Virus Corona

Diminta Isolasi Mandiri, Satpam Ini Pulang Kampung, Bagi Nasi Bancakan dan Main Voli, Nasib Warga?

Editor: Amalia Husnul A
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Diminta lakukan isolasi mandiri, seorang satpam di wilayah Ganjar Pranowo ini malah pulang kampung, di kampung ia bagikan nasi bancakan dan main voli, begini nasib warga desa.

TRIBUNKALTIM.CO - Diminta lakukan isolasi mandiri, seorang satpam di wilayah Ganjar Pranowo ini malah pulang kampung, di kampung ia bagikan nasi bancakan dan main voli, begini nasib warga desa.

Seorang satpam di wilayah Ganjar Pranowo diketahui tidak tertib jalani isolasi mandiri padahal sebelumnya satpam tersebut telah menjalani perawatan lantaran menunjukkan gejalan covid-19.

Setelah beberapa hari dirawat, satpam tersebut diizinkan pulang namun harus melakukan isolasi mandiri, sayangnya imbauan ini tidak ditepati.

Satpam tersebut justru kedapatan pulang kampung. 

Dan di kampungnya, satpam tersebut juga berinteraksi dengan warga desa, mulai dari membagikan nasi bancakan, tahlilan, hingga main voli.

Dari hasil tes swab, satpam tersebut dinyatakan positif virus Corona. 

Masuk Kategori OTG 26 Kru KM Lambelu Dinyatakan Positif virus Corona, Pelni Langsung Lakukan Isolasi

Ahli Perancis Sebut Gejala Baru virus Corona, Tanpa Demam dan Batuk, Perhatikan Bagian Kulit

Kasus virus Corona di Surabaya Jadi 228, Khofifah Minta Risma Lakukan Ini, Bukan Terapkan PSBB

Singgung Kematian Akibat Corona di Jakarta, Anies Baswedan Sebut Kurvanya Kini Berbentuk J

Bagaimana nasib warga desa selanjutnya?

Dikutip dari kompas.com, seorang satpam asal Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan, tidak tertib saat menjalani isolasi mandiri.

Dia sempat pulang kampung dan berkontak dengan banyak orang di kampung dalam kurun waktu yang seharusnya digunakan untuk masa isolasi tersebut.

Belakangan, hasil tes swab keluar dan ternyata satpam tersebut dinyatakan positif virus Corona ( covid-19 ).

Aktivitas di kampung

Pria yang bekerja sebagai satpam RSUP dr Kariadi Semarang itu sebenarnya pernah dirawat di rumah sakit karena memiliki gejala covid-19.

Setelah dirawat beberapa hari, dia keluar dari rumah sakit dengan catatan wajib menjalani Karantina mandiri di rumah dinas Direktur RSUP dr Kariadi.

Namun, pria tersebut tidak tertib dan justru pulang kampung sebelum masa isolasinya selesai.

Alasannya, satpam tersebut ingin mengikuti acara 40 harian ibunya yang sudah meninggal.

"Jadi, harusnya masih menjalani isolasi mandiri. Namun, malah balik kampung dengan alasan ada hajatan 40 hari ibunya meninggal," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, Slamet Widodo.

Pada hari Minggu dan Senin, 12-13 April 2020, dia juga sempat bermain voli bersama kawan-kawannya di kampung.

Pria itu pun sempat membagikan nasi bancakan kepada warga terkait peringatan 40 hari kematian ibunya.

Dijemput petugas

Ketika dirawat sebelum pulang kampung, pasien tersebut sempat diambil sampel swab tenggorokannya.

Baru pada Selasa (14/4/2020) hasilnya keluar dan positif.

Petugas RSUP dr Kariadi kemudian segera mendatangi dan menjemputnya untuk kembali diisolasi.

"Benar, hasil swab-nya baru keluar dan hari ini dijemput untuk menjalani perawatan.

Jadi kini total ada dua warga Grobogan yang positif covid-19," kata Slamet.

Bagaimana nasib warga desa tempat satpam tersebut? 

Saat dilakukan pelacakan (tracing), pria 24 tahun itu ternyata sempat berkontak dengan warga kampung.

Rencananya, sejumlah warga diminta melakukan tes kilat atau rapid test virus corona.

"Tracing masih diupayakan. Selain keluarga, ada banyak orang yang sempat kontak dengan orang itu.

Nanti, mereka akan kita rapid test," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, Slamet Widodo, Selasa (14/4/2020).

 

Prediksi covid-19 

Untuk memprediksi jumah kasus virus Corona di Indonesia, Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ( FKM UI ) membuat model skenario. 

Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia membuat berbagai macam prediksi, mulai dari prediksi jumlah kasus terinfeksi, kasus meninggal dunia, hingga prediksi jumlah kasus jika mudik Lebaran tetap dilakukan.

Tim FKM UI terdiri dari empat orang pakar epidemiologi yakni Pandu Riono, Iwan Ariawan, Muhammad N Farid, dan Hafizah Jusril.

Diprediksi capai 1,3 juta orang

Tim FKM UI membuat prediksi jumlah kasus yang diukur berdasarkan tingkat intervensi pemerintah. Tingkat intervensi yang digunakan mulai dari ukuran tanpa intervensi, intervensi ringan, moderat, hingga tinggi.

Salah satu pakar epidemiologi yang membuat model tersebut, Pandu Riono mengatakan, apabila pemerintah menerapkan intervensi moderat, jumlah pasien yang terjangkit covid-19 di Indonesia bisa mencapai 1,3 juta orang.

"Sekitar 1,3 juta total prediksi kasus yang butuh perawatan rumah sakit," kata Pandu pada Kompas.com, Senin (13/4/2020).

Intervensi moderat yang dimaksud yakni keadaan saat pemerintah telah melaksanakan tes massal, tetapi dengan cakupan yang rendah.

Bentuk intervensi moderat lain yakni menerapkan jaga jarak fisik dan sosial di masyarakat dengan menutup sementara tempat-tempat yang menimbulkan kerumunan, misalnya sekolah atau pusat bisnis.

Namun, apabila pemerintah melaksanakan intervensi skala rendah atau mild intensity, jumlah pasien yang terjangkit covid-19 di Indonesia diprediksi melonjak mencapai 2,5 juta jiwa.

Intervensi rendah yang dimaksud misalnya mengedepankan sukarela masyarakat dalam penerapan jaga jarak fisik dan sosial serta membatasi kerumunan.

Sementara itu, apabila pemerintah menerapkan intervensi skala tinggi atau high intensity, jumlah pasien covid-19 di Indonesia diprediksi mencapai 600.000 jiwa.

Intervensi skala tinggi yang dimaksud yakni tes massal virus Corona dilakukan secara masif dengan jumlah peserta yang banyak dan cakupan yang luas.

Selain itu, pemerintah menerapkan aturan yang bersifat wajib dan mengikat terkait jaga jarak fisik dan sosial.

Tingkat kematian bisa fatal

Masih dalam model yang sama, Pandu mengatakan, jumlah kematian juga bisa menjadi sangat tinggi.

Angka fatal tersebut bisa mencapai lebih dari 40.000 jiwa jika tidak ditangani serius.

Menurut Pandu, angka ini bisa terjadi jika pemerintah hanya melakukan intervensi penanganan kasus dengan tingkat sedang seperti sekarang ini.

"Jika intervensi sedang, prediksi kematian total menjadi 47.984 jiwa," ujar dia. 

Pandu dan rekannya juga membuat prediksi kematian berdasarkan empat skenario intervensi pemerintah.

Skenario pertama, apabila pemerintah tidak melakukan intervensi apa pun dalam penanganan covid-19, jumlah kematian diprediksi mencapai 240.244 jiwa.

Skenario kedua, dengan intervensi ringan yakni pemerintah masih menggunakan kebijakan menjaga jarak sosial secara sukarela dan hanya membatasi kerumunan massal, jumlah kematian bisa mencapai 144.266 jiwa.

Skenario ketiga, intervensi sedang atau kondisi di mana pemerintah sudah melakukan tes massal tetapi dengan cakupan yang rendah.

Kemudian, termasuk sudah menjalankan kebijakan keharusan jaga jarak sosial dengan menutup sementara sekolah dan bisnis maka jumlah kematian diprediksi mencapai 47.984 jiwa.

Skenario keempat, dengan intervensi pemerintah yang tinggi saat penanganan covid-19 atau keadaan pemerintah telah melakukan tes massal yang dilakukan secara masif dengan cakupan tinggi.

Kemudian, ini disertai kewajiban bagi masyarakat untuk menjaga jarak sosial maka jumlah kematian diprediksi sebanyak 11.898 jiwa.

Pemodelan ini dibuat Pandu dan kawan-kawan yang rampung pada 27 Maret 2020 ini pun telah diserahkan ke Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Sebelum merilis model ini, Pandu pernah mengeluarkan prediksinya bahwa kasus covid-19 di Indonesia sebenarnya telah muncul sejak Januari dan Februari 2020.

Jika tetap mudik Pada 12 April 2020, Pandu dan rekannya kembali membuat model prediksi jumlah kasus apabila mudik tetap dilaksanakan.

Pandu mengatakan, kegiatan mudik rawan untuk menularkan covid-19 cukup banyak.

• Jokowi Dapat Ancaman dari BEM Seluruh Indonesia, Bakal Lancarkan Aksi Andai Presiden Tak Lakukan Ini

• Siswa SMA Lakukan Aksi Nekat Saat Rumah Kosong,Ibu Syok Intip Anak di Kamar Mandi Usai Pulang Jualan

• Prediksi Ahli: Akan Ada Gelombang Kedua virus Corona, Disebut Menyerang Penduduk yang Belum Terpapar

• Jusuf Kalla Buka Suara soal PSBB di Wilayah Anies Baswedan, Ungkap Kekurangannya pada UAS

"Semua kan dari pergerakan manusia. Jadi manusia dibatasi pergerakannya tidak boleh mudik itu satu cara supaya virus dari kota besar jangan pulang kampung," kata Pandu pada Kompas.com, Selasa (14/5/2020)

Pada model kali ini, FKM UI membatasi prediksi mudik di sekitar Pulau Jawa.

Hasilnya diketahui, apabila warga pulau Jawa selain Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) melakukan mudik, jumlah kasus terinfeksi pada 24 Mei 2020 atau 1 Syawal mencapai kurang lebih 650.000 orang.

Namun, jika warga Pulau Jawa selain Jabodetabek tidak mudik, jumlah kasus pada 24 Mei mencapai kurang lebih 600.000 orang.

Sementara itu, jumlah kasus di Jabodetabek pada tanggal yang sama diperkirakan mencapai kurang lebih 200.000 orang.

FKM UI juga memprediksi jumlah kasus hingga 1 Juli 2020.

Hasilnya, apabila warga di Pulau Jawa selain Jabodetabek tetap melakukan mudik, jumlah kasus positif covid-19 dan butuh perawatan di rumah sakit meningkat kurang lebih 1 juta orang.

Kemudian, apabila warga di Pulau Jawa selain Jabodetabek tidak melakukan mudik, jumlah kasus positif covid-19 yang butuh perawatan sebanyak kurang lebih 800.000 orang.

Sementara itu, jumlah kasus di Jabodetabek pada tanggal tersebut diprediksi 200.000 orang.

Dengan demikian, berdasarkan pemodelan itu, Pandu mengimbau masyarakat untuk tidak mudik sehingga penularan tidak terjadi secara lebih masif dan membahayakan warga yang tinggal di desa.

"Kalau pulang kampung itu, ( virus ) menyebar di daerah, kampung-kampung, yang pelayanannya sangat terbatas, menularkan ke orang-orang yang ada di sana," ujar Pandu.

Penghitungan ini dilakukan FKM UI berdasarkan data survei potensi pemudik angkutan Lebaran tahun 2020 dari Kementerian Perhubungan.

Dari data tersebut, diketahui ada 14,9 juta orang atau 44,1 persen orang dari Jabodetabek yang melakukan mudik Lebaran.

Data lainnya berasal dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek.

Sebanyak 56 persen warga Jabodetabek tidak mudik, 37 persen masih mempertimbangkan dan tujuh persen telah mudik. Kemudian, muncul asumsi 20 persen penduduk di Jabodetabek mudi ke provinsi lain di Pulau Jawa.

Ikuti >>> Update virus Corona

(*)

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Grobogan, Puthut Dwi Putranto Nugroho | Khairina, Dony Aprian)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Satpam Positif Corona Malah Mudik dan Bagi Nasi di Masa Isolasi, Warga Kampung Bakal Lakukan Rapid Test", https://regional.kompas.com/read/2020/04/15/06150021/satpam-positif-corona-malah-mudik-dan-bagi-nasi-di-masa-isolasi-warga?page=all#page3.

Editor : Pythag Kurniati

Berita Terkini