Namun dalam beberapa tahun terakhir, rotasi Bumi justru mengalami percepatan.
Meski percepatan ini menimbulkan tanda tanya, studi pada 2024 menunjukkan bahwa mencairnya es kutub dan naiknya permukaan laut bisa memengaruhi kecepatan rotasi.
Tetapi, perubahan massa tersebut justru cenderung memperlambat rotasi, bukan mempercepatnya.
Penjelasan yang lebih mungkin adalah perubahan yang terjadi di inti Bumi.
Pergerakan inti cair Bumi dapat memengaruhi distribusi momentum sudut, membuat mantel dan kerak berputar sedikit lebih cepat.
“Penyebab percepatan ini belum diketahui secara pasti,” kata Leonid Zotov, pakar rotasi Bumi dari Universitas Negeri Moskwa kepada Timeanddate.com.
Menurutnya, sebagian besar ilmuwan menduga sumber percepatan ini berasal dari dalam Bumi karena model atmosfer dan samudra tidak mampu menjelaskannya.
Zotov memperkirakan percepatan ini akan segera melambat, yang berarti fenomena ini mungkin hanya anomali sementara dalam tren panjang menuju rotasi yang makin lambat dan hari-hari yang makin panjang.
Fisikawan dari National Institute of Standards and Technology, Judah Levine, mengatakan bahwa jika percepatan waktu terus berlanjut, para ilmuwan memprediksi kemungkinan munculnya detik kabisat negatif.
Detik kabisat negatif adalah pengurangan satu detik dari waktu resmi.
“Itu belum pernah terjadi sebelumnya. Namun sekarang probabilitasnya sekitar 40 persen terjadi sebelum 2035,” terang dia.
Menurut pakar geofisika dari University of California, San Diego, Duncan Agnew, fluktuasi rotasi Bumi dipengaruhi oleh posisi bulan dan pasang surut.
Pada musim panas, rotasi Bumi cenderung lebih cepat karena perlambatan atmosfer yang berimbas pada peningkatan momentum rotasi planet.
"Ada tren jangka panjang, tapi juga naik-turun yang tidak terduga," ucap Agnew.
Kesimpulan