Hari Pahlawan

Sejarah Hari Pahlawan 74 Tahun Silam, Pecahnya Pertempuran di Surabaya 10 November Menantang Inggris

Seperti inilah sejarah Hari Pahlawan 74 tahun silam, pecahnya pertempuran di Surabaya 10 November menantang Inggris.

TribunKaltim.co
Sejarah Hari Pahlawan 74 Tahun Silam, Pecahnya Pertempuran di Surabaya 10 November Menantang Inggris 

TRIBUNKALTIM.CO - Seperti inilah sejarah Hari Pahlawan 74 tahun silam, pecahnya pertempuran di Surabaya 10 November menantang Inggris.

Pertempuran Surabaya 10 November 74 tahun silam dikenal dengan Hari Pahlawan.

Meskipun Indonesia telah melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, tentara sekutu ingin merebutnya kembali.

Namun, pahlawan tanah air tak gentar melawan.

Jelang Hari Pahlawan 10 November 2019, Ini Isi Pidato Lengkap Bung Tomo Merdeka atau Mati

Hari Pahlawan, Enam Tokoh Bakal Terima Gelar Pahlawan Nasional dari Presiden Jokowi, Ini Agendanya

Siapapun Bisa Jadi Pahlawan, Gubernur Jadi Narasumber Respons Kaltara Edisi Khusus

Peringatan Hari Pahlawan Jatuh Hari Minggu, ASN dan THL di Penajam Paser Utara Tetap Wajib Upacara

Hari Pahlawan 10 November diperingati sekaitan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, Jawa Timur.

Pertempuran 10 November yang menjadi cikal bakal Hari Pahlawan menjadi perang terbuka terbesar Indonesia sesudah Proklamasi Kemerdekaan.

Lalu, di mana tempat baku tembak dan korban tewas pertama di Surabaya pada waktu itu?

Berikut selengkapnya:

Pada Jumat 9 September 1945, pesawat-pesawat Inggris sengaja terbang menjatuhkan selebaran kertas dari udara ke seluruh penjuru kota Surabaya.

Selebaran itu adalah ultimatum dari Inggris yang meminta para pejuang Surabaya untuk menyerahkan senjata pada 10 November 1945 paling lambat pukul 06.00 pagi.

Tak cuma itu, selebaran tersebut berisi pesan kepada siapa pun untuk menyerahkan orang yang bertanggung jawab atas tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby pada 30 Oktober 1945.

Sudah dipastikan, saat itu amarah Britanita Raya sedang membuncah kepada arek-arek Suroboyo (orang-orang Surabaya).

Namun, alih-alih takut, para pejuang dan pemuda dari seluruh Surabaya malah menantang Inggris untuk berjibaku atau perang terbuka.

Hal itu terungkapkan dalam pidato Bung Tomo pada 10 November 1945.

"Tuntutan itu, walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada tetapi inilah jawaban kita... selama banteng-banteng Indonesia masih punya darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih... maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapa pun juga," ujarnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved