Prajurit Kopassus Pecundangi Pasukan Pemberontak Republik Kongo, Pakai Strategi Hantu Putih

Stretegi berperang Kopassus sudah terlatih, Kopassus harus paham dan cerdas hadapi situasi perang apapun termasuk pakai Hantu Putih.

Editor: Budi Susilo
KOMPAS.com/Kristian Erdianto
Satuan Kopassus saat parade pasukan dan alat utama sistem pertahanan (alutsista) pada gladi bersih upacara Hari Ulang Tahun ke-72 TNI di Dermaga PT Indah Kiat, Cilegon, Banten, Selasa (3/10/2017). Stretegi berperang Kopassus sudah terlatih, Kopassus harus paham dan cerdas hadapi situasi perang apapun termasuk pakai Hantu Putih. 

TRIBUNKALTIM.CO - Eksistensi Kopassus dalam dunia militer tak lagi diragukan gerak lajunya. Profesionalisme dari pasukan Kopassus sudah diakui banyak orang. 

Terbaru ada sepak terjang pasukan khusus Kopassus saat berada di medan tempur.

Bukan saja dituntut jago menembak tetapi Kopassus juga mesti perlu kecerdasan dalam berperang.

Stretegi berperang Kopassus sudah terlatih, Kopassus harus paham dan cerdas hadapi situasi perang apapun.

Termasuk Kopassus pun mesti kreatif untuk taklukan musuh-musuh Kopassus diberbagai tempat.

Berbagai aksi dari Kopassus dalam berperang membuat sebagian negara terheran-heran.

Melansir dari Artileri.org, Kopassus sebagai bala tentara utama Indonesia pernah menjalankan misi yang dianggap mustahil oleh seluruh angkatan bersenjata di dunia.

Kejadiannya berawal pada tahun 1962 di negara Republik Kongo yang waktu itu sedang bergejolak.

TNI kembali diminta oleh United Nations/Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengirim pasukan perdamaian ke Republik Kongo.

Di bawah pimpinan Letjen TNI Kemal Idris pasukan perdamaian indonesia tersebut diberi nama Kontingen Garuda III (Konga III).

Di mana anggotanya diambil dari Batalyon 531 Raiders, satuan-satuan Kodam II Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur tempur lainnya termasuk Kopassus yang waktu itu masih bernama Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD).

Konga III berangkat dengan pesawat pada bulan Desember 1962 dan akan bertugas di Albertville, Kongo selama delapan bulan di bawah naungan UNOC (United Nations Operation in the Congo).

Daerah yang menjadi medan operasi pasukan Garuda terkenal sangat berbahaya.

Karena di situ terdapat kelompok-kelompok milisi atau pemberontak pimpinan Moises Tsommbe yang berusaha merebut daerah tersebut karena kaya akan sumber daya mineral.

Hubungan interaksi antara pasukan Konga III dengan pasukan perdamaian negara lain terjalin sangat erat, mereka terdiri dari pasukan perdamaian Filipina, India dan bahkan dari Malaysia.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved