Terkendala Jaringan & Gadget Sulit Menerapkan Pembelajaran Daring di Pedesaan Kutai Kartanegara
Pandemi virus corona yang melanda hampir seluruh dunia, berdampak terhadap hampir seluruh sendi kehidupan, termasuk di sektor pendidikan.
TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG - Pandemi virus corona yang melanda hampir seluruh dunia, berdampak terhadap hampir seluruh sendi kehidupan, termasuk di sektor pendidikan.
Bagi sekolah di kawasan perkotaan, menerapkan sistem pembelajaran daring ataupun online tentu tidak akan menjadi masalah, selama didukung dengan jaringan internet yang memadai dan alat pendukung ( gadget ). Terlebih hampir seluruh masyarakat di perkotaan memiliki alat pendukung, seperti smartphone, dan komputer.
Lalu, bagaimana penerapannya di kawasan pedesaaan di Kabupaten Kutai Kartanegara atau Kukar, penerapan pembelajaran daring juga diterapkan, walaupun belum semua daerah di Kukar dapat menerapkannya.
Seperti yang terjadi di Desa Kedang Murung, Kecamatan Kota Bangun. Di desa tersebut terdapat Sekolah Dasar (SD) Negeri 014 sebagai sekolah induk, dan juga menaungi sekolah kunjung di dusun Rajak.
Baca juga; Sejarah Hari Lahir Pancasila 1 Juni, Kumpulan Ucapan Selamat untuk Dibagikan di WhatsApp & Instagram
Baca juga; Surat Edaran Diterima Kemenag Kukar, Ini Panduan Penyelenggaraan Ibadah Kolektif di Rumah Ibadah
Baca juga; Hadapi New Normal Legislator Bontang Ini Usul Warga ke Pasar Pakai Sarung Tangan
Awalnya, sekolahan menerapkan dua sistem pembelaran, daring dan manual. Sistem daring hanya dipergunakan untuk mata pelajaran yang terdapat praktek, seperti membaca Al Quran dan juga olahraga.
Sedangkan sistem manual, pihak sekolahan mencetak bahan pembelajaran, lalu guru datang ke rumah-rumah murid untuk membagikan bahan tersebut, sekaligus melakukan proses belajar mengajar.
Penerapan sistem daring pun menuai keluhan dari orangtua murid, pasalnya tidak semua orangtua murid memiliki gadget yang mendukung sistem pembelajaran daring, jika pun ada sinyal internet di desa tersebut tergolong lemah.
"Kendalanya memang itu, masyarakat di sini tergolong dalam taraf perekonomian di bawah minimum. Tidak banyak yang punya handphone (HP) android. Kalaupun ada, di sini juga masih susah sinyal," tutur Kepala SD Negeri 014, Kecamatan Kota Bangun, Rojali.
Masih dirinya menjelaskan, dari sekitar 200 an siswa, hanya terdapat sekitar 25 siswa saja yang memiliki gedget pendukung. Akhirnya diputuskan, seluruh proses pembelajaran menerapkan sistem manual.
"Jadi, semua kita lakukan dengan sistem manual. Sekolah anggarkan untuk ngeprint bahan pembelajaran. Lalu, untuk cek siswa belajar atau tidak, kita komunikasi dengan orangtua, entah dengan menelpon atau guru datangi langsung ke rumah-rumah," jelasnya.

Dalam kunjungan pihaknya ke sekolah kunjung di dusun Rajak, pada Sabtu (30/5/2020) kemarin, dirinya mengaku cukup sedih melihat kondisi saat ini, pasalnya banyak anak yang mengaku rindu belajar di kelas, termasuk rindu dengan para guru.
Menuju dusun Rajak dapat ditempuh dengan menggunakan perahu ces dari desa selama kurang lebih satu jam perjalanan.