Berita Regional Terkini

5 Fakta Kasus Kematian Dosen Untag Semarang: AKBP Basuki Akui Kumpul Kebo, Pihak Keluarga Buka Suara

5 fakta kasus kematian dosen Untag Semarang: AKBP Basuki akui kumpul kebo, pihak keluarga buka suara.

Polda Jateng
DOSEN UNTAG MENINGGAL- Bidpropam menahan AKBP Basuki di ruang tahanan khusus di rumah tahanan Polda Jateng, Kota Semarang, Rabu (19/11/2025) petang. Proses penahanan dilakukan selepas AKBP Basuki terbukti melanggar kode etik berupa tinggal seatap. (Polda Jateng) 
Ringkasan Berita:
  • AKBP Basuki mengaku hidup bersama dosen Untag Semarang tanpa ikatan perkawinan sah sejak 2020
  • Polda Jateng masih melengkapi bukti dan menyelidiki dugaan pidana terkait kematian korban
  • Basuki dijatuhi sanksi patsus 20 hari dan terancam hukuman kode etik terberat berupa PTDH

TRIBUNKALTIM.CO - Kasus kematian dosen Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang berinisial DLL (35) terus menjadi sorotan.

Perwira menengah Polda Jateng, AKBP Basuki, yang pertama kali melaporkan peristiwa tersebut, kini ikut terseret dalam pemeriksaan karena terbukti melakukan pelanggaran kode etik.

DLL ditemukan meninggal dunia di sebuah kamar kos-hotel di Jalan Telaga Bodas Raya, Karangrejo, Gajahmungkur, Kota Semarang, Senin (17/11/2025) sekitar pukul 05.30 WIB. Saat kejadian, Basuki diketahui tinggal satu kamar dengan korban.

Baca juga: Klarifikasi AKBP Basuki soal Kasus Tewasnya Dosen Untag Semarang, Tegaskan Tak Ada Hubungan Asmara

Pengakuan AKBP Basuki

Dalam pemeriksaan, Basuki mengaku sudah tinggal bersama alias kumpul kebo dengan DLL sejak 2020 tanpa ikatan perkawinan sah. 

Kumpul kebo adalah hidup bersama sebagai suami istri di luar pernikahan.

Ia bahkan menyebut nama DLL sudah dimasukkan ke dalam Kartu Keluarga (KK) dengan status “family lain” bersama istri dan anaknya.

Atas pelanggaran etik tersebut, Basuki dijatuhi sanksi penempatan khusus (patsus) selama 20 hari.

Polisi Lengkapi Bukti

Kepala Bidang Humas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, menegaskan keterangan Basuki masih bersifat sepihak.

Polisi kini melengkapi bukti-bukti pendukung terkait hubungan Basuki dengan korban.

“Untuk membuktikan keterangan itu, kami melakukan pemeriksaan kembali dan harus dilengkapi dengan bukti-bukti pendukung. Sehingga kronologi benar-benar runtut, baik pasal maupun hubungan asmara ini,” jelas Artanto, Kamis (20/11/2025).

Selain itu, Polda Jateng juga menyelidiki dugaan pidana dalam kasus ini.

Baca juga: Bantah Tuduhan Pelaku Pembunuhan Dosen UIN Solo, Keluarga dan Pihak Kampus Beber Kepribadian Korban

Polisi mengidentifikasi barang bukti berupa handphone dan laptop korban serta meminta keterangan saksi lain, termasuk petugas hotel.

Sidang Kode Etik

Basuki akan menjalani sidang kode etik profesi Polri sebelum masa penahanannya berakhir pada 8 Desember 2025.

 Artanto menegaskan sanksi terberat yang bisa dijatuhkan adalah Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH).

“Karena ini merupakan pelanggaran etik, maka sanksi terberat adalah PTDH,” tegasnya.

Keluarga Korban Singgung Bercak Darah

Keluarga DLL menyebut kematian korban ada sejumlah kejanggalan di antaranya ada nomor asing yang menghubungi nomor seorang kerabat.

Nomor itu mengirimkan foto korban yang ditemukan tewas tanpa busana di sebuah kamar kos-hotel (kostel) Jalan Telaga Bodas Raya Nomor 11 Karangrejo, Gajahmungkur, Kota Semarang, Senin (17/11/2025) lalu.

Namun, foto itu dihapus oleh si pengirim.

Belakangan, keluarga baru mengetahui bahwa pengirim nomor asing tersebut diduga dari nomor pribadi AKBP Basuki.

"Iya bude kami mendapatkan kiriman foto dari nomor asing tapi kemudian dihapus oleh si pengirim."

"Dalam foto itu simpang siur (diduga ada bercak darah) sehingga menambah kecurigaan," ungkap kakak korban, Perdana Cahya Devian Melasco, di Kota Semarang, Kamis, dilansir TribunJateng.com.

Keluarga yang menaruh curiga atas kematian korban yang mendadak dan terkesan ditutup-tutupi, lantas memutuskan untuk melakukan autopsi.

"Kami akhirnya memutuskan autopsi karena merasa ada yang janggal di situ," jelas Devian.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Artanto, mengatakan informasi-informasi kematian korban seperti adanya bercak darah di tubuh korban, barang bukti handphone dan laptop korban, serta bukti lainnya masih dilakukan pendalaman oleh penyidik.

"Barang-barang bukti tersebut sudah kami kirim ke laboratorium forensik."

"Kami juga akan meminta keterangan dari saksi kunci kejadian ini," terangnya.

Kata Keluarga DLL soal AKBP Basuki

Kerabat korban, Tiwi, sempat mengungkap bahwa DLL satu Kartu Keluarga (KK) dengan AKBP Basuki

"Iya korban satu KK dengan saksi pertama (AKBP Basuki), katanya sebagai saudara."

"Kecurigaan ini muncul ketika adik saya menanyakan alamat korban dengan saksi pertama kok sama, ternyata mereka satu KK, korban dimasukkan ke KK sebagai saudara," ungkap Tiwi kepada TribunJateng.com, Selasa.

Tiwi pun mengaku kaget atas keterkaitan antara korban dan saksi pertama.

Pasalnya, sejauh yang ia tahu, korban tak pernah menceritakan sosok polisi tersebut. 

"Kami baru tahu tadi siang (Selasa, 18 November 2025), hubungan korban dan saksi pertama infonya agar korban bisa pindah KTP Semarang maka masuk KK-nya saksi pertama," jelasnya.

Lalu, keluarga korban bertanya-tanya mengapa polisi tersebut tak muncul di rumah sakit ketika jenazah korban hendak dilakukan autopsi. 

"Kalau namanya saudara harusnya hadir karena sebagai saudara harusnya hadir, tapi sampai sore dia (polisi) itu tidak datang," tambah Tiwi.

Tiwi sebelumnya juga menyampaikan, korban mengeluarkan darah pada bagian hidung, mulut, dan alat kelamin.

Selain itu ada kejanggalan terkait informasi kematian korban yang berjarak cukup jauh.

Korban ditemukan meninggal pada Senin (17/11/2025) sekitar pukul 05.30 WIB, tapi keluarga baru menerima informasi kematian korban pada Senin petang.

Tiwi menambahkan, korban juga ditemukan dalam kondisi telanjang dan telentang begitu saja di lantai keramik tanpa alas apapun.

Keluarga DLL yang menerima foto itu lantas curiga atas kematian korban.

Pada bagian lain, wajah korban dalam foto tersebut juga sangat berbeda dengan kondisi semasa hidup.

"Informasinya keluar darah dari hidung dan mulut korban. Kemudian sekilas dari foto korban yang kami terima, ada bercak darah keluar dari bagian intim korban."

"Nah ini yang masih membuat keluarga korban masih merasa janggal atas kematian ini," ujarnya. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Pengakuan AKBP Basuki, Sudah Kumpul Kebo Dengan Dosen Untag Semarang Selama 5 Tahun Sejak Pandemi

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Buktikan Hubungan AKBP Basuki dengan Dosen Untag Semarang, Polisi Lengkapi Bukti Pendukung

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved