Pita umbra dari gerhana ini hanya selebar 90 km dengan durasi maksimum totalitas adalah 130 detik di Rio Negro, Argentina.
Indonesia tidak menjadi bagian dari wilayah gerhana ini, sehingga tidak dapat menyaksikan apapun.
4. Bulan sabit termuda: 14 Desember 2020
Bersamaan dengan GMT di benua Amerika, langit Indonesia akan mendapati bulan sabit termuda atau hilal awal Jumadal Ula 1442 H pada Senin (14/12/2020).
Di Indonesia, Bulan diperhitungkan akan setinggi -5,75 derajat hingga -4,25 derajat pada saat Matahari terbenam.
Sehingga diperkirakan Bulan sudah terbenam lebih dahulu kala Matahari terbenam.
Institusi seperti Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama akan mengamatinya sebagai program rutin yang menjadi bagian timekeeping kalender, yaitu mengomparasi jalannya kalender dengan fenomena langit acuan.
5. Titik balik selatan Matahari: 21 Desember 2020
Titik balik selatan Matahari ini biasanya juga disebut dengan winter solstice atau titik balik musim dingin.
Solstice adalah fenomena di mana gerak semu tahunan Matahari menjangkau kedudukan di atas Garis Balik Selatan (Tropic of Capricorn) atau garis lintang 23 derajar 27 LS.
Marufin mengatakan, jika diamati dari Indonesia, maka sebelum winter solstice terjadi, Matahari seakan-akan berpindah bertahap ke selatan dari hari ke hari.
6. Konjungsi besar Jupiter-Saturnus: 21 Desember 2020
Konjungsi besar (agung) Jupiter-Saturnus adalah peristiwa sejajarnya planet Jupiter dan Saturnus dalam satu garis bujur ekliptika yang sama.
Sehingga seakan-akan berkumpul di lokasi yang sama jika dilihat dari Bumi.
Uniknya, konjungsi besar antara planet Jupiter dan Saturnus seperti ini hanya terjadi 19,85 tahun sekali.