Berita Balikpapan Terkini

Curhat Pedagang Asal Garut di Balikpapan: NKRI Harga Mati, Tapi Bendera Masih Ditawar

Menjelang HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, pedagang bendera asal Garut, Jawa Barat, harus menghadapi kenyataan pahit.

Penulis: Ardiana | Editor: Miftah Aulia Anggraini
TRIBUNKALTIM.CO/ARDIANA
KISAH PEDAGANG BENDERA - Menjelang HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, pedagang bendera asal Garut, Jawa Barat, Reza, harus menghadapi kenyataan pahit. Meski mengusung semangat “NKRI harga mati”, bendera yang dijualnya masih sering ditawar jauh di bawah harga. (TRIBUNKALTIM.CO/ARDIANA) 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN – Menjelang HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, pedagang bendera musiman asal Garut, Jawa Barat, harus menghadapi kenyataan pahit.

Meski mengusung semangat “NKRI harga mati”, bendera merah putih yang dijual Reza masih kerap ditawar jauh di bawah harga.

"Katanya NKRI harga mati, tapi bendera merah putih masih ditawar. Tapi mau nda mau, daripada nda makan," ungkap Reza kepada TribunKaltim.co, Senin (11/8/2025).

Reza sudah berada di Balikpapan, Kalimantan Timur sejak 14 Juli 2025.

Baca juga: Jojo Jailani Asal Garut Tiap Tahun ke Paser Hanya untuk Jual Bendera Saat Momentum Hari Kemerdekaan

Ia merantau khusus untuk menjual bendera merah putih hingga 17 Agustus mendatang, membawa seluruh produk buatan Kabupaten Garut.

Harga yang ia pasang bervariasi, mulai dari Rp10 ribu untuk bendera merah putih kecil di kendaraan, hingga Rp85 ribu untuk bendera ukuran 180 cm. 

Ia juga menjual umbul-umbul dan “bandir” hiasan halaman.

Namun, di tengah semarak perayaan kemerdekaan, penjualan terasa sepi.

Baca juga: 10 Ribu Bendera Merah Putih Dibagikan Polresta Balikpapan ke Pengendara

Bahkan, tak jarang Reza hanya mendapatkan satu pelanggan dalam sehari.

"Pembeli juga kurang sekarang. Dari pagi sampai sore baru satu yang beli, habis sama makan aja kalau dipikir-pikir," keluhnya.

Ia mengaku memilih merantau ke Balikpapan karena persaingan jual bendera merah putih di kampungnya sudah terlalu padat. 

Meski begitu, hasil penjualan belum tentu menutupi biaya perjalanan dari Garut ke Balikpapan yang cukup tinggi.

Baca juga: Sopir Angkot Rela Putar Balik Demi Mendapatkan Bendera Merah Putih dari Polresta Balikpapan

Tak hanya sepi pembeli, Reza juga menghadapi keterbatasan tempat tinggal.

Selama lebih dari sebulan, ia tak memiliki kontrakan atau kos tetap di Balikpapan.

"Saya tinggal sembarang aja. Karena di sini kan mahal juga biaya kosnya. Dulu saya pernah ngontrak cuman sudah selesai. Jadi tinggal dimana aja," ujarnya.

Meski dihadapkan pada tantangan besar, ayah satu anak ini tetap bertahan berjualan hingga perayaan kemerdekaan usai, berharap dagangannya laris dan bisa kembali membawa rezeki pulang ke kampung halaman. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved