Jenazah Dibuang ke Laut, ABK Indonesia di Kapal China Kerja 30 Jam Dibayar Rp 135 Ribu per Bulan
Jenazah dibuang ke laut, ABK Indonesia di kapal penangkapan ikan China kerja 30 jam dibayar Rp 135 ribu per bulan.
TRIBUNKALTIM.CO - Jenazah dibuang ke laut, ABK Indonesia di kapal penangkapan ikan China kerja 30 jam dibayar Rp 135 ribu per bulan.
Kabar mengejutkan datang dari Korea Selatan terkait nasib ABK Indonesia yang bekerja di kapal penangkapan ikan China.
Dikabarkan lewat sebuah rekaman, jasad anak buah kapal atau ABK Indonesia yang berada di kapal penangkapan ikan China dibuang ke Samudera Pasifik.
Masalahnya tak hanya itu, melainkan anak buah kapal yang bekerja di kapal penangkapan ikan China itu bekerja selama 30 jam dan dibayar Rp 135 ribu per bulan termasuk ABK Indonesia.
Video rekaman mayat ABK Indonesia yang dibuang ke laut lepas pertama kali dipublikasikan oleh media Korea Selatan.
• Keluarga Sebut Didi Kempot Meninggal Dunia Bukan Karena Sakit, Pihak Rumah Sakit Ungkap Fakta Lain
• Kabar Terbaru, Tiba-tiba Jokowi Persilakan Warga Aktivitas Lagi, Ajak Berdamai dengan Virus Corona
• Sarankan Institusi Luhut Dibubarkan Lantaran Tak Penting, Ekonom Ini Takut Bernasib Mirip Said Didu
• Refly Harun-Fadli Zon Kompak Respon Kritik Najwa Shihab, Sindir Arteria Dahlan dan Anak Buah Prabowo
Pemberitaan terkait mayat ABK Indonesia yang dibuang kelaut oleh kapal China itu pun mencuri perhatian dan menjadi viral di Korea Selatan.

Melansir dari video yang diunggah YouTuber Jang Hansol di kanalnya Korea Reomit, Rabu (6/5/2020), ia mengulas pemberitaan yang diunggah oleh stasiun televisi MBC tersebut.
Pada video yang diunggah oleh kanal MBC, mereka memberikan judul "Eksklusif, 18 jam sehari kerja. Jika jatuh sakit dan meninggal, lempar ke laut".
"Video yang akan kita lihat habis ini adalah kenyataan pelanggaran HAM orang Indonesia yang bekerja di kapal China," ujar Hansol menirukan penyiar tersebut.
Dalam video itu, disebutkan MBC mendapatkan rekaman itu setelah kapal tersebut kebetulan tengah bersandar di Pelabuhan Busan.
Berdasarkan terjemahan yang disampaikan oleh Hansol, orang-orang Indonesia itu meminta bantuan kepada pemerintah Korea Selatan dan media setempat. Pada awalnya, pihak televisi tidak bisa memercayai rekaman tersebut.
Apalagi ketika hendak dilakukan pemeriksaan, kapal itu disebutkan sudah kembali berlayar. Dalam terjemahan yang dipaparkan Hansol, pihak televisi menyatakan dibutuhkan adanya penyelidikan internasional untuk memastikan kabar itu.
Dalam berita, video itu disebutkan bertanggap 30 Maret di Samudera Pasifik bagian barat, di mana terdapat sebuah kotak dibungkus kain merah.

Berdasarkan terjemahan dari Hansol, kotak yang ditempatkan di geladak kapal adalah Ari, pria yang berusia sekitar 24 tahun.
Disebutkan bahwa dia sudah bekerja lebih dari satu tahun dan meninggal. Di video, nampak seorang kru mengguncang dupa dan menaburkan cairan sebagai bentuk upacara pemakaman di sana.