Hari Kartini

Kiprah 'Kartini' Kaltim: Farah Flamboyang Tinggalkan Dunia Kontraktor demi Anak Autis

RADEN Ajeng (RA) Kartini dikenal sebagai pahlawan pejuang emansipasi wanita. Saat ini kedudukan wanita dan pria mulai ada kesetaraan.

Editor: Sumarsono
Tribun Kaltim
Farah Flamboyan 

TRIBUNKALTIM.CO - RADEN Ajeng (RA) Kartini dikenal sebagai pahlawan pejuang emansipasi wanita. Saat ini kedudukan wanita dan pria mulai ada kesetaraan.

Di Kaltim pun muncul perempuan 'Kartini' yang berjuang sesuai bidangnya masing-masing. Menyambut Hari Kartini, 21 April, Tribun Kaltim mengulik kiprah perjuangan 'Kartini' di Kaltim.

SOSOK 'Kartini' pertama di Kaltim adalah Farah Flamboyan. Perempuan berhijab alumni S1 Teknik Sipil Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya ini awalnya bergelut di dunia kontraktor.

Rivalitas Panas Borneo FC vs Persib Bandung, Diwarnai Psywar Iwan Setiawan dan Memori Piala Presiden

VIDEO - Sambut Hari Paskah dan Memeriahkan Hari Kartini, Ini Kemeriahan di Bandara SAMS Sepinggan

Peringati Hari Kartini, Sriwijaya Air Siapkan Kejutan pada Penerbangan SJ-266

Namun, entah kenapa, dia malah keluar dari jalur tersebut, dan lebih memilih mengurus anak-anak berkebutuhan khusus (autis).

Setelah lulus kuliah menjelang akhir tahun 90-an, Farah sempat menggeluti bisnis sebagai kontraktor.

Saat itu, Farah sudah menikah dengan Mochamad Rifani Sahrudsyah dan memiliki seorang anak. Sang suami yang juga alumnus pada jurusan sama dari Untag 45 Surabaya ini masih nyaman dengan dunia kontraktor.

Sampai suatu ketika, pada 2000, Farah bertemu dengan beberapa orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.

Upacara peringatan hari Kartini di halaman kantor Desa Bangun Mulya, petugas dan peserta merupakan perempuan warga Desa, Minggu (21/4/2019)
Upacara peringatan hari Kartini di halaman kantor Desa Bangun Mulya, petugas dan peserta merupakan perempuan warga Desa, Minggu (21/4/2019) (TribunKaltim.Co/Heriani AM)

"Saat itu, saya terenyuh mendengar cerita dari teman-teman saya tentang anaknya yang autis. Namun, saya belum langsung mengambil langkah mendirikan yayasan yang fokus mengasuh anak-anak autis. Saat itu saya mencoba menginisiasi sebuah gerakan dengan nama 'Nasiku Nasimu'. Gerakan ini berupa membagikan nasi bungkus kepada orang-orang yang memerlukan," ujar pendiri Yayasan Pelita Bunda ini saat ditemui di rumahnya, kemarin.

Kisah Sedih Soesalit, Putra RA Kartini yang Tak Kenal Ibunya, Sejak Kecil Diasuh Kakak Tiri

Memperingati Hari Kartini, Pertamina Beri Diskon Bright Gas, Berikut Syaratnya

"Tanpa melihat penerima nasi bungkus itu dari agama apa, kelompok mana, dan statusnya apa, setiap usai shalat Jumat kami bersama relawan membagikan nasi bungkus kepada orang yang berada di sekitaran masjid. Gerakan ini berjalan cukup lama, hingga menyebar ke 9 daerah lainnya se-Indonesia. Mulai dari situ, saya seperti merasakan tujuan hidup," lanjutnya.

Tidak berhenti dari gerakan tersebut, Farah kembali menginisiasi gerakan-gerakan lainnya membentuk beberapa komunitas.

Bersama beberapa relawan menghimpun anak-anak jalanan dan mengupayakan memberikan anak-anak tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

Peringati Hari Kartini, Ini Makna bagi Perempuan di Balikpapan.

Sampai pada akhirnya 2008, Farah kembali mendapat kunjungan dari kawannya, dan meminta agar ia membantu mendidik anak autis di Samarinda.

Mulai tahun 2008, Farah membentuk Yayasan Bunda yang konsen pada pendidikan anak-anak autis.

Setelah yayasan terbentuk, Farah mengungkapkan, secara sukarela banyak pihak yang ingin bergabung dengannya mengelola yayasan. Tidak sulit baginya mendapatkan tenaga pendidik.

Meski mudah, ibu tiga anak ini juga dituntut untuk menghasilkan. Pasalnya, membangun yayasan menggunakan uang tabungan keluarga, sehingga, pada perjalanannya keluarga pun menuntut pengembalian.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved