Pilpres 2019

Sang Anak Ungkap AF hanya Gadai Senjata, Inilah Profil Para Eksekutor yang Mau Bunuh 4 Jenderal

Penulis: Syaiful Syafar
Editor: Januar Alamijaya
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kediaman salah satu tersangka kasus percobaan pembunuhan empat jenderal tokoh nasional. Rumah ini berada di kampung Bulak RT 03/09, Serua, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (29/5/2019).

"Ibu saya mau transfer uang ke saudara saya di Pekanbaru tapi saat itu langsung diamankan polisi. Waktu itu ibu saya berdua dengan temannya dari anggota Gempur," kata Bayu.

Sementara saat itu kata Bayu, ayahnya Mayjen (Purn) Moerwanto sedang membuat laporan terkait kecurangan Pilpres ke Bawaslu dan beberapa pihak lain bersama pendukung pasangan capres Prabowo-Sandiaga.

Meski mengaku masih shock, Bayu mengaku tetap bersabar seperti pesan ibunya.

"Sehabis ditangkap polisi saya sudah ketemu ibu di tahanan Polda Senin kemarin. Ibu minta saya dan adik-adik tetap bersabar dan tetap percaya sama ibu," kata Bayu.

Anak Ungkap Senjata Revolver Digadai

Menurut Bayu, awalnya senjata api Revolver Taurus kaliber 8 itu adalah pemberian rekan ayahnya yang cukup lama disimpan di Gedung Cawang Kencana, Jakarta Timur, di mana ayahnya berkantor sebagai ketua yayasan yang memiliki gedung dan juga sempat menjabat Sekjen Depsos.

"Lalu senjata itu menjadi jaminan utang ibu Rp 25 Juta ke Iwan, atau digadai. Karena ibu butuh uang untuk mempertahankan Gedung Cawang Kencana yang sedang sengketa dengan Kemensos," kata Bayu.

Bayu mengatakan saat ayahnya divonis kasus korupsi Gedung Cawang Kencana di Jakarta Timur dan mendekam di LP Sukamiskin sejak 2014, keadaan ekonomi keluarganya menjadi cukup sulit. 

"Sementara ibu butuh uang untuk mempertahankan Gedung Cawang Kencana yang sedang sengketa dengan Kemensos," kata Bayu.

Sebab menurut ibu gedung itu adalah milik yayasan yang dikelola ayah saya.

Sementara Kemensos mengklaim milik negara karena dibangun saat ayah saya menjabat Sekjen di Kemensos.

"Karena butuh uang, ibu saya cari pinjaman. Lalu ada namanya Pak Andi. Pak Andi ini teman ibu-ibu di gerakan Gempur yang dipimpin ibu saya. Pak Andi lalu mengenalkan ibu saya ke Pak Iwan yang katanya bisa meminjamkan uang Rp 25 juta," kata Bayu.

Iwan belakangan adalah HK salah satu tersangka dugaan kasus perencanaan pembunuhan 4 pejabat negara.

Setelah berkenalan dengan Iwan yang bersedia meminjamkan uang Rp 25 Juta ke ibunya, kata Bayu, Iwan sempat bertanya ke Andi, apa jaminan untuk uang pinjaman itu.

"Karena Pak Andi adalah teman ibu, Pak Andi sempat bilang kalau jaminannya badan dia," kata Bayu.

Namun kemudian tambah Bayu, Iwan menawarkan dan meminta senjata suami AF sebagai jaminannya.

"Iwan ini kan mantan Kopassus. Dia tahu bapak purnawirawan dan akhirnya bilang ke Andi agar senjata itu sebagai jaminan utang ibu," kata Bayu.

"Akhirnya sepakatlah mereka senjata itu yang digadikan sebesar Rp 25 juta," kata Bayu.

Ibunya, kata Bayu, akhirnya menyerahkan senjata yang disimpan di Gedung Cawang Kencana ke Iwan.

"Menurut ibu saya, diserahkannya ke Iwan antara 2017 atau 2018," kata Bayu.

Senjata itu, kata Bayu, adalah pemberian rekan ayahnya yang selama ini disimpan di Gedung Cawang Kencana.

Sementara ayahnya sudah bebas menjalani hukuman karena tuduhan korupsi dari LP Sukamiskin 2018 lalu.

"Intinya ibu saya gak tahu senjata itu mau digunakan untuk apa oleh Iwan. Ibu saya tahunya hanya pinjam uang dan senjata itu jadi jaminannya," kata Bayu.

Profil Para Eksekutor yang Berniat Bunuh 4 Jenderal

Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengungkapkan empat jenderal pejabat negara menjadi sasaran dalam rencana pembunuhan oleh enam tersangka yang telah ditangkap dengan memanfaatkan kerusuhan aksi 22 Mei.

Keempatnya adalah jenderal purnawirawan, yakni:

  • Menko Polhukam Jenderal (Purn) Wiranto,
  • Menko Maritim Jenderal (Hor) (Purn) Luhut Binsar Panjaitan,
  • Kepala BIN Jenderal (Purn) Budi Gunawan,
  • Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Komisaris Jenderal (Purn) Gories Mere.
Empat jenderal yang jadi target pembunuhan, dari kiri ke kanan: Wiranto, Luhut Binsar Panjaitan, Budi Gunawan, dan Gories Mere. (Kolase Tribunnews.com)

Hal itu disampaikan Tito Karnavian di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (28/5/2019).

"Ada Pak Wiranto, Menko Polhukam, Ada Pak Luhut, Menko Maritim. Lalu ada Pak Kepala BIN, dan juga ada Pak Gories Mere," ujar Tito Karnavian.

Ia mengatakan, informasi tersebut berasal dari Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

Tito Karnavian memastikan informasi tersebut bukan berasal dari informasi intelijen.

"Ini dari hasil pemeriksaan tersangka. Jadi bukan informasi intelijen. Kalau informasi intelijen tidak perlu pro justicia," lanjut dia mengatakan.

Nyawa empat jenderal tokoh nasional ini mau dihabisi oleh empat eksekutor, yakni HK, AZ, IR, dan TJ (semuanya sudah ditangkap).

Berikut profil singkat para eksekutor tersebut:

Tajudin atau TJ (Mantan Marinir)

Dari tangan Tajudin alias TJ, petugas kepolisian menyita sepucuk senjata api rakitan laras pendek kaliber 22 dan laras panjang kaliber 22 dari kelompoknya.

Tajudin alias TJ diketahui berasal dari Cibinong, Bogor, Provinsi Jawa Barat, tepatnya di Jalan MH Asyari, RT 05/01, Kelurahan Cibinong, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Lantas, bagaimana keseharian TJ di mata tetangga?

Ketua RT setempat, Sulaeman, mengatakan dirinya sempat kaget mendapat kabar tersebut.

"Saya juga kaget. Saya dapet kabarnya dari temen saya tadi, langsung saya konfirmasi. Dia udah lama tidak tinggal di sini," kata Sulaeman kepada TribunnewsBogor.com, Selasa (28/5/2019).

Ia mengatakan bahwa Tajudin atau TJ memang dari kecil bersama kakek dan neneknya tinggal di alamat tersebut.

Sulaeman juga membenarkan bahwa Tajudin atau TJ merupakan mantan marinir.

Namun, sejak menjadi marinir, dirinya jarang bertemu.

"Udah lima tahunan pindahnya. Dia pindah sama ibunya. Rumahnya juga udah dijual dan sekarang udah berubah bentuk, udah gak kayak rumahnya yang dulu. Keluarganya juga udah gak ada di sini. Dari kecil padahal dia di sini, kakeknya di sini, temen sekolah saya," katanya.

Sulaeman mengaku bahwa tidak mengetahui ke mana TJ pindah.

Namun, administrasi kependudukan, kata Sulaeman, masih terdata sebagai penduduk di wilayahnya.

Sebab, saat pindah, TJ tidak mengajukan surat pindah.

"Saya gak tahu pekerjaannya. Anaknya saya juga gak tahu. Setahu saya dia jadi anggota Angkatan Laut kan, udah dari situ udah jarang ketemu," katanya.

Lingkungan tempat tinggal TJ tersangka kepemilikan senjata api ilegal di Jalan MH Asyari, RT 05/01, Kelurahan Cibinong, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/5/2019). (TRIBUNNEWSBOGOR.COM/NAUFAL FAUZY)

Irfansyah atau IR (TNI Desertir)

IR atau Irfansyah (45), adalah desertir TNI sekitar lima tahun silam.

Menurut kepolisian, Irfansyah berperan sebagai eksekutor dan telah menerima bayaran sebesar Rp 5 juta dari HK.

"Diperintahkan untuk mengeksekusi dan tersangka IR sudah mendapat uang sebesar Rp 5 juta," terang Iqbal.

Istri dari Irfansyah, Angel menceritakan tentang keseharian suaminya dan kasus yang membelitnya kini.

Rumah kontrakan Irfansyah atau IR (45) di daerah Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin (27/5/2019) malam. (TribunJakarta.com/Elga Hikari Putra)

Angel mengaku tak mengetahui sama sekali suaminya tersandung kasus terkait kepemilikan senjata api ilegal sebagaimana sangkaan polisi.

Apalagi soal uang Rp 5 juta yang disebut-sebut polisi sebagai upah dari HK untuk Irfansyah sebagai salah satu eksekutor.

"Jangankan soal uang itu, soal kasusnya saja saya enggak tahu," kata Angel kepada TribunJakarta.com.

Saat kepulangan suaminya pada Selasa (21/5/2019) malam, Angel menyebut sudah ada sejumlah polisi yang menemani.

Polisi menggeledah rumahnya untuk mencari senjata api. Namun, hasilnya nihil. Polisi kemudian menyita beberapa anak panah yang dijadikan pajangan di rumah mereka. Tak ada dokumen lainnya yang turut diamankan.

Namun, keesokan harinya, polisi datang kembali ke rumah IR dan menyerahkan uang Rp 2 juta kepada Angel. Uang tersebut ditemukan polisi dari kantung baju IR.

Angel mengatakan, uang itu memang sudah dipersiapkan IR untuk membayar sewa kontrakan mereka selama dua bulan.

Sebelum ditangkap, kata Angel, IR mengaku baru meminjam uang dari temannya untuk membayar kontrakan mereka.

"Sebelum ditangkap, dia kan emang bilang mau bayar kontrakan karena sudah jatuh tempo. Dia bilang udah ada duitnya pinjem sama temannya," kata Angel yang tak menaruh curiga darimana uang tersebut berasal.

Semenjak menikah dengan Angel lima tahun silam, keduanya mengontrak rumah petakan di kawasan Sukabumi Selatan, tak jauh dari rumah orangtua Angel.

Angel menyebut suaminya merupakan perantau dari Medan, Sumatera Utara.

Dan, sebelum menikah dengan dirinya, Angle mengaku sudah tahu bahwa Irfansyah diberhentikan dari TNI AD.

"Dulu dia TNI AD, tapi sudah keluar sejak sebelum nikah sama saya. Kalau enggak salah ada masalah soal tugas tapi persisnya saya enggak tahu," katanya.

Selama berumah tangga, Angel mengakui tidak tahu pekerjaan sehari-hari suaminya. Sepengetahuannya, sang suami kerap diminta mengawal seseorang.

"Dia suka diminta ngawal-ngawal aja, saya juga kurang tahu pastinya," kata Angela.

Meski tertutup soal pekerjaannya, Angel menyebut Irfansyah beberapa kali membawa temannya ke rumah kontrakan mereka.

Namun, sependengaran Angel, mereka tidak pernah membicarakan soal hal-hal aneh, terlebih soal lingkaran pembunuh bayaran.

"Kalau ngobrol ya biasa saja, paling cerita-cerita soal dia yang mantan tentara," kata Angel.

Angel juga mengaku tidak kenal dengan lima orang lain yang turut dijadikan tersangka dalam kasus ini.

Adapun penangkapan Irfansyah oleh kepolisian terjadi pada Selasa (21/5/2019) malam di dekat pos satpam Kompleks Peruri, Jakarta.

Udin, warga sekitar, mengaku melihat langsung proses penangkapan Irfansyah. Menurut dia, sejumlah polisi datang menangkap Irfansyah yang sedang duduk sendirian di pojokan belakang pos satpam Kompleks Peruri.

"Dia lagi duduk di sana, terus ada polisi beberapa orang samperin dan menangkap dia. Enggak ada perlawanan kok," ungkap Udin kepada TribunJakarta.com, Senin (28/5/2019) malam.

"Cuma polisinya emang lumayan banyak, ada beberapa orang," Udin menambahkan.

Meski kerap duduk di pojokan dekat pos satpam, Irfansyah jarang bergaul dengan warga sekitar.

"Orangnya diam. Saya juga sekadar kenal saja, pas ditangkap enggak bawa apa-apa kok dia terus langsung dibawa polisi," tutur dia.

AZ (TNI Desertir)

Tersangka AZ yang diketahui tinggal bersama istri dan tiga anaknya di sebuah kontrakan di Kampung Bulak RT 03/09, Serua, Ciputat, Tangerang Selatan.

Ketua RT 03/09 Kampung Bulak, Kaliman (51) mengatakan, AZ adalah mantan anggota TNI di Aceh yang ikut dalam tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) atau pendukung pasangan calon presiden 02, Prabowo Subianto.

"Dia (AZ) pernah cerita kalau ikut BPN, tahun lalu itu dari yang awal-awal pemilu," ucap Kaliman saat ditemui di lokasi.

Bahkan, AZ diketahui sudah mengubah KTP dan kartu keluarganya yang semula berstatus anggota TNI menjadi sipil.

Kaliman juga mengatakan, ketika mengajukan permintaan pengubahan status penduduk, AZ menunjukkan bukti surat sudah keluar dari TNI dengan tulisan desersi.

Kaliman mengatakan, dalam satu tahun belakang, AZ yang pernah masuk ke dalam grup di lingkungan rumahnya dinilai sebagai sosok yang gemar menyebarkan informasi yang terkesan provokatif.

"Warga lain sampai nanya, pak itu siapa ko kirim-kirim begitu. Dia tuh kirim chat yang kaya misalnya warga negara China banyak di sini, model-model begitu," kata Kaliman.

Merasa memiliki tanggung jawab, maka Kaliman pernah menegur tersangka karena isi chatnya yang dapat menyebabkan perdebatan.

"Saya ketemu, saya bilang jangan suka share-share begitu. Atau saya keluarin dari grup. Dia begitu lagi dan sempet saya keluarin," ucap Kaliman.

AZ ditangkap di Terminal 1C Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, pada Selasa (21/5/2019) lalu.

Sebelum ditangkap, Kaliman bahkan sempat bertemu tersangka setelah salat Subuh dan mengaku akan pergi ke bandara.

"Saya ketemu subuh-subuh, saya tanya keluar pak?," katanya.

"Iya, mau ke bandara," ujar Kaliman menirukan AZ.

Kediaman tersangka kasus percobaan pembunuhan tokoh nasional, AZ di Kampung Bulak RT 03/09, Serua, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (29/5/2019). (Wartakotalive.com/Zaki Ari Setiawan)

Pantauan Warta Kota, rumah tersangka kini dalam keadaan terkunci dengan gembok.

Di pelatarannya terdapat sepeda anak-anak dengan bangku plastik dan sapu.

Rumah kontrakan bercat putih dengan pintu dan kusen jendela coklat ini terlihat tertutup rapat.

Iwan atau HK (Mantan Kopassus)

Iwan atau HK adalah mantan Kopassus.

Menurut polisi, HK adalah pemimpin, eksekutor sekaligus perekrut tiga eksekutor lainnya.

HK paling aktif karena ia juga yang menyiapkan senjata api untuk eksekutor lainnya.

HK mendapatkan revolver Taurus kaliber 38 dari AF.

Revolver yang dibeli HK dari AF pernah dibawa turun saat memimpin timnya ikut unjuk rasa pada 21 Mei 2019.

Namun, hari itu juga HK ditangkap polisi di lobi Hotel Megaria Menteng Jakarta Pusat.

Diketahui, HK sudah menyiapkan senjata api sejak Oktober 2018.

"Tanggal 13 Oktober membeli senpi revolver sebesar Rp 50 juta dari AF," kata Kadiv Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal dalam konferensi pers di Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Jakarta Pusat, Senin (27/5/2019).

Subscribe official YouTube Channel

BACA JUGA:

Jelang Semen Padang vs Persib Bandung, Rene Mihelic Kembali Diduetkan dengan Artur Gevorkyan

Kalah 3 Gol dari Madura United, Pelatih Borneo FC Mario Gomez Akui Timnya Petik Pelajaran Berharga

HEBOH Video Viral Adegan Mesum Pelajar SMP dan Mahasiswa, Youtuber di Banyuwangi Bikin Klarifikasi

Tetangga Ungkap Fakta TJ, Mantan Marinir yang Ditunjuk Habisi 2 Nyawa dari 4 Jenderal Tokoh Nasional

Siapa Dalang Kerusuhan 22 Mei? Simak Paparan Mantan Kepala Intelejen TNI, Mahfud MD dan Kapolri

Berita Terkini