 tahun), bocah yang diterkam buaya saat berenang di Sungai Sangatta pada Sabtu (26/4/2025), akhirnya ditemukan pada Minggu (27/4/2025) sore.
Peristiwa nahas ini terjadi pada Sabtu (26/4/2025) sore ketika Fiki bersama enam orang temannya tengah mandi di Sungai Sangatta.
Awalnya, salah seorang teman korban, Mamat, sempat melihat seekor buaya di seberang sungai.
Namun, mereka tetap melanjutkan aktivitas di dalam sungai tersebut.
Sesaat kemudian, Fiki melompat dari sebuah pohon beringin yang berada di tepi sungai, mengikuti jejak teman-temannya yang lain, yakni Iki, Atung, Niki, Fuji, Opal, dan Mamat.
Tragedi tak terhindarkan ketika Fiki melompat ke air untuk yang kedua kalinya.
Diduga kuat, pada saat itulah ia langsung disambar oleh seekor buaya yang berada di sekitar lokasi.
Dua orang saksi mata, Samariah dan Tika, mengaku melihat dengan jelas bagaimana Fiki ditarik ke dalam air oleh buaya tersebut.
Korban sempat berteriak meminta tolong dan berusaha berpegangan pada sebatang bambu sebelum akhirnya menghilang dari pandangan.
Setelah insiden mengerikan tersebut, tim gabungan yang terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutai Timur, Basarnas, relawan, serta dibantu oleh masyarakat setempat, segera melakukan operasi pencarian.
Usaha keras tim SAR akhirnya membuahkan hasil pada Minggu (27/4/2025) sore.
Jasad Fiki ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, hanyut sekitar 200 hingga 300 meter dari lokasi awal ia diserang oleh buaya.
Setelah berhasil ditemukan, jasad Fiki segera dievakuasi oleh tim SAR gabungan.
Jenazah korban kemudian diserahkan kepada pihak keluarga untuk proses pemakaman lebih lanjut.
Dengan ditemukannya jasad Fiki, operasi pencarian yang telah berlangsung sejak Sabtu sore secara resmi ditutup pada Minggu sore.
Tragedi ini sekali lagi menjadi pengingat yang menyedihkan akan bahaya yang mungkin mengintai di perairan yang menjadi habitat satwa liar.
Pihak berwenang dan masyarakat setempat mengimbau untuk selalu meningkatkan kewaspadaan dan berhati-hati saat beraktivitas di dekat sungai atau perairan lainnya yang diketahui memiliki populasi buaya.
6. Warga Tewas Diterkam Buaya Saat Membersihkan Empang
Tragedi mengerikan terjadi di kawasan Tanjung Pimping, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, pada Selasa pagi (29/4/2025).
Seorang pria bernama Darwis (51) dilaporkan hilang setelah diterkam seekor buaya saat tengah membersihkan empang bersama anaknya.
Peristiwa nahas ini terjadi sekitar pukul 10.00 WITA. Saat itu, Darwis dan anaknya, Saiful, sedang membersihkan gulma air berupa bunga teratai di kolam milik warga.
Tanpa diduga, seekor buaya liar tiba-tiba muncul dari dalam empang dan langsung menyambar korban. Darwis tidak sempat menghindar, dan dalam hitungan detik, tubuhnya lenyap dibawa ke dalam air.
Menurut keterangan Saiful, buaya tersebut sempat terlihat masih berada di area empang usai insiden. Ia pun segera melaporkan kejadian tersebut ke warga sekitar sebelum diteruskan ke instansi terkait.
Laporan resmi diterima oleh Kantor SAR Balikpapan pada pukul 15.00 WITA. Tim Rescue dari Pos SAR Sangatta segera diberangkatkan pukul 15.20 WITA, menempuh perjalanan yang cukup sulit dengan estimasi lebih dari empat jam menggunakan jalur darat dan air.
Karena kendala waktu dan medan berat, tim SAR memutuskan untuk bermalam di Pos Damkar Muara Badak dan melanjutkan perjalanan ke lokasi kejadian pada Rabu pagi (30/4/2025) pukul 06.30 WITA.
Kepala Kantor SAR Balikpapan, Dody Setiawan, menjelaskan bahwa proses pencarian difokuskan pada radius satu kilometer dari titik lokasi kejadian.
Ia menegaskan bahwa pencarian ini dilakukan dengan koordinasi penuh antarinstansi dan melibatkan masyarakat setempat.
“Kami mengerahkan seluruh sumber daya yang tersedia, mulai dari perahu karet, kendaraan rescue, peralatan medis dan komunikasi. Medan yang sulit, serta keberadaan satwa liar seperti buaya di lokasi, menjadi tantangan tersendiri, namun kami tetap berupaya maksimal,” jelas Dody dalam keterangan resminya.
Pencarian dilakukan oleh Tim SAR gabungan yang terdiri dari Pos SAR Sangatta, Polairud Anggana dan Muara Badak, potensi SAR Kutai Kartanegara dan Samarinda, serta warga dan keluarga korban.
Mereka menyisir area empang menggunakan perahu serta pengawasan darat, dengan sistem bergantian untuk menjaga keselamatan tim pencari.
Kondisi cuaca di lokasi dilaporkan berawan dan berangin ringan, namun hal tersebut tidak menghentikan proses pencarian.
Tim SAR tetap bekerja dengan penuh kewaspadaan, mengingat kawasan empang di Tanjung Pimping merupakan habitat alami buaya dan dikelilingi semak lebat serta saluran air yang sulit dijangkau.
Pihak keluarga korban pun terus berada di lokasi, berharap ada kejelasan nasib Darwis.
Hingga berita ini diturunkan, korban belum ditemukan, dan proses pencarian masih berlangsung.
Insiden ini jugamenambah daftar panjang kasus konflik antara manusia dan satwa liar di wilayah pesisir dan rawa Kukar.
7. Remaja di Penajam Diterkam Buaya Saat Berenang
Beredar viral remaja berusia 16 tahun di Penajam Kalimantan Timur meninggal diterkam buaya.
Adapun remaja tersebut merupakan warga Kelurahan Sotek, Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Remaja diterkam buaya di Penajam Kaltim terjadi pada Jumat (9/5/2025) sore.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) PPU Kuncoro membenarkan hal tersebut.
Ia mengungkapkan bahwa, kejadiannya sekitar pukul 17.00 Wita.
Andi Syahputra (16) menjadi korban keganasan buaya, yang diduga berasal dari sungai Selimbung, tidak jauh dari rumah korban.
"Betul, dia warga Sotek, kami sudah menerima laporan," ungkapnya.
Kuncoro menyebutkan bahwa korban bersama empat orang temannya, awalnya sedang berenang di sungai.
Setelah sejam, teman-teman korban mulai naik satu persatu. Tetapi, korban saat itu masih ingin berenang, sehingga tersisa ia seorang diri di sungai tersebut.
"Teman-temannya sudah mengajak naik, tapi dia masih mau lanjut berenang," sambungnya.
Teman-temannya pun tak menaruh curiga, sehingga sibuk mengenakan pakaian masing-masing.
Setelah mereka berbalik ke arah sungai, korban lalu tidak terlihat lagi.
Upaya pencarian oleh empat orang inipun sempat dilakukan, namun, korban tak juga ditemukan.
Barulah setelah sekitar 20 menit, mereka melihat seekor buaya yang di mulutnya ada kaki korban.
"Sekitar 20 menit teman korban mencari terlihat ada seekor buaya muncul dan terlihat kaki korban saat itu sedang digigit buaya," jelasnya.
Pencarian selanjutnya dibantu oleh warga sekitar, menggunakan perahu, sembari menuggu bantuan dari tim terkait.
"Setelah laporan masuk, BPBD PPU langsung menuju ke lokasi dan berkoordinasi dengan semua unsur terkait," ujarnya.
Sekitar pukul 17.50 Wita, korban ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
"Korban ditemukan oleh warga dan langsung dilarikan ke Puskesmas Sotek untuk dilakukan pertolongan namun korban tidak bisa diselamatkan sehingga dinyatakan meninggal dunia, korban saat ini dibawa ke rumah duka dan akan dimakamkan besok hari," pungkasnya. (*)
8. Karyawan Diterkam Saat Cari Sinyal HP
Nasib nahas menimpa salah seorang karyawan perusahaan sawit di Desa Muara Bengalon, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Karyawan pria berinisial MB tersebut meninggal dunia usai diterkam buaya.
MB merupakan karyawan panen di perusahaan PT Kemilau Indah Nusantara (KIN).
Asisten ISPO PT KIN, Lalu Teguh mengatakan bahwa berdasarkan kesaksian rekan korban, kala itu korban sedang mencari sinyal handphone dan berjalan ke arah sekolah pada hari Rabu (21/5/2025) sekitar pukul 22.00 Wita.
"Kemudian, korban menyeberangi titi panen menuju salah satu pohon sawit yang berada di pinggir parit dan duduk santai di sana sambil memainkan HP," ujar Teguh kepada TribunKaltim.co, Kamis (22/5/2025).
Rekan-rekan korban yang tidak jauh dari lokasi kejadian lantas mendengar teriakan ditambah suara kepak-kepak air dari arah parit tempat korban diterkam buaya.
Tidak lama, beberapa rekan-rekan korban yang mendengar suara tersebut langsung berlari menuju ke arah suara dan terlihat sekilas ada buaya yang sedang berputar di dalam parit.
Rekan-rekan korban kemudian mengejar buaya itu sekitar 15 menitan melalui jejak riak air dan kekeruhan air yang terlihat.
Kondisi Korban
Setelah ditemukan, korban telah terlepas dari gigitan buaya.
Korban tampak tersandar di pinggir parit, namun buaya masih nampak berada di sekitar korban.
"Setelah korban berhasil dievakuasi ke darat (jalan), korban langsung dibawa ke klinik. Korban langsung diberikan penanganan oleh tim medis klinik, namun nyawa korban tidak dapat tertolong," terang Asisten ISPO PT KIN, Lalu Teguh.
Tak hanya itu, setelah dilakukan rembuk keluarga, keluarga meminta supaya jenazah korban dapat dipulangkan ke kampung halamannya di Kupang, NTT.
Kamis (22/5/2025) sekitar pukul 01.00 Wita, tim medis langsung melakukan persiapan dan membawa jenazah korban menggunakan ambulans perusahaan menuju ke RSUD Kudungga Sangatta untuk pengiriman jenazah.
Tak lama, tadi pagi sekitar pukul 06.00 Wita, jenazah diberangkatkan menuju ke Balikpapan untuk selanjutnya akan diterbangkan menuju ke kampung halaman korban.
Nasib Buaya
Setelah korban dievakuasi, rekan-rekan korban mencari dan berhasil menangkap buaya yang menerkam korban.
Tak lama, buaya ditombak menggunakan alat panen milik karyawan hingga mati.
"Dalam kondisi darurat dan mengancam nyawa manusia, sehingga oleh rekan-rekan korban buayanya dibunuh," tandasnya.
Selama tahun 2025 ini, tercatat ada 4 kejadian buaya menerkam manusia di PT KIN.
Jumlah itu terdiri dari 2 kasus tidak dianggap fatal alias korban selamat dan masih hidup, sedangkan 2 kasus lainnya menelan korban hingga meninggal dunia.
9. Pelajar SMP di Kukar Diterkam Buaya Saat Memancing
Inilah kronologi Muhammad Nur Akbar (15), pelajar SMP asal Desa Santan Ulu, Kutai Kartanegara yang tewas setelah diterkam buaya saat memancing di Sungai Santan, Selasa (8/7/2025) siang.
Tubuhnya baru ditemukan mengambang sekitar sembilan jam kemudian dalam kondisi mengenaskan.
Kepala Desa Santan Ulu Heri Budianto saat dihubungi Tribunkaltim.co, Rabu (9/7/2025) mengungkapkan dari keterangan yang ia terima dari beberapa saksi, korban bersama dua rekannya bernama Agung Bayu Setiawan (21) dan Didik (24) datang ke sungai Santan, untuk memancing siang.
Kemudian peristiwa naas itu terjadi sekitar pukul 14.15 Wita. "Katanya dia duduk di tepi sungai sambil merendamkan kaki ke air. Disitu korban dan yang lain tidak sadar ada buaya," kata Heri.
Buaya datang menyambar, sambungnya, dan menyeretnya ke tengah sungai.
Rekannya sempat berusaha menarik baju Akbar, namun buaya itu terlalu kuat dan cepat menghilang membawa tubuh korban.
Melihat itu, saksi mata meminta bantuan. Warga yang mendengar teriakan minta tolong langsung berdatangan.
Masyarakat dan relawan kemudian turun melakukan pencarian menyusuri sungai menggunakan perahu ketinting.
Pencarian berlangsung hingga malam hari. Barulah sekitar pukul 23.30 Wita, jasad Akbar ditemukan mengambang tak jauh dari lokasi awal.
Tubuh korban mengalami luka parah di bagian kaki dan paha kanan akibat gigitan buaya.
"Utuh (tubuh), tapi ada luka gigitan di kaki dan paha kanan," jelasnya.
Kapolsek Marangkayu Iptu Risal turut membenarkan kejadian ini. Ia mengingatkan warga untuk lebih waspada saat beraktivitas di sekitar sungai yang memang dikenal sebagai habitat buaya.
“Warga kami imbau tidak memancing atau bermain di tepian sungai, terutama sore hari,” kata Iptu Risal.
10. Lansia di Paser Diterkam Buaya Saat Memancing
Warga Paser, Kalimantan Timur, ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan setelah dilaporkan saat memancing di Sungai Sirang, Kecamatan Long Kali.
Korban bernama Dongak (61), lansia yang diduga kuat menjadi target serangan predator air yaitu buaya rawa pada wilayah tersebut.
Peristiwa itu pertama kali dilaporkan Camat Long Kali dengan menghubungi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Paser, pada 4 Agustus lalu sekira pukul 18.00 Wita.
Laporan menyebut bahwa korban terakhir kali terlihat oleh warga sekitar pukul 09.00 WITA, saat pergi memancing dengan membawa alat pancing dan menggunakan sepeda pancal.
"Kami menerima laporan dari Pak Camat bahwa ada warganya yang hilang, dari keterangan saksi bernama Mukmin, korban terakhir dilihatnya saat pagi hari sekitar pukul 09.00 Wita yang hendak pergi memancing," terang Komandan Rescue BPBD Paser, Marwansyah di Tanah Grogot, Rabu (6/8/2025).
Pencarian korban dilakukan secara bertahap oleh BPBD Paser bersama aparat Koramil Long Kali, dan pada pukul 20.00 Wita ditemukan sejumlah barang milik korban di tepi Sungai Sirang.
"Barang yang ditemukan itu berupa alat pancing, parang, dan di lokasi juga terlihat jejak kaki yang mengarah ke sungai, ditambah adanya bekas jejak buaya," tambahnya.
Hanya saja, karena kondisi kal itu sudah gelap dan dianggap pencarian memiliki resiko tinggi ketika dilanjutkan.
Dengan kondisi tersebut, tim gabungan memutuskan untuk menghentikan pencarian dan dilanjut keesokan harinya.
"Pagi harinya di tanggal 5 Agustus sebelum kami tiba di lokasi, warga bersama pihak kecamatan dan anggota Koramil melaporkan bahwa korban sudah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, dengan kondisi tubuh yang tidak utuh," ungkap Komandan Rescue BPBD Paser yang akrab disapa Kiwong.
Tubuh korban dievakuasi secara mandiri oleh warga menggunakan peralatan seadanya, yang ditemukan dalam kondisi mengenaskan dengan separuh tubuh hilang akibat serangan predator.
Berdasarkan hasil analisis BPBD Paser dan saksi di lokasi, besar kemungkinan korban diserang oleh buaya muara yang dikenal berukuran besar dan sangat agresif.
"Saksi mata memang tidak melihat secara langsung kejadian, tapi sempat mendengar suara seperti hentakan dayung di air. Biasanya kalau suara seperti itu di sungai, kemungkinan besar berasal dari pergerakan buaya yang menyerang," ungkapnya.
Diameter jejak di lokasi kejadian, kata Kiwong menyerupai ukuran buaya besar yang sebelumnya juga pernah terlihat di wilayah Desa Tabru Paser Damai.
"Kami perkirakan diameter tubuh predator ini bisa mencapai lebih dari satu meter. Sungai Sirang ini adalah kawasan muara, pertemuan air tawar dan air asin, tempat yang sangat cocok untuk buaya muara berkembang biak," ulasnya.
Sebagai respons atas kejadian ini, BPBD Paser menetapkan status tanggap darurat selama tiga hari untuk melakukan penyisiran lanjutan di sekitar lokasi kejadian.
Hal ini untuk memastikan tidak ada potensi ancaman lanjutan terhadap warga dan untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut.
"Update terbaru, tim masih melakukan pencarian bagian tubuh yang hilang, juga ada tambahan bantuan personel dari Polairud sehingga radius pencarian diperluas hingga 5 sampai 6 kilometer dari lokasi kejadian," papar Kiwong.
Atas peristiwa tersebut, pihaknya mengimbau masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar bantaran sungai, untuk lebih waspada dan menghindari aktivitas memancing sendirian di lokasi rawan serangan buaya, terutama saat pagi dan sore hari ketika buaya lebih aktif.
"Kami mengimbau warga agar selalu melapor jika ingin melakukan aktivitas di sekitar sungai, sebaiknya jangan sendiri dan terus waspada terhadap kemungkinan serangan satwa liar," pungkas Kiwong. (*)
Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.