Presiden Donald Trump Dikritik Keras Pemuka Agama Sampai Eks Kepala Pentagon dalam Tangani Kerusuhan

Sejumlah mantan pejabat Amerika Serikat mengomentari bagaimana Presiden Donald Trump menganangi gelombang demonstrasi.

Editor: Budi Susilo
Kolase TribunKaltim.co / International Business Times dan nationalnews.com
Donald Trump dan demonstrasi Amerika Serikat 

TRIBUNKALTIM.CO, WASHINGTON DC - Sejumlah mantan pejabat Amerika Serikat mengomentari bagaimana Presiden Donald Trump menganangi gelombang demonstrasi terkait kematian George Floyd.

Diketahui, Donald Trump telah mengerahkan militer untuk meredam gelombang demonstrasi hingga menggunakan agama sebagai 'tameng'.

Melansir Kompas.com, salah satu yang mengkritik cara Donald Trump yakni mantan Kepala Pentagon, jim Mattis. Pada  Rabu (3/6/2020), Jim Mattis memberi tuduhan terhadap Donald Trump dengan mengatakan bahwa Trump berusaha memecah belah Amerika Serikat.

Dia juga mengatakan kalau Trump telah gagal memberikan kepemimpinan yang dewasa ketika negara itu dilanda kerusuhan protes berhari-hari.

Baca Juga: Sudah 16 Sampel Swab Diperiksa Melalui Cartridge TCM TB RSUD Abdul Rivai Berau, Begini Hasilnya

Baca Juga: Pendatang ke Kota Balikpapan tak Kantongi Surat Swab Covid-19, Wajib Rapid Test Dua Kali

Mattis yang mengundurkan diri pada Desember 2018 atas perintah Trump yang menarik penuh pasukan dari Suriah ini juga menyuarakan dukungan bagi para demonstran yang melakukan protes anti-rasialisme.

Dia berkata sebagaimana dilansir media Perancis AFP, "Donald Trump adalah presiden pertama dalam hidup saya yang tidak mencoba untuk menyatukan orang-orang Amerika dan bahkan tidak berpura-pura mencobanya," ungkap Mattis dalam tulisannya di situs web The Atlantic.

"Dia malah mencoba mencerai-beraikan kita," ujar Mattis sang jenderal pensiunan marinir yang sebelumnya pernah berargumen bahwa tidak pantas baginya untuk mengkritik presiden yang masih menjabat.

"Kita menyaksikan konsekuensinya dalam tiga tahun dalam kepemimpinan (Trump) yang mumpuni," tulisnya.

Mattis juga mendeskripsikan dirinya 'marah dan takut' setelah menyaksikan peristiwa sepekan terakhir yang menunjukkan Trump mengancam akan menurunkan pasukan militer atas gelombang protes rusuh yang tak berkesudahan di berbagai kota.

Baca Juga: Permintaan Swab Mandiri Meningkat, RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tambah Satu Alat Uji

Baca Juga: UPDATE Virus Corona di Tarakan, Ada Pertambahan PDP di Tarakan, Pasien Mengeluh Pilek Sesak Nafas

Kerusuhan itu dipicu oleh pembunuhan terhadap George Floyd pada 25 Mei lalu, seorang pria kulit hitam yang mati lemas di bawah lutut seorang polisi kulit putih, yang kematiannya direkam dalam sebuah video amatir warga dan menjadi viral.

Demonstrasi sebagian besar telah damai, tetapi beberapa telah berubah menjadi kekerasan dan penjarahan saat malam tiba.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved